Bina - 19

27.8K 2.5K 109
                                    

_________________________

Riuh gemuruh tepuk tangan memenuhi ballroom sebuah hotel bintang lima yang malam ini menjadi tempat perhelatan resepsi akbar dari seorang model papan atas, Shajea Galen. Nama artis yang dia gunakan selama berada di dunia permodelan dengan kombinasi nama depan yang di gabung dengan nama sang ayah.

Momentum saat Jea menerima uluran tangan Raja yang akan mengajaknya berdansa lah yang membuat seluruh undangan riuh menyoraki kedua pengantin baru tersebut.

Alunan lagu christina perri - a thousand years mengalun merdu mengiringi dansa pasangan tersebut. Terlihat sangat indah dan membuat para pejuang mencari jodoh merasa iri hati.

"Kamu mau gitu juga nggak?" Tanya Abizar kala melihat Bina tersenyum cerah memandangi kebahagiaan Jea.

Bina tersadar dari lamunannya lalu menoleh ke arah Abizar yang sedang berdiri di sampingnya. Dia merasa kikuk dengan pertanyaan tersebut. Seolah tadi dia terlihat seperti begitu ingin jika suatu hari nanti berada di posisi Jea.

"Nggak juga, aku nggak bisa leluasa seperti itu dalam bertindak di depan banyak orang." Jelas Bina.

Abizar tersenyum lalu mengangguk.

"Benar, aku juga gitu. Ternyata kita memang udah cocok." Ungkap Abizar dengan percaya diri.

Bina hanya bisa membalas senyuman percaya diri itu sambil menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa membayangkan jika pada akhirnya dia akan berada di posisi dimana dia akan memiliki pendamping hidup yang akan menemaninya hingga masa tua nanti.

"Setelah ini, kita nyusul mereka." Ucap Abizar.

Bina langsung menatap horor ke arah calonnya itu. Meski sudah menyiapkan hati, namun sampai detik ini dia masih tidak bisa membuat dirinya merasa nyaman dengan topik pembicaraan tersebut.

"Gimana?" Tanyanya lagi.

Bina membalas pertanyaan itu dengan seulas senyuman.

"Asal semua sudah siap, kenapa nggak?" Jawabnya.

Abizar tidak bisa melepaskan senyuman bahagia dibibirnya. Dia teramat bahagia karena tidak lama lagi status lajangnya akan berganti menjadi seorang suami dari Bina Tanisha Zaviyar.

"Aku nggak nyangka kamu bisa seyakin itu menjawab pertanyaan tadi." Ungkapnya sambil terkekeh.

"Karena Abang pernah bilang kalau Abang itu bukan pilihan siapa pun. Aku jadi yakin milihnya."

Jawaban Bina membuat raut wajah bahagia Abizar perlahan berubah pias. Dia tidak bisa menetralkan jantungnya yang berdegup kencang saat mendapati Bina masih mengingat kata-katanya dulu. Dia salah saat terlalu yakin jika perihal itu tidak akan menjadi masalah untuk ke depannya. Abizar bahkan belum menyiapkan apapun sebagai pembelaan dirinya jika suatu saat nanti semua tidak sengaja terkuak ke permukaan.

Selama berlangsungnya acara, Abizar diliputi keresahan yang tidak bisa sepenuhnya dia tutupi. Bahkan untuk sekedar tertawa mendengar lelucon Radit atau sahabat Bina yang lainnya dia tidak mampu.

"Jar, tegang amat sih lo. Santai aja kali, pekerjaan nggak bakal ngambek karena nggak lo pegang sehari." Celetuk Radit saat mereka tinggal berdua di kursi tamu.

Abizar menghela napas gusar lalu meminum air yang ada di gelasnya hingga habis dalam sekali tekuk.

"Haus, bro?" Tanya Radit heran.

Abizar diam sejenak.

"Dit?" Panggil Abizar.

"Hmm."

"Sekarang aku sama sekali nggak bisa mikir jernih. Rasanya sama sekali nggak tenang. Aku harus gimana?" Tanya Abizar membuat Radit bingung.

Dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dimaksud oleh Abizar. Lalu setelahnya dia mulai mengambil kesimpulan sendiri.

BINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang