Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi

Bagian 2.5 ; Terbiasa

43K 3.5K 67
                                    

Sampai di rumah yang pertama kali Jeremy amati adalah keberadaan Jelita. Perempuan yang sudah membuatnya sangat marah tadi pagi itu tidak terlihat di mana pun. Panggilannya pertama kali adalah untuk Rustini ketimbang pada istrinya yang entah di mana.

"Rustini!" panggil Jeremy dengan nada yang terbilang sangat tinggi.

Wanita itu datang dengan nampan berisi mangkuk dan gelas dari arah kamarnya dan Jelita.

"Kamu habis ngapain dari kamar saya?"

"Ibu habis makan mie, Pak. Saya ambil bekasnya dari kamar."

Melihat mangkuk yang tak hanya satu, Jeremy menatap Rustini seolah wanita itu adalah tersangka utama. "Kenapa mangkuknya ada dua?"

"Oh, ini sama tadi sore."

"Jelita makan dua kali mie instan?!" Nada tinggi yang Jeremy berikan membuat Rustini mundur selangkah spontan saja.

"I—iya, Pak."

"Kenapa kamu kasih?! Kamu tahu, kan Jelita sedang hamil?! Kalo terjadi apa-apa dengan anak saya kamu mau tanggung jawab, Rustini?!"

Rustini tidak bisa menjawab sentakan Jeremy tersebut. Lelaki itu terlihat marah sekali dengan fakta bahwa Jelita memakan dua kali mie instan.

Menghembuskan napas kasarnya, Jeremy mengusap wajah dengan lelah. "Selain makan mie dia makan apa?"

Rustini menunduk, dengan takut dirinya menjawab, "Ibu nggak makan apa-apa selain mie instan, Pak. Katanya ibu cuma mau makan itu saja, yang lainnya bikin ibu mual."

"Kamu—" Jeremy menahan keinginannya untuk memaki Rustini yang sudah terlihat takut. Belum lagi kenyataan bahwa Rustini lebih tua dari Jeremy... lelaki itu masih memiliki otak untuk memperlakukan bawahannya dengan kasar. "Sana bawa ke dapur mangkuknya! Besok, saya nggak mau Jelita mengonsumsi mie instan! Saya nggak mau ada jenis mie apa pun di rumah ini. Buang semuanya kalau perlu! Bilang saya kalau Jelita ngotot masih mau mie, saya sendiri yang akan paksa dia untuk makan makanan sehat."

Rustini mengangguk. "Iya, Pak. Saya permisi."

Usai melampiaskan amarahnya pada Rustini, Jeremy melangkahkan kaki menuju kamar. Di sana dia mulanya berniat memarahi Jelita dengan segala rasa kesalnya yang sudah disulut oleh perempuan itu sendiri sejak pagi. Namun, begitu melihat bagaimana nyamannya Jelita terlelap menghadap pintu dengan sebelah tangan yang menjadi tumpuan kepalanya, Jeremy seketika saja mereda. Amarahnya entah terbang ke mana.

Belakangan memang Jelita terbiasa dengan tidur di lengan Jeremy. Begitu juga dengan Jeremy yang merasa perlu menyelipkan lengannya untuk menjadi bantalan sang istri. Sebuah kebiasaan yang Jeremy sendiri tak mengerti mengapa dirinya bisa begitu memahami apa yang harus dirinya lakukan untuk Jelita.

Menghela napasnya sekali lagi, Jeremy membuka jam tangan untuk dirinya taruh di meja. Matanya tak lepas dengan pergerakan Jelita yang terlihat tak begitu nyaman dalam tidurnya. Tahu apa yang akan membuat tidur Jelita lebih lelap, lelaki itu segera membersihkan diri.

Usai mandi yang begitu singkat, Jeremy memakai celana panjang tanpa atasan dan segera menyelipkan lengan pada kepala Jelita. Gerakan itu membuat Jelita menggerutu sejenak lalu berpindah arah menjadi menghadap Jeremy. Dia tak terbangun meski gerakan Jeremy terhitung mengganggu. Di saat seperti ini Jeremy bisa mengamati wajah Jelita yang memang tak main-main. Perempuan itu seakan tercipta dengan apik oleh pahatan Tuhan.

Mengarahkan lengan sebelahnya yang bebas, Jeremy mengusap pipi perempuan itu. Semakin tembam, Jeremy mengamatinya. Perut Jelita memang belum begitu menonjol, tapi mereka bisa merasakan bahwa bentuknya tak lagi rata seperti pertama kali Jeremy menidurinya dan memecah labirin keperawanan Jelita.

Tangannya berpindah pada perut perempuan itu, matanya juga mengarah ke sana. Jeremy merasa tenang dengan mengawasi anaknya di dalam perut Jelita. Dia tak mengerti, tetapi bisa merasakan ketenangan hanya dengan mengusap perut itu. Mood-nya juga tidak berantakan dengan hembusan napas Jelita yang belakangan terdengar dengkurannya, dan tangan yang menjaga perut serta kepala perempuan itu. Jeremy merasa tenang dan merasa bisa terlelap dengan pulas.

The Wedding Dumb / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang