"Ram, kalo dateng ketok pintu dulu kek!" Gerutu Ocha kesal.

"Lo kira lagi dirumah nenek?" Celetuk Putra.

"Maaf." Ucap Rama singkat, padat, dan jelas. Membuat semua melongo karena pasal-nya, baru kali ini juga Rama mengucap kata "maaf."

"HALO KALIAN SEMUA!" Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Dia, Resti. Semalam Resti riweh sekali, bilang kalau semuanya harus sudah bangun tidur jam 7 pagi. Tapi ia sendiri tak menepati omongan-nya.

"MANA WOI KATANYA JAM 7."

"TAU MANE CUI."

"Udah jam berapa, Resti?" Tanya Nadine pelan, berusaha menelan semua gejolak yang ingin ia keluarkan saat itu juga.

"Jam setengah 10, hehe." Ucap Resti dengan watados andalan milik-nya.

"NAH TUH TAU!" Geram semua serentak, dan sukses membuat Resti menutup telinga-nya.

"Ya elah, berapa menit doang gue telat. Ya udah, ayo jalan entar keburu siang."

Semua membatin. Berapa menit katanya?

"Naik Transjakarta kan? Kartu-nya udah bawa?"

"Lah iya lupa!"

Lagi-lagi, dan akan terus seperti itu.

➖➖➖

"Maka-nya apa-apa di cek dulu kenapa sih." Gerutu Nadine, merutuki kecerobohan Resti yang lupa membawa tapcash milik-nya yang akan menunjang perjalanan mereka kali ini.

"Ih, maaf elah. Santai, ini juga kita udah di halte kok. Saudara semua santai aja." Ucap Resti dengan senyuman. Senyuman meledek.

"Kita kesana naik yang jurusan apaan?" Tanya Putra yang sedari tadi hanya diam memainkan handphone-nya.

"Harmoni kan ya?" Tanya Nadine.

"Yap. Betul betul betul." Jawab Ocha membuat semua serentak menoleh.

"Lo kayak siapa tuh, yang kembar botak siapa sih nama-nya lupa gue." Ucap Abie sambil mencoba mengingat nama bocah botak kembar yang ia sebutkan tadi.

"Arufin dan Arifin." Celetuk Agung sambil mengangkat jempol-nya ke atas.

"Oalah nama asli-nya itu toh baru tau gue." Ucap Zanna sambio menganggukan kepala-nya.

"Itu bus-nya udah dateng, let's go!" Teriak Resti dari tempat duduk-nya.

"Akhirnya, senangnya hati hayati." Ucap Putra sambil melenggak-lenggokan badan-nya bak biduan pantura.

"Norak." Tukas Rama yang baru saja mengeluarkan suara.

"Loh Ram? Gue kira lo bisu." Celetuk Ocha dan dihadiahi tatapan elang gratis dari Rama yang langsung membungkam mulut-nya.

Yang lain hanya bisa tertawa dalam hati melihat kelakuan teman-nya yang satu itu.

Semua sudah naik ke dalam bus. Pintu bus pun tertutup dan bus mulai berjalan.

"Cha, abang-abang bus-nya lumayan juga ya." Bisik Nadine pada Ocha.

Ocha sontak menoleh dan menjitak kepala Nadine. "Lumayan apa?" Ucap Ocha dengan tatapan tajam-nya.

"Lumayan, ganteng." Bisik Nadine lagi.

"Itu udah om-om Nad, Ya Allah mata lo katarak apa gimana?" Kesal Ocha.

Tiba-tiba bus yang mereka tumpangi mengerem secara mendadak.

"EH!" Teriak hampir seluruh penumpang bus.

Seruan-seruan mulai terdengar.

"Pak saya bawa anak kecil loh!"

"Saya nggak mau mati sekarang Pak."

"Astagfirullah yang bener ngapa!"

"Ngapain dah pake ngerem segala?"

"Maaf Pak, Bu. Anak kecil nyebrang tiba-tiba tadi. Maaf banget atas ketidaknyamanan-nya ya semua." Ucap sopir bus.

Ocha mengedarkan pandangan-nya ke seluruh penjuru bus. Dan ia menemukan satu tempat duduk yang masih kosong. Kesempatan emas!

Ocha berjalan perlahan menuju bangku tersebut, duduk disamping pemuda laki-laki yang ia tak ketahui siapa.

Teman-teman Ocha yang lain hanya bisa tersenyum kecut. Ocha nggak setia kawan, temennya nggak duduk dia duduk!

Merasa ada pergerakan disebelah-nya, pemuda itu pun menoleh. Dan kebetulan, Ocha pun juga menoleh.

"Nandy?!"

"Ocha?" Ucap mereka bersamaan.

Teman-teman Ocha hanya bisa menahan tawa melihat insiden tak terduga tersebut. Bahkan Agung pun sampai memegangi perut-nya untuk menahan tawa yang ingin meledak.

"Ngapain lo disini?" Tanya Ocha dengan tatapan tajam-nya.

Nandy mengalihkan pandangan-nya ke jendela.

"Gue mau ke Kota Tua."

Matilah Ocha.

➖➖➖

To be continue.

Jangan lupa vote dan comment.

Loveee y'all.

The Seken One (SELESAI) Kde žijí příběhy. Začni objevovat