02

3.4K 323 25
                                    

.
.

Taehyung geming selama hampir setengah jam-an, dia udah ngga habis pikir. Masalah yang tadinya ia anggap hal sepele -walaupun nyatanya ngga, kini malah jadi bumerang tersendiri bagi dirinya.

Sekali lagi dalam gemingnya, dia mulai perluas jangkauan pikirnya. Kalau gini terus, pasti ngga akan bisa pernah selesai masalah.

Jadi, dengan tanpa satupun persiapan pasti, dia milih buat samperin Jungkook langsung ke tempat tinggalnya. Dan, semoga aja cowok tampan itu masih tinggal di sana.

Pergi dengan tergesa setelah pastikan Flat tempat tinggalnya ketutup rapih dan aman. Lalu, berhentikan taksi yang kebetulan ada tepat dipandangan matanya.

Masuk terburu, setelah ucap alamat yang dituju, dia sedikit bisa hela napas lega.

Sekitar 20 menit, taksi yang ditumpangi sampai di alamat yang dituju.

Ucap makasih dan ngasih bayaran sesuai tarif, Taehyung cepat langkahkan kaki ke arah bangunan mewah di depan. Kebetulan, dia udah akrab dengan penjaga jadi gerbang dibuka mudah untuk dia dapat masuk.

Tekan bel samping pintu, sekali-dua kali. Sampai akhirnya satu wanita paruh baya bukakan pintu untuknya.

"Siang Bibi," sapa Taehyung, sambil patri senyum ramah. Dan, disambut hangat oleh sosok di depannya.

Setelah dipersilakan masuki ruang dalam rumah, Taehyung langsung arahkan pandangan pada penjuru ruang. Masih sama, ngga ada yang berbeda. Masih seperti beberapa tahun lalu dia sering jumpai.

Sebuah suara hentikan pergerakan matanya yang mengedar, menilai.

"Untuk apa kemari?"

Taehyung balas suara itu dengan senyum ramah, maniknya pancarkan binar rindu.

"Untuk apa?" sekali lagi, sosok itu bertanya.

"Bisa bicara sambil duduk santai saja Jung. " itu bukan sebuah pertanyaan, karena sosoknya sendiri sudah lebih dulu nyamankan diri pada sofa empuk di sana.

Hela napas kasar terdengar dalam rungunya, dan biarkan kali ini Taehyung coba acuhkan hal itu.

"Cepatlah sedikit, saya tidak ada banyak waktu untuk dengarkan kamu," ujar Jungkook. Dan, Taehyung hanya bisa patri senyum tipis.

"Dengarkan lebih dulu bicaraku nanti, jika memang itu ngga bisa dimaafkan dan terlalu mengada ngada menurutmu, itu terserah." Taehyung pejamkan kelopaknya erat saat ucapkan hal itu.

Buka perlahan, dan mulai arahkan pandangan telak ke arah sosok di depannya.

Setelah pastikan Jungkook sepenuhnya pusatkan atensi padanya, barulah ia mulai pembicaraan.

"Tiga tahun lalu, aku dapat tawaran menjanjikan dari salah satu cabang perusahaan besar di California. Sebenarnya aku ingin menolak, tapi dengan banyak pertimbangan, pada akhirnya aku putuskan untuk ambil penawaran itu." Taehyung mulai penjelasannya.

Dan, rupanya sosok Jungkook ngga bisa untuk tahan untuk tak bicara.

"Hebat sekali, hanya karena hal itu kamu ninggalin saya begitu saja. Apa saya tidak ada artinya buat kamu Taehyung, atau selama kita dulu bersama, kamu tidak anggap saya? Tolong jelaskan bagian itu juga," ujar Jungkook, Taehyung tahan mati-matian genangan bening di pelupuknya.

Dengarkan ucapan Jungkook tadi seakan mencabik dirinya luar dalam, seolah bisa remukkan dirinya dalam beberapa menit ke depan.

"Dengar, aku ingin bilang semuanya padamu saat itu Jung. Aku bahkan sudah berada di kantormu hari itu, dan semuanya hilang begitu saja. Kalimat yang sudah kutata sedemikian rupa sirna begitu saja. Apa salah saat itu aku pergi tanpa memberitahu apapun padamu, setelah melihat kamu sedang bercumbu dengan wanita lain di dalam ruang kerjamu?" Jelasnya, cairan bening yang menggenang kini sudah luruh tanpa tahu malu, dan Taehyung bahkan ngga acuh dengan hal itu.

EX BoyF... [KV] Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz