Soda Crush

1.4K 173 25
                                        

Beneran bukan anak senja. Inget? Ya, Irene salah di awal.

Rumah sakit ini sesuai apa yang Rose kasih tau, semua orang disini tau Wendy—as pasien. Karena katanya setengah saham dari rumah sakit ini itu milik orangtuanya yang memang pasangan dokter.

Wendy langsung dapet ruang khusus, Yerim sama Jungeun pulang setelah Rose nyampe beberapa puluh menit kemudian.

Ada Irene pasang wajah panik, suitnya sedikit basah kena air hujan lalu Rose cuma lirik-lirikan, mengamati.

“Kamu siapanya kakakku?” tanyanya pelan, jari tulunjuk yang gerak di depan wajahnya jadi fokus Irene kali ini.

“Aku, aku pacarnya.”

Rose menjengit, apa kupingnya gak salah denger? “Whats??! Kamu gila ya? Kakakku udah pun—”

Ponselnya berdering, Rose gantung kalimat di tengah rasa penasaran Irene yang paling ujung. Saku jas putihnya di cek dulu, ada ponselnya disana. Tapi pas di liat ternyata bukan punya Rose panggilannya. Tapi punya Irene.

Kebiasaan ya Irene kalau ada yang calling suka gak nyadar ponsel.

Irene balik badan dan mojok disudut biar Rose gak denger obrolannya sama Seohyun.

'Bae, dimana? Rapat lho ini. Kolega banyak yang nanyain.'

'Aku di hospital, tolong izinin aku aja. Aku gak bisa ikut rapat.'

'Siapa yang sakit??! Mami? Joy? Apa Yeri?'

'Ha, bukan. Aku lagi nemenin bu bidan.'

'Astaga, kamu tuh gak ada kerjaan banget. Atasan ngamuk kalau kamu gak ikut rapat. Bisa-bisa kamu di bekukan dari tim.'

'Iya iya, kurang ajar tuh si gendut. Aku jalan sekarang.'

Setelah obrolannya putus, Irene langsung ambil tasnya di kursi panjang ruang tunggu ini. Dia ngobrol dikit-dikit sama Rose lalu pamit pergi.

Jalannya agak cepet, sesekali Irene bersihin air yang nempel di bagian pundak suitnya. Waktu di belokan—dia sama Mingyu papasan tapi gak saling nyadar, mungkin ketika jaraknya agak jauh, Mingyu malah noleh ke belakang dan bergumam kecil.

“Itu si Bae kan ya? Ngapain dia disini?”

“Mingyu, ayo!”

“Ah, ibu jalan duluan aja. Aku ada urusan sedikit. Nanti aku nyusul.”

Karena bagaimanapun, kondisi pasien Mingyu harus diketahui juga. Mingyu cuma takut ada apa-apa sama Irene, ya takut insecure dan depresinya belum sembuh.

Di luar hujan deras, Mingyu terus kejar Irene yang kenapa jalannya cepet banget. Untungnya parkiran rumah sakit ini letaknya di basement, jadi dia gak khawatir kena air hujan terus ujungnya malah demam.

“Bae!” suara Mingyu yang masculine tentu aja dapet atensi dari lawannya. Apalagi suara Mingyu mantul sana-sini.

Irene yang awalnya mau buka pintu mobilpun jadi ketahan. Dia juga kaget ternyata Mingyu yang manggil.

“Mingyu? Kamu ngapain disini?” tanyanya keheranan. Mingyu posisinya udah hadap-hadapan, cowok ini lengkap sama jasnya. Sama kaya Rose di dalam sana.

Mingyu atur nafas dulu, jalan cepet ternyata lumayan bikin paru-parunya terasa kebakar.

“Harusnya aku yang tanya sama kamu. Kamu ngapain disini?”

“Lawyer juga boleh masuk kandang dokter kan? Dokter juga boleh kok masuk kandang lawyer di kejaksaan atau di pengadilan.” jawab Irene santai, Mingyu ketawa kecil.

Insecure (WenRene) | Completed ✔️Where stories live. Discover now