Let me photograph you in this light
In case it is the last time
That we might be exactly like we were
Seulgi memandang lurus ke depan, tidak tahu apa yang harus dia katakan.
Memikirkan bagaimana dia melalui lima tahunnya sampai sekarang, hidup Seulgi sendiri tidak bisa dibilang mudah. Ada konsekuensi jangka panjang, untuk sebuah rasa sakit karena penyerahan diri yang terlalu penuh pada cinta.
Cinta yang ternyata sewaktu-waktu bisa mengkhianatimu.
Before we realized, we were sad of getting old
It made us restless
It was just like a movie, it was just like a song
Kang Seulgi begitu kesakitan, hingga dia takut untuk berlari menembus hujan lagi, takut untuk mendengarkan musik lagi, takut untuk membuka hatinya lagi. Dia takut akan mengingat Park Jimin lagi. Semua hal itu jadi membuatnya mengalami malam-malam dimana dia baru bisa tidur pada pukul tiga. Menangis di kamar mandi, lalu tertidur di dekat kaki bathub karena kelelahan. Lalu, karena terlalu sering begitu, Seulgi jadi mudah sakit-kebanyakan demam dan flu.
I was so scared to face my fears
Cause nobody told me that you'd be here
Kang Seulgi tidak tahu, jika menjauhi jejak-jejak keberadaan Jimin kemudian malah membuatnya mengalami kekhawatiran baru, bahwa di masa depan hidupnya yang payah itu sudah benar-benar tidak akan ada Park Jimin lagi. Dia sudah kehilangan. Dan, dia bisa saja mati sendirian dalam kesedihannya yang seperti tanpa akhir itu.
Apa Jimin setidaknya tahu bahwa dia sudah menghancurkan harapan Seulgi?
And I swore you moved overseas
That's what you said when you left me
"Kim Taehyung..." Seulgi bicara dengan suara bergetar pelan. "Dia selalu ada untukku, kapanpun aku membutuhkannya, Jimin-ah ."
Jimin meringis, merasakan kepahitan itu merayapi dadanya lagi.
Dia berharap seandainya saja takdir Kim Taehyung tidak pernah bersinggungan dengan mereka berdua, mungkin Park Jimin tidak akan pernah perlu pergi dan meninggalkan hatinya bersama dengan Seulgi yang hancur.
Dia juga sama tidak berdaya dan penuh darahnya seperti Seulgi. Cintanya terlalu besar.
Apa Seulgi bahkan tahu bagaimana dia bisa mengerahkan seluruh tenaganya yang ada untuk menghancurkan harapan wanita itu?
Drrrtt... Drrrrttt...
Park Jimin dan Kang Seulgi sama-sama melirik ke arah ponsel Seulgi yang menyala, dan keadaannya menjadi lebih pahit lagi saat mereka melihat nama Kim Taehyung yang muncul pada layar panggilan disana. Seulgi mengangkat ibu jarinya.
"Jangan dijawab." Itu permintaan Park Jimin yang paling putus asa. "Kumohon."
Dan, begitu saja, Seulgi dengan mudah tidak menjawab panggilan itu.
Dia terlalu mudah mendengarkan Jimin.
Jimin melepaskan sebelah headset yang berada di telinganya, dan memasangkan benda itu pada Seulgi. Menutup kedua telinga Seulgi dan mengarahkan kepala wanita itu agar menghadap padanya, agar Seulgi melihatnya, dan kepahitan Jimin bisa berangsur menghilang karena pria itu hanya butuh ada Seulgi saja supaya dia bisa terus merasa baik.
Lagu yang terdengar sudah berganti sekarang, dan mata sendu Seulgi melebar karena dia mengenali nada-nada yang bergaung memenuhi kepalanya itu. Hatinya mengenalinya.
Streets filled with lilacs tickle the tip of my nose
Smiles on loving faces beam like sunshine, what a bright day
Yes, it's the sun, the sky shimmers with heat
KAMU SEDANG MEMBACA
BUFMU || seulmin•
Fanfiction[COMPLETED] Buku-buku, hari berhujan, musik, sebuah surat, senyum, kerinduan, dan sebuah ciuman. Jimin dan Seulgi kembali memutar habis sebuah roll film lama milik mereka, membandingkannya dengan yang baru, dan tersadar, bahwa mereka tidak menyukai...
Chapter 2/2 [End]
Mulai dari awal
