0.7

16.7K 4.4K 1.2K
                                    

Lagi enak-enaknya tidur, Jinyoung dikejutkan dengan teriakan super keras dari Yeji yang entah bagaimana bisa masuk ke dalam kamarnya yang dikunci.

"BAE JINYOUNG! AYO BANGUN! TOLONGIN HYUNJIN HUHU!"

Mendengar kata Hyunjin dan suara Yeji yang ingin menangis, sontak kedua mata Jinyoung terbuka lebar dan dia langsung duduk dengan rambut acak-acakan.

"Hyunjin kenapa?!"

"HYUNJIN HILANG HUWEEE!"

Kedua mata Jinyoung semakin terbuka lebar. Tanpa basa-basi lagi, Jinyoung meloncat turun dari kasurnya, berlari menuju meja belajarnya, menyisir rambutnya dan tak lupa mengambil jaket yang disampirkan di kursi lalu berlari keluar kamar.

"PACIL KOK GUE DITINGGAL?!"






































"Ehm Lix, kita mau kemana, ya?"

"Nanti lo bakal tau."

Jujur, Hyunjin takut. Robot Felix mengajaknya pergi diam-diam keluar rumah tanpa izin pada Yeji.

Sekarang pukul 12 malam, waktu dimana katanya hantu-hantu berkeliaran selain jam 3 pagi, tentunya.

"L-Lix, bukannya tadi lo dalam mode tidur, ya? Kok bisa bangun lagi?"

"Gak tau, kayaknya tombol yang lo pencet belom pas."

Hyunjin melirik ke arah tengkuk leher robot Felix, dimana ada tombol on dan off. Ternyata, tombolnya berada di antara keduanya, pasti itu yang menyebabkan Felix terbangun.

Saat ini mereka berjalan kaki menuju suatu tempat. Yang pasti, hanya robot Felix yang tahu. Hyunjin hanya diam karena suasana di sekitarnya sangat mencekam.

Karena banyak pasang mata yang menatapnya, seolah-olah hendak mengikutinya kemana pun ia pergi.

"Sebentar lagi sampai."

Hyunjin menoleh ke depan. Kemudian ia terkejut, mereka berjalan ke arah makam Felix dan Jisung!

"Makam mereka sengaja bersampingan, ya? Terus, kok ada tempat kosong di samping makamnya Jisung," ucap robot Felix sambil memandang lurus ke depan.

"G-gak tau."

"Ayolah, kemana Hyunjin yang sekarang jadi berandalan, kenapa jadi penakut begini?"

"Pasti eror nih."

Hyunjin menggeser tombol di tengkuk leher Felix ke arah off. Tapi, robot Felix sama sekali tidak mati!

"Tuan, anda tidak bisa mematikan saya."

Nada suara robot Felix tiba-tiba berubah menjadi suara robot pada umumnya, begitu juga nada bicaranya.

"Ke-kenapa jadi begini?!"

"Tuan tahu kalau tidak semua robot itu baik, tapi kenapa anda tetap lanjut membuat saya sampai saya sempurna saat ini?"

Hyunjin melangkah mundur. Robot Felix berjalan kaku layaknya robot dengan sorot mata tajamnya. Tak hanya itu, pupil matanya berubah merah.

"Gue tuan lo, gua yang ciptain lo. Berhenti sekarang juga!" Perintah Hyunjin lantang, namun tak digubris oleh sang robot yang kini memegang benda tajam yang siap menembus kulitnya kapan saja.

"Saya tidak suka diatur, saya tidak suka diperintahkan ini itu sesuai kemauan tuan. Walaupun saya robot, saya ingin berbuat hal yang saya inginkan."

"Please, tenang dulu. Lo gue buat untuk-"

"Untuk membuat hidup tuan bahagia lagi, kan? Tapi maaf, saya bukanlah Lee Felix sahabat tuan."

Hyunjin terpaku. Dadanya mendadak merasakan sakit yang amat dalam. Perkataan robot Felix ada benarnya, tapi kenapa ia baru sadar semuanya.

"Apa yang bakal lo lakuin? Bunuh gue? AYO BUNUH!"

Robot Felix langsung terdiam.

"AYO BUNUH GUE! SEJAK MEREKA MATI GUE UDAH GAK ADA KEINGINAN UNTUK HIDUP! TUNGGU APA LAGI, AYO BUNUH!"

Nafas Hyunjin memburu, dadanya naik turun. Tak terasa, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

"AYO BUNUH!"

"Baiklah, kalau itu mau tuan."

Hyunjin pasrah. Inilah yang dia inginkan. Dia ingin mati. Ya, kematian.

Robot Felix mengangkat tinggi-tinggi pisau yang ia sembunyikan, Hyunjin memilih memejamkan matanya, seiringan dengan air mata yang jatuh ke pipinya.

"Selamat tinggal dunia, selamat tinggal semua."












































































"Jangan bunuh dia!"

Tiba-tiba, robot Jisung datang dan mendorong robot Felix menjauh dari Hyunjin.

Robot Felix mendesis marah karena robot Jisung melindungi Hyunjin yang syok dengan keadaan.

"Kenapa kamu melindungi dia?! Kamu mau terus diperintahkan olehnya?!" Bentak robot Felix marah.

"Mau bagaimana pun, dia tetap tuan kita."

"Lebih baik kamu minggir atau aku akan membunuhmu juga."

"Jangan!" Seru Hyunjin lalu berdiri di depan robot Jisung. "Bunuh gue sekarang!"

Krsk krsk krsk

Hyunjin berbalik ke belakang. Robot Jisung tiba-tiba bergerak tidak beraturan seraya mengeluarkan suara--rusak?

"Saya sudah merusak bagian terpenting robot, saya sudah memotong kabel-kabel yang ada, tuan. Sebentar lagi dia akan rusak dan mati."

Hyunjin hanya bisa memandang robot Jisung yang terus mengeluarkan suara rusak. Hingga akhirnya, robot Jisung pun berhenti bergerak dan tumbang ke tanah.

Tepat ke samping makam Jisung sahabatnya.

"Jadi tuan, apa keputusan anda sudah bulat? Anda ingin mati sekarang juga?"

Entahlah, kenapa Hyunjin mendadak ingin mengurungkan niatnya? Apa karena dia tak sengaja melihat siluet Felix dan Jisung dari balik pohon tak jauh di depannya?

"HYUNJIN!"

Dari arah gerbang area pemakaman, Jinyoung berlari ke arahnya dengan rasa panik dan cemas yang luar biasanya. Di belakangnya, ada Yeji yang terlihat sama paniknya dengan sepupunya.

"Hyunjin jelek, kayak bebek."

"Jinyoung kok gitu sama Hyunjin?!"

"Bibir Hyunjin kan emang kayak bebek."

"Yeji jangan ikut-ikutan dong!"

Memori masa kecilnya bersama Jinyoung dan Yeji mendadak terlintas di benaknya, membuat Hyunjin menangis.

"Maaf."

Hyunjin mengusap air matanya lalu menatap lurus ke arah Jinyoung dan Yeji yang menggelengkan kepalanya.

Dan Hyunjin hanya menunjukkan senyuman tulusnya.

Sebelum merasakan punggungnya tertusuk begitu dalam, kemudian gelap.











[Hyunjin benar-benar membuktikan ucapannya. Kalau dia ingin mati, menyusul kedua sahabatnya]



















The End

[iii] Someday | Hwang Hyunjin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang