BAB 09

12 1 0
                                    

Suasana hati Anar mulai membaik setelah kemarin berhasil bertemu Nada. Senyuman tidak pernah sirna dari wajah tampannya. Dia bahkan tidak menyapa Danu dan Bagas yang ada di hadapannya. Anar terlalu larut dalam bayangan Nada yang memenuhi pikirannya.

Bagas dan Danu lantas mengikuti Anar sampai ke ruangannya. Anar masih tidak menyadari jika kedua sahabatnya itu sudah duduk di sofa ruangannya. Dia sendiri duduk di meja kerja sambil mengukir senyum. Danu sontak melempar gulungan kertas pada pria yang tidak mengacuhkannya itu.

"Hei!Siapa yang ...." Ucapan Anar terhenti saat melihat kedua sahabatnya duduk di sofa.

"Sejak kapan kalian berdua di sini?" tanyanya kemudian ikut duduk di sana.

"Sejak kamu masuk kantor sambil senyum-senyum kayak orang gila," sarkas Bagas.

Seolah tidak merasa tersindir, Anar kembali tersenyum.

"Ketemu!" ucapnya tiba-tiba hingga membuat kedua rekannya saling bersemuka dengan dahi mengerut.

"Apanya?" tanya Bagas dan Danu kompak.

"Gadis yang aku cari-cari selama ini, semalam aku ketemu sama dia," ucap Anar.

"Terus? Kamu udah dapet nomornya?" tanya Danu penasaran.

Anar menjawab dengan anggukan.

"Ajaklah dia ke acara nikahanku nanti," celetuk Bagas dan membuat Anar berhenti tersenyum.

"Beneran kamu mau nikah?" tanyanya.

"Benarlah, undangannya bahkan udah mau jadi, besok aku kasih. Aku sewa resort kamu, ya. Bisa, kan, buat minggu depan?" tanya Bagas pada Anar.

"Buat apa nyewa? Aku kasih gratis seharian buat hadiah pernikahanmu," jawab Anar.

"Wah ...thank you,My friend, enggak rugi deh punya temen orang kaya. Hahahaha."

Bagas berteriak senang sambil memeluk Anar.

"Lepas!" teriak Anar yang tidak suka dipeluk oleh sahabatnya itu.

"Dan, Anar kasih tempat buat aku nikah, kamu kasih apaan?" tanya Bagas penuh harap pada Danu.

"Jangan ngimpi! Aku cukup kasih amplop isinya seratus ribu! Inget ya aku gak sekaya Anar!" jawab Danu sedikit cemberut.

"Ya elah, pelit amat seratus ribu doang!"

"Udah kalian pergi deh, aku sibuk!" titah Anar pada kedua sahabatnya itu.

"Sibuk apaan? Sibuk kasmaran!" cibir Danu yang kemudian mendapat hadiah lemparan kertas dari Anar.

Bagas tertawa kemudian mendahului pergi dari ruangan karena tidak mau mendapat lemparan dari Anar juga.

***

Tiga hari menjelang pernikahannya, Nada sudah tidak lagi mengurus toko roti. Dia meminta karyawan yang dipercayainya untuk mengambil alih sementara. Saat jam makan siang, Anar keluar untuk pergi ke toko roti milik Nada karena dia sudah tidak bisa menemui gadis itu di warung Mbok Siyem. Sesampainya di sana, dia mencari sosok Nada, tapi sosok yang dicarinya tidak ada.

"Maaf, Mbak, ini bener, 'kan, toko Mbak Nada?" tanyanya pada seorang pelayan.

"Iya betul, Pak, ada perlu apa? Mbak Nada sedang ada acara jadi untuk sementara tidak ada di toko, mungkin minggu depan beliau ada lagi di toko ini," jawab pelayan tersebut dan membuat hati Anar kembali meredup.

"Owh, ya sudah, enggak ada apa-apa. Besok saja saya akan berkunjung lagi. Terima kasih," ucapnya lesu.

Sekembalinya Anar ke kantor, Bagas sudah menunggunya di ruangan kerjanya.

" Ada apa?!" Tanya Anar ketus.

"Galak amat, sih, nih aku mau kasih undangan pernikahanku," ucap Bagas sembari menyodorkan sebuah undangan pernikahan yang hanya tertera inisial pengantin di depannya, 'B&N'. Anar menerima kemudian langsung menaruhnya di laci meja.

"Enggak dibaca dulu?" tanya Bagas heran karena Anar langsung menyimpan undangan tersebut tanpa membacanya.

"Buat apa? Toh aku udah tahu kamu mau married di mana. Udah sana pergi deh, aku sibuk," ucap Anar.

Bagas hanya berdecak kesal kemudian pergi menuruti titah sahabatnya itu.

***

Hari pernikahan Nada dan Bagas tiba. Karena kesibukannya, Anar tidak bisa menghadiri acara ijab kabul. Dia datang saat resepsi sudah digelar. Anar tidak bisa menemukan Bagas dan pasangannya,hanya ada Danu yang dilihat olehnya dari sekerumunan orang yang hadir di gedung itu. Tanpa pikir panjang, Anar menghampiri Danu.

"Hei, Dan, udah lama ya?" sapanya pada Danu yang tengah menikmati hidangan pesta.

"Udahlah, ke mana saja? Jam segini baru datang," balas Danu.

"Kerjaan numpuk tadi, ini saja susah payah aku tinggal. Pengantinnya mana?" tanya Anar lagi.

"Lagi foto di taman, nanti setelah ganti baju baru deh ke sini lagi. Makan dulu aja."

"Enggak deh, aku susulin mereka dulu di taman ya ...," ucap Anar sambil menepuk bahu Danu.

Anar menuju taman yang sedang digunakan untuk berfoto. Namun, saat dirinya hendak menuju taman, dia berpapasan dengan seorang wanita bergaun pengantin sedang menunduk mengambil bunganya yang terjatuh. Beberapa orang membantu mengangkat gaunnya yang panjang. Anar yakin dialah pasangan Bagas, maka tanpa ragu dia menyapanya.

"Selamat ya atas pernikahan—"

Alangkah terkejutnya Anar begitu wanita di depannya mendongak dan menatapnya. Wanita yang mengenakan gaun pengantin itu adalah Nada, gadis yang selalu menghantui pikirannya.

"Mas Anar?"

Nada juga terkejut. Tidak bisa dipungkiri lelaki di hadapannya adalah pria yang berhasil masuk ke hatinya sejak awal pertemuan pertama mereka. Nada benar-benar tidak menduga pria itu datang ke acara pernikahannya. Mereka saling bersemuka. Nada bisa melihat ekspresi keterkejutan Anar saat menatapnya. Ia merasa bersalah saat ini. Seharusnya saat terakhir mereka bertemu, dia katakan saja kalau dirinya akan menikah, tetapi saat itu ia tidak punya alasan untuk mengatakannya begitu saja.

"Hei, Sobat, baru sampai kamu?"

Bagas muncul dari belakang Nada dengan mengenakan pakaian yang senada dengan gaun yang dikenakan oleh Nada seolah menegaskan pada Anar bahwa dialah pasangan gadis itu kini.

OMG...
Rontok hati Anar guys....
Bagaimana ya cara Anar meluapkan perih hatinya?
Simak di bab selanjutnya.
Yang gak sabar, cusss beli bukunya sekarang juga.

Cinta Yang Jatuh Bersama Hujan (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora