Chapter 10

7 5 2
                                    


20 februari 2020

"Astaga!" Kini teriakan Arnetta membuat Oma terbangun.

Stella buru-buru mendekat ke ranjang Oma, memegang tangan Omanya. Layaknya anak kecil yang butuh perlindungan, sorot mata Stella terlihat takut, Stella benar-benar aneh jika dia takut Arnetta.

"Oma.. berisik ya?" Tanya Stella polos sembari mengelus tangan Oma yang terlihat pucat, menua.

Oma tersenyum. Terlihat tidak ada kemarahan dalam diri Oma, Oma bahkan bersyukur jika Arnetta bisa bertemu Stella meski dalam keadaan yang kurang bagus.

"Ta, terimakasih sudah repot-repot mengurusi ibumu disini." Ucap Oma tulus kepada Arnetta yang masih berdiri, Arnetta tak bergeming. Menatap Oma dan Stella yang menatapnya aneh. Padahal, tidak ada yang salah dengan Arnetta, sebelum ke rumah sakit ini Arnetta menyiapkan diri sebaik mungkin. Mulai dari pakaian dan make up yang dia pakai. Akibat sorotan mata Stella dan Oma kini Arnetta merasa tampil tak sempurna.

"Arnetta.."

"Iya, Mah." Kini Arnetta menuju dekat ranjang Oma, dia meletakan tas dan map di meja samping ranjang.

"Ma, cepat pulih ya. Setelah dari sini Mama istirahat ditempat Arnetta dulu, Rabetta masih lama di Amsterdam. Arnetta ga tega kalo kalian hanya berdua di Jakarta tanpa ada Rabetta."

Arnetta ikut menggenggam tangan Oma, Stella berada di depan Arnetta terhalang badan Oma saja.

Oma menatap Arnetta penuh selidik, sudah lama tak berbicara dengan anaknya secara langsung membuat Oma tak bisa mengartikan situasi.

"Oma sudah biasa hanya berdua dengan Stella, jadi kamu jangan khawatir." Jelas Oma lirih.

"Tapi ,--" Arnetta menyela. Dia benar-benar terlihat ingin bersama Oma dan Stella.

"Gapapa, kalo Oma udah baikan Oma dan Stella pulang ke Jakarta. Oma ga mau banyak merepotkanmu, Ta." Ucap Omanya tanpa bisa dibantah.

Oma selalu menyebutnya 'Oma' didepan Rabetta ataupun Arnetta ini sebuah kebiasaan sejak Stella kecil, agar tidak memanggil nama orang tua, Oma Stella bernama Santika Wijaya.

"Ma, lantai empat nomor empat bahkan sekarang tanggal empat. Mama ayolah pulang ke tempatku sebelum jam empat." Pinta Arnetta dengan matanya yang basah.

Stella mengecek ponselnya, iya sekarang tanggal empat februari. Stella hanya acuh, tak begitu paham dengan maksud Arnetta.

Oma terdiam, tanpa sepatah katapun. Arnetta menatap Oma iba, Stella hanya bingung.

"Ma.." ucap Stella lirih.

"Iya sayang." Buru-buru Arnetta menyahutnya.

Stella menaikan alisnya, "bukan kamu, maksudku Oma."

"Astaga!" Kesal Arnetta. Mukanya memerah.

Oma terlihat menahan tawanya, wajah pucat takutnya perlahan hilang.

"Oma, semuanya baik-baik saja." Ucap Stella manis, kini Stella beranjak memeluk Omanya.

Oma membalas pelukan Stella, Arnetta melihatnya dengan begitu haru, "betapa manisnya Stella, dia anak yang baik." Gumam Arnetta.

Tanpa sadar airmata Arnetta lolos membasahi pipinya.

"Ma?" Ucap Stella lirih.

Arnetta terdiam, kali ini Arnetta tak menghiraukan Stella. Stella tersenyum melihat Arnetta menangis haru.

"Maa," ucap Stella lagi dengan suara sedikit keras.

Arnetta tetap tak bergeming.

"Arnetta?!"

Kini Oma dan Arnetta menatap Stella, tajam.

Huaaaa!!!!
Update tiap hari!

Rest BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang