ANCAMAN

9.5K 366 0
                                    

Anjeli menatap layar ponsel yang diperlihatkan padanya. Anjeli syok melihat foto siapa yang terpampang di sana. Anjeli ketakutan. Bahkan sejak kejadian itu, dia trauma untuk pergi ke kampus apalagi ke kamar mandi kampus.

"Ingat ya An. Foto ini akan aku kirimkan pada Mirza jika kamu berani melaporkan kejadian waktu itu pada polisi."

"Kamu benar-benar biadab Rom." Anjeli menangis melihat tangan Romi yang masih memegang ponselnya itu.

"Kamu yang membuat aku seperti sekarang. Kenapa kamu menikah dengan Mirza ha? hanya karena harta kan? Kamu tahu Mirza itu lebih buruk dari yang kamu fikirkan."

"Cukup Rom. Jangan jelek-jelekkan Mas Mirza."

"Hahaha.. Kamu sudah dibutakan oleh harta An. Hingga kamu tidak tahu seburuk apa suamimu. Kamu tidak tahu kemana suamimu pergi saat ini, kan?"

Anjeli ingin pergi tapi pergelangan tangannya di cengkram oleh Romi.

"Aww.." Anjeli merasakan perih di pergelangan tangannya. Dia berharap ada orang yang datang membantunya.  Ya Anjeli sekarang berada di kelas yang entah kenapa jadi sepi mahasiswa.

"Kenapa kamu menerima Mirza An? Padahal aku sangat mencintaimu." Tiba-tiba cengkraman Romi mengendur. Romi tertunduk berjongkok di hadapan Anjeli. Kedua tangannya meremas rambutnya sendiri.

"Aku tidak perlu mengungkapkan alasan apapun padamu." Anjeli melihat Romi yang tertunduk lesu seperti orang yang sedang frustasi.

"Tapi aku butuh alasannya.. Aku mencintaimu sudah sejak lama. Aku tak berani mendekatimu karena aku merasa tak pantas. Ketika aku tahu kamu menikah dengan Mirza, hatiku sakit." Melihat Romi seperti itu, membuat Anjeli pelan-pelan menggeser langkahnya ke dekat pintu. Anjeli menarik handel pintu dengan posisi tubuhnya membelakangi pintu. Anjeli dengan awas masih mengamati Romi yang masih tertunduk. Ketika Romi lengah, akhirnya dia bisa keluar dari ruangan itu. Anjeli berlari sambil menahan airmatanya agar tidak keluar. Tapi tetap saja tumpah.

Romi membiarkan Anjeli pergi. Padahal ia bisa saja mengurung Anjeli di dalam kelas. Tapi tidak akan dia lakukan. Ada di relung hati terdalamnya dia menolak menyakiti Anjeli. Menolak berbuat jahat pada Anjeli. Perempuan yang begitu iya cintai. Haruskah ia meminta bantuan orangtuanya agar bisa mendapatkan seorang Anjeli?

Tiba-tiba ada rasa sakit mencengkram di kepalanya. Romi menahan rasa sakit yang teramat sangat.

*****
"Jeli....!!!!" teriak Riana pada Anjeli yang terlihat berlari-lari.

"Ri....Aku takut," ucap Anjeli sambil memeluk sahabatnya itu.

"Tenang Jel. Ada apa lagi?"

"Kenapa kamu ninggalin aku sendiri di kelas tadi?"

"Kata Fahmi kelasnya pindah. Pak Heri yang meminta. Aku kira kamu ada di belakangku tadi. Maafkan aku Ya."

"Romi Ri..Dia menyekapku lagi."

"Apa? Jel.. Kita harus lapor polisi. Kamu akan merasa ketakutan terus seperti ini, jika kamu tidak melapor. Tidak usah takut."

"Jangan Ri. Dia mengancamku dengan foto. Kalau aku melapor pada polisi, dia akan mengirimkan foto itu pada Mas Mirza. Karena dia kenal Mas Mirza." Anjeli terisak merasa takut jika sewaktu waktu Romi akan mengirimkan foto itu pada Mirza.

"Brengsek itu Romi!!! Sudah-sudah ayo kita pulang saja. Kamu tidak akan bisa kuliah jika seperti ini." Riana merangkul sahabatnya ini dan memberikan ketenangan.

Saat berada di kamar kos Riana, ponsel Anjeli berbunyi.

"Mas Mirza??" ucap Anjeli saat melihat nama yang tertera di panggilan teleponnya.

(TAMAT) SINCERITY OF LOVEWhere stories live. Discover now