Belum Berani Bertanya

19 0 0
                                    

kadang aku mati penasaran pada jawaban yang belum pernah aku tanyakan. penaku dengan rajin menggores seluruh pertanyaanku setiap hari sebelum tidur, di sebuah buku rahasia. di suatu pagi, aku bersenandung, berjalan riang dengan langkah-langkah kecil, berpapasan denganmu, dan aku beranikan diri untuk menatap penuh tanya pada matamu—namun sayangnya tanya itu masih saja menggantung di udara di sekitar kau dan aku berdiri.

kadang aku merasa seperti air, tenang mengalir dari tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah, memenuhi ruang sesuai dengan volumeku, mematuhi gravitasi sepenuhnya, menerima dengan sangat untuk mengalir sesuai jalur dan hukum alam. sungguh, aku menerima perasaanku dengan lapang, aku paham ini tanggunganku dan ini pilihanku: dipilih menjadi air dan bersikap seperti air adalah satu-satunya kewajibanku. tapi kemanusiaanku kadang memberontak, penasaran, seperti buih-buih yang kau perhatikan di air saat makhluk-makhluk air bernapas, atau buih-buih karena gesekan tanah di dasarnya. buih-buih itu adalah pertanyaanku dan mereka pun ternyata belum sampai padamu, setidaknya hingga saat ini.

kadang aku terbang, kadang aku tenggelam, kadang aku berjalan, dan bagaimanapun caraku bergerak, aku selalu menyimpan tanya di secarik kertas yang terselip di saku bajuku. selalu terselip meski berkali-kali aku buang.

tetapi langit di atas kita tertawa dan udara di sekitar kita beraroma manis, semanis mawar yang baru merekah dengan embun bergelantungan di kelopaknya. dan kita hanya bisa tersenyum, tersipu malu.

Bandung, 17 Juli 2015
22:11

Aksara TakdirWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu