PROLOG

1.3K 187 44
                                    


Saat Seokjin muncul di antara para pengunjung kelab Parkheur Paradise Hotel yang hiruk pikuk, kemeriahan dekat panggung panjang dengan tiang-tiang penyangga kian semarak. Lima penari striptis muncul dari ujung meja bar yang penuh. Mereka tersenyum manja pada para laki-laki yang memenuhi pinggiran panggung, siap menikmati tarian mereka.

Seokjin melambaikan tangan pada Jimin yang duduk di sudut ruangan bersama satu teman mereka yang lain, Jungkook. Kepulan asap putih dari gulungan tembakau menguar dari bibir tebal Jimin, lalu dia menawarkan bir pada Seokjin.

"Mana Taehyung, dia belum datang?" kata Seokjin. "Pesta ini dibuat untuk calon pengantin itu dan sekarang dia tidak datang?"

"Mungkin tidak berani datang," jawab Jungkook.

"Aku sudah mengeluarkan banyak uang." Jimin menenggak birnya lagi. "Awas saja kalau dia tidak datang, aku—"

"Hai! Kalian sudah lama?"

Suara berat yang dalam mengintrupsi Jimin, dia mendongak, mendengus kasar pada pria yang baru saja mengambil tempat di depan sofanya.

"Kau terlambat terlalu lama, Taehyung," ucapnya.

Taehyung hanya tergelak, sambil meminum bir yang diangsurkan Seokjin padanya.

"Staf kantor bikin pesta perayaan untuk rencana pernikahanku. Sebagai atasan yang baik, aku harus menghargai usaha mereka, bukan?" ujar Taehyung.

"Pakai air mata buaya nggak? Pura-pura nangis, gitu. Pasti keren," timpal Jimin.

"Memang buaya punya air mata?" tanya Jungkook, keningnya yang putih berkerut halus.

"Nggak tahu. Coba aja tanya sama buayanya." Seokjin yang menjawab, lalu semua perhatian tertuju pada Taehyung.

"Sialan," umpat Taehyung tak tertahan.

"Memang benar 'kan?" kata Seokjin pada Taehyung. "Kalau bukan, kau tidak akan berada di sini sekarang."

"Ya, seharusnya memang aku tidak perlu datang."

"Karena sudah tobat sejak ketemu Raina, begitu?" sela Jimin. "Oh, ayolah, jangan berlebihan. Semua orang pasti merayakan one night stand terakhir sebelum pernikahan." Suara Jimin nyaris pecah menjadi falsetto.

"Lagipula, sejak kapan cinta dan hubungan seks punya kedudukan yang sama?" Sisa cerutu, Jimin tanam dalam-dalam pada asbak silver berbentuk naga, di meja kaca yang penuh gelas bir.

"Memangnya beda?" timpal Jungkook, ekspresinya setengah terkejut setengah antusias.

"Kalau sama, tidak akan pernah ada tempat pelacuran di dunia ini," sambung Jimin. "Tidak akan ada wanita yang selingkuh karena pasangannya impoten dan tidak ada lagi pria yang mencari wanita lain hanya karena istrinya sudah menopause."

"Cih, Direktur kalau bela diri jago juga ya." Taehyung terkekeh, menyebalkan.

Sementara Seokjin diam saja, memandangi Jimin yang kembali merokok dari balik gelas birnya.

"Apa hubungannya? Kalian ngomong apa sih?" Biji mata Jungkook yang secerah permen cokelat tampak menerawang, dia memandangi Jimin dan Seokjin bergantian.

"Pembicaraan orang dewasa, kau tidak perlu memahaminya, Jungkook." Jimin mengusap bahu Jungkook yang bidang, lalu mereka berempat saling pandang. Mereka tergelak bersamaan, saat Jungkook mengangguk dengan tampang cemberut.

"Sebelum pesta lajangmu dimulai, kita pemanasan dulu." Jimin berdiri, melirik teman-temannya yang bergeming. "Dari pada kita terlihat seperti sekumpulan homo yang tidak laku, lebih baik kita sewa penari untuk bergabung. Ini usulan Seokjin, bukan aku," jelasnya tanpa diminta.

Blossom TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang