2

617 144 300
                                    

Helaan nafas keluar dari mulut Hasya, gadis itu tersenyum kecil saat akan menceritakan awal bertemu dirinya dengan sosok lelaki yang sempat mengisi relung hatinya dulu. Ralat, bukan hanya sempat. Bahkan, mungkin sampai saat inipun lelaki itu masih mengisi relung hati Hasya sepenuhnya.

"Are you okey, Sya?" Hasya mengangguk, lalu kembali melanjutkan ceritanya.

_________

Tiga jam lamanya berada di aula, kini Hasya dan Tari tengah berjalan gontai untuk kembali ke kamar asrama. Sembari berbincang-bincang kecil mengenai apa saja yang terlintas di benak keduanya.

"Assalamualaikum, Ustadz." Tari menghentikan langkah, kala keduanya dengan tak sengaja berpapasan dengan seorang pria yang tadi di sebut dengan embel-embel Ustadz oleh Tari.

"Waalaikumussalam, Tari," jawab pria itu sedikit tersenyum.

"Eh, Assalamualaikum Ustadz," tambah Hasya yang baru sadar jika dirinya tidak mengucap salam. Pria itu membalad salam dan mengangguk lalu tersenyum. Oh, dia sangat tampan!

"Sudah selesai setor hafalannya?" Pria itu bertanya.

"Alhamdulilah sudah Ustadz," jawab Tari dengan cepat, setelahnya Ustadz itu mengangguk-angguk sembari tersenyum kecil.

"Saya dan teman saya duluan ya, Ustadz. Assalamualaikum."

"Silahkan, waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh."

Setelahnya, Tari dan Hasya segera beranjak, melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti.

"Tadi, siapa? Kok kamu panggil Ustadz sih?" tanya Hasya sesampainya di dalam kamar. Tari menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Itu Ustadz Alif, Hasya! Masa kamu gak tau sih," jawab Tari sedikit kesal.

"Ohh itu Ustadz Alif? Hasya baru tau mukanya. Baru liat soalnya, hha." Hasya tertawa, membuat tari memutar bola matanya malas.

"Udah hampir tiga tahun di asrama, tapi gak kenal sama ustadz Alif. Hellow! Norak sekali anda." Tari berbicara dengan gaya yang di buat-buat marah, sontak membuat Hasya tertawa.

"Ya, Hasya gak kepo sama Ustadz-Ustadz di sini. Lagian, Ustadz Alif kan gak pernah ngajar santri putri, maklum dong kalo Hasya gak tau sama muka dia," tutur Hasya dengan tenang.

"Dia? Kamu kira ustadz Alif itu teman sekolah TK kamu Sya? Dasar."

"Iya-iya, BE-LI-AU!" tambah Hasya menekan kata terakhir pada ucapannya.

Setelahnya, Hasya memilih sibuk merapikan pakaian ke dalam lemari. Dan Tari, memilih untuk membaca buku novel sembari menunggu jadwal mengaji berikutnya.

Saat sibuk melipat beberapa baju, pikiran Hasya terganggu oleh sesuatu. Membuat gadis itu lagi dan lagi membuka suara dan bertanya kepada Tari, temannya.

"Eh, Tar. Ngomong-ngomong, Ustadz Alif itu deket banget ya sama kamu?" ucap Hasya, namun lengannya tetap sibuk dengan pakaian.

Mendengar itu, membuat sang empu yang di berikan pertanyaan membenarkan posisinya untuk duduk.

"Biasa aja tuh, cuma ya gitu. Gatau kenapa, aku tuh suka pengen nyapa Ustadz Alif aja gitu bawaannya kalo ketemu sama beliau," tutur Tari, tiba-tiba gadis itu memejamkan mata, lalu kedua lengan Tari memeluk dirinya sendiri.

"Jadi, pengen meluk juga," tambah Tari sembari tertawa.

"Astaghfirullahaladzim Tari! Istigfar. Pasti kamu ngebayangin yang enggak-enggak kan?" dengan refleks, Hasya melempar kain yang sedang di lipatnya, tepat mengenai wajah Tari.

U S T A D Z  I'm here!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang