01 : Wika Kharisma

77.3K 5.9K 172
                                    

"Sialan si Maya ini. Minta gue santet ini anak!" dumelku. Sudah hampir puluhan kali aku menelepon Maya dan Varol secara bergantian, tidak ada satu pun panggilan yang disahuti keduanya.

Bisa-bisanya mereka tekat di hari pertama syuting seperti ini. Sejak tadi produser sudah menanyaiku keberadaan keduanya. Aku bahkan sampai harus mendengar makian si produser kepada salah seorang staf yang mengurusi jadwal para juri. Tentunya aku merasa sangat tidak enak, ini semua seperti aku tidak becus bekerja.

"Akhirnya lo nongol juga! Demi apa May! Lo mau buat gue jantungan?" cercaku begitu melihat sosok Maya. Dia mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan, kemudian tangannya melambaikan tas kain yang dibawanya.

Paham maksud Maya, aku mengambil alih tas kain tersebut. Berjalan meenuju mobilku yang kebetulan diparkir di parkiran depan, sedangkan Maya masih sibuk mengatur napasnya di lobi. Saat aku selesai meletakkan tas kain Maya, aku melihat Varol sedang mengobrol dengan seorang pria.

"Anjir ganteng banget!" seruku secara refleks.

Apa yang aku bilang itu memang kenyataan, pria yang mengobrol bersama Varol itu terlihat sangat dan berkali-kali lipat lebih tampan dari Varol. Bibir tipis nan seksi dengan warna merah muda, hidung mancung bak perosotan TK, mata yang tajam dan rambutnya yang dipotong cepak membuat dirinya terlihat seperti karakter-karakter dewa dalam mitologi Yunani.

"Mampus!" seketika aku tersadar dari keterpesonaanku akan sosok pria tersebut.

Aku berlari kecil menuju ke lobi, menuju sosok Maya yang masih menungguku di sana. "Gue tau ya lo itu pengantin baru, tapi gak begini juga telatnya May." Aku masih mengomeli Maya yang kian memasang wajah bete menatapku.

"Kok lo gak ngomelin Varol sih? Dia kan juga telat! Wah lo udah mulai pilih kasih nih!" protes Maya.

Ngomelin Varol? Yang benar aja! Mana berani!

"Gila mana berani gue ngomelin laki lo!" aku mendengus di ujung kalimat. Beginilah susahnya kerja dengan sahabat dan suami sahabat sendiri, semua serba diukur dengan rasa sungkan dan segan. Meskipun dengan Maya rasa itu sudah hilang lama dan justru aku suka mengkurangajarinya.

Aku memperhatikan jalan Maya yang sedikit aneh, dahiku bahkan sampai mengkerut heran. Maya biasanya berjalan dengan tempo cepat, tidak dengan sekarang yang sangat lambat. Bahkan beberapa kali wajahnya mengkerut seperti menahan perih. Wah, wah, wah ini anak kebanyakan main jungkat-jungkit nih sama Varol.

"Jalan lo pelan amat. Gak bisa rapet lagi? Gila lo dijarah Varol?" kelakarku yang sontak saja membuat Maya mendelik marah padaku.

Sekarang aku tahu kenapa mereka telat. Ternyata keasikan kuda-kudaan semalam sampai kesiangan. Awas saja kalau ini terus berlanjut, bakalan aku tuntut dua pasutri baru ini, gara-gara mereka menyebabkan kerugian waktu dan juga emosi bagi manager mereka.

Aku mendampingi Maya dan Varol untuk ikut rapat syuting pertama hari ini. Menurut info yang beredar, bakal ada salah satu perwakilan eksekutif produser memimpin rapat hari ini. Wajar saja, mengingat acara ini akan menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Deretan jurinya saja bagus-bagus dan kompeten semua begini, kecuali Maya yang agak aneh sedikit sih.

tidak berapa lama, pintu ruangan terbuka dan muncul sosok Varol bersama dengan sang Dewa Mitologi Yunani. Entah kenapa melihat penampilan Varol yang jomplang dengan si Dewa Mitologi Yunani membuatku ingin menjahili Maya. Aku mendekat ke arah Maya sedikit dan berbisik dengan suara jahil, "Si Varol itu gayanya bad boy begitu ya. Di ranjang dia bad boy gak?"

aku memperhatikan wajah Maya yang sangat kesal padaku, dia bahkan menepuk gemas pahaku. Membuatku sedikit mendesis perih, telapak tangan Maya sepertinya terbuat dari kayu yang kuat. "Jangan bawel lo, kepo banget sama urusan ranjang tetangga," sungutnya yang tidak lagi aku ladeni.

Cinta Over Time (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang