01¶ Bukan Pembukaan

1.1K 247 287
                                    

... MUHAL ...

"Yaa iku sang ratu kopyok sang ratu herang putih ka anak batin ka dulur batin papat kalimah pancer."

°*°

Itu kalimat terakhirnya. Entah kapan aku menghafalnya yang pasti kalimat ini pernah di baca dalam selembar kertas yang diberikan kakek ku dulu. Saat aku duduk di kelas tujuh SMP, dan dalam sekali membaca kalimat itu, lidahku tanpa kelu mengucapkannya kembali. Seperti sudah sering kali menghafalnya, padahal hanya satu kali membaca, dan sebenarnya kalimat itu panjang, tidak ku tulis dari awal karena takut ada unsur kemusyrikan. Awalnya aku tidak memperdulikannya, tapi setelah tahu, sebenarnya ini kalimat Ghaib. Aku seperti tertarik untuk mempelajarinya.

Ini kisah ku, saat aku berumur 17 tahun ...

Berawal dari ketidak sadar-an yang mengitari jalanan di malam hari dengan keadaan tertidur, hingga mendapati kerancuan dalam kehidupan, kematian, kehilangan, kepergian, datang tiba-tiba dalam waktu yang cepat.

Melangkah tanpa ada kesadaran pada diri ini, berjalan dengan jangka waktu yang bisa di bilang singkat, berjalan kurang lebih empat kilometer, hanya berkisaran waktu 5 menit? Seriusan? Iya, itu adanya, kalaupun kendaraan 15 menit itu wajar, tapi ini manusia berjalan dalam waktu 5 menit? Apa itu mungkin?

Jawabannya mungkin, karena memang terjadi adanya.

Itu adalah dimana kisah mistis ku terjadi kembali. Tujuh belas tahun adalah waktu dimana seorang remaja menunggu kedatangan umur spesialnya, karena di umur ini dapat di katakan kita sudah mulai dewasa. Namun ini bukanlah umur yang spesial bagiku, ini adalah umur kebatinan.

Namaku Reynaldi Praja, atau sering dipanggil Rey. Bisa kalian bayangkan. Wajah ini bukan seperti wajah oppa-oppa, wajah ini juga bukan seperti aktor-aktor tampan nan terkenal, wajah ku sederhana. Cukup kalian bayangkan aktor Rizki Nazar.

-Muhal-

"Jefri?" panggilnya kesulitan dengan Suara parau walau begitu suaranya nyaris mengisi seluruh ruangan. Lelaki berambut bak oppa-oppa Korea itu menyusuri seluruh ruangan kelas X-RPL (Rekayasa Perangkat Lunak).

"Lu mau sampe kapan rey? cari orang yang jelas jelas ga ada disini," tutur lelaki dengan postur lebih besar dari lelaki sebelahnya itu.

"Gua yakin, dia ada disini!" jawabnya kukuh.

Lelaki berambut bak mangkok itu terlihat amat gelisah karena belum juga menemukan nama yang dia panggil sedari tadi sore. Namanya Reynaldi Praja, wajahnya sudah sangat pucat, mungkin karena rasa lelah untuk meyakini sahabatnya bahwa di sekolah ini ada anak yang bernama Jefri.

"Iya gua percaya, disini ada anak yang namanya Jefri. Udahlah rey, ini udah jam delapan malem, lu mau nyariin sampe semua ruang sekolah? Mungkin anak itu udah pulang rey," ungkap Sopyan terlihat menggerutu kesal kedua alisnya sudah menekuk, bahkan berkali-kali bibirnya mengerucut bak seekor bebek.

Rey menatap wajah kasar sahabatnya itu, memang sudah terlihat sangat jelas kekesalan di wajahnya, baiklah, Rey menyudahi semuanya, memang benar dia yang terlalu berambisi kepada imajinasinya.

"Yaudah, kita pulang bang," kata Rey lemah.

Sopyan melirik lelaki berwajah pasrah itu dengan lekat, dia sedikit heran, mengapa ingin mengakhirinya? Memang benar sejak tadi dirinya sudah sangat bosan dan kesal. Namun tidak tau kenapa saat Rey mengakhiri pencariannya, terasa amat di sayangkan.

Muhal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang