8

310 84 18
                                    

"Jika menceritakan ini semua membuat hatimu terasa sakit, maka berhentilah Hasya. Tidak perlu menceritakan lagi, saya tidak ingin melihat kam ... "

"Hati saya memang sakit setiap kali mengingat hal yang bersangkutan dengan masa itu. Tapi ... " Hasya menarik nafasnya dalam-dalam.

"Saya ingin cerita ini sampai pada dunia, saya ingin ... "

"Semua orang mengambil pelajaran dari yang telah saya jalani selama ini."

Arka menatap kagum ke arah wanita yang berada di hadapannya. Lelaki itu sungguh mengangumi Hasya dari berbagai versi yang telah dia temui di dalam diri Hasya selama ini. Gadis yang cantik, gadis yang pintar, gadis yang baik dan ... gadis yang kuat.

Wanita itu tersenyum, lalu menenggerkan kembali kacamata pada hidungnya. Jari lentiknya perlahan menulis beberapa kata yang tadi terlintas di dalam benaknya pada note ponsel, lalu kembali bercerita.

______

"Gila, Sya! Kemarin-kemarin Ustadz Alif ngomong apa aja sih sama kamu? Perasaan dari kemarin kamu sering banget senyum-senyum sendiri, kamu gila beneran ya?" tutur Tari sedikit menyindir Hasya yang tengah duduk di depan lemarinya sembari memegang buku dan pulpen, gadis itu sedang menulis sesuatu.

"Hish, ngawur kamu Tar. Amit-amit, ya! Emang kamu mau punya temen gila?" jawab Hasya sembari melirik sekilas wajah Tari yang tak jauh dari tempatnya.

"Lagian, aku perhatiin dari kemarin setelah pertemuan kamu sama Ustadz Alif, kamu jadi aneh tau gak sih," tutur Tari menjelaskan. Kali ini, gadis itu berjalan ke arah Hasya dan duduk di atas tumpukan kasur yang di rapikan.

"Aneh gimana sih, Tar? Perasaan Hasya gini-gini aja, geh," jawab Hasya dengan kekehan kecil.

"Taulah, aneh!" Tari merotasikan bola matanya. Lalu membaringkan tubuh di atas tumpukan kasur yang lumayan menjulang tinggi keatas.

Sedangkan Hasya, gadis itu hanya tertawa kecil melihat sahabatnya. Dan kembali menumpahkan beberapa coretan dengan tinta hitam pada kertas putih dalam buku di hadapannya. Entahlah, apa yang sedang Hasya tulis kali ini.

Tak lama, Tari yang tadi membaringkan tubuh di atas tumpukan kasur perlahan bangkit dan mengambil posisi untuk duduk. Lalu, sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Hasya, tanpa sepengetahuan sang empu di bawah sana yang masih menulis.

Samar-samar, Tari dapat melihat apa yang sedari tadi Hasya tulis. Meskipun dengan lengan kiri Hasya yang menutupi beberapa kata yang sudah di tulisnya.

"Hayoo! Kamu bikin tulisan tentang Ustadz Alif kan, Sya?" ucap Tari sedikit berteriak sembari meloncat dari tempatnya, membuat Hasya terkejut.

"Tari ngapain sih? Pake acara loncat-loncat segala ih!"

"Hayoooo ngaku kamu Sya!"

"Apaan sih, Tar? Siapa juga yang bikin tulisan tentang Ustadz Alif? Gak ada kerjaan banget," jawab Hasya dengan cepat sembari menutup bukunya dan di masukan ke dalam lemari.

"Alah ... jangan bohong, Sya. Jelas-jelas tadi aku liat kamu bikin nama dari huruf 'a' gede banget." Tari terus memojokkan Hasya, karena ingin mendapat jawaban dari apa yang baru saja ia lihat.

"Emang yang punya nama awalan huruf 'a' cuma Ustadz Alif? Nggak, yah!" Hasya kekeuh dengan jawabannya, membuat Tari sedikit mendelik.

U S T A D Z  I'm here!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang