Percaya dengan sebuah takdir yang tidak akan terduga-duga? Lihat ini baik-baik, lembar ini menjadi awal dari catatan takdir Allah yang akan mempertemukan satu hamba-Nya dengan hamba yang lain.
_U S T A D Z I'm here!_
•••
"Boleh saya bertanya sesuatu?" tanya Arka, menyela ucapan Hasya berikutnya untuk kembali bercerita. Samar-samar gadis itu mengangguk, sembari mengusap ujung netranya yang sedikit basah. Rupanya, baru menceritakan awal saja, sudah membuat hati Hasya di penuhi oleh beribu duri disana."Lelaki itu bernama Alif?" Hasya mengangguk sebagai jawaban.
______
Waktu menunjukkan pukul enam pagi, tiga jam yang lalu, Hasya telah bangun dari tidurnya untuk melaksanakan salat malam. Sedangkan beberapa menit yang lalu, gadis itu baru saja selesai dengan aktivitas paginya. Ba'da salat subuh, santriawan maupun santriawati pondok pesantren Al-Hajj di wajibkan untuk sorogan Al-Qur'an.
Dan kini, Hasya tengah bersiap-siap untuk berangkat pergi sesuai dengan rencananya kemarin sore bersama Fatin.
"Kamu udah siap mau berangkat, Sya?" tanya Tari saat melihat Hasya yang sedang mengunci pintu lemarinya.
"Udah Tar," jawab Hasya cepat.
"Yaudah, Hasya pamit yah. Kalian hati-hati di sini, Yaya kamu jangan lupa bangunin Tari buat solat subuh, ingetin Tari juga buat setoran tiap hari," lanjut Hasya sembari bersalaman dengan satu persatu teman sekamarnya.
"Siap bu boss!" Jawab Yaya seraya mengangkat satu lengannya, memberi hormat. Membuat Hasya menggelengkan kepalanya.
"Tar, pamit yah." Hasya menghampiri Tari yang berdiri di ambang pintu.
"Yaudah deh, kamu hati-hati. Jangan sampe mabok, jangan jauh-jauh dari Mbak Fatin, takut di culik," jawab Tari di bumbui dengan kekehan kecil.
"Hush dasar, Tari. Yaudah Hasya jalan ya, Assalamualaikum." Setelahnya, Hasya melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, menuju kamar Fatin.
Tepat pukul enam tiga puluh, Hasya dan Fatin telah keluar dari gerbang asrama.
"Wahh ... Mbak udah lama banget loh Sya, gak izin dari asrama. Rasanya gimana gitu yah, pas keluar dari gerbang. Serasa keluar dari penjara," ucap Fatin sembari merentangkan kedua lengannya, menghirup udara pagi yang belum tercemari polusi.
"Mbak Fatin, dasar. Iyalah, orang kita keluar dari penjara suci," jawab Hasya sedikit tertawa, setelahnya Fatin ikut tertawa.
Momen inilah dari banyaknya momen di asrama yang sangat di inginkan oleh santri putri, izin keluar dari asrama berarti terbebas dari peraturan sehari-hari di sana.
Hasya dan Fatin kini harus menyusuri jalan setapak untuk bisa sampai di jalan raya dan naik angkutan umum. Dengan semangat Hasya berjalan, sedangkan Fatin tertinggal jauh di belakang sana.
"Mbak Fatin, ayok buruan," teriak Hasya, di belakang sana Fatin terlihat sedikit berlari.
Tin tin.
Mobil berwarna putih melewati Hasya dan Fatin yang berhenti sebentar karena lelah. Saat itu juga, Hasya memiliki ide konyol yang keluar dari benaknya.
"Kang, ikut! Numpang sampe depan gang!" teriak Hasya saat mobil itu melewatinya.
"Hasya, diem! Nanti kedengaran, kan malu," timpal Fatin sembari menyenggol lengan Hasya yang melambai ke arah mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
U S T A D Z I'm here!
Teen Fiction®True story® "Sampai kapan kamu akan menundukkan kepalamu, Hasya? Lihat saya sebentar, saya tahu saya salah. Tapi tolong jangan seperti ini." Hasya bergeming, tetap setia dengan posisinya, gadis itu tetap enggan mengangkat kepalanya meski hanya seb...