Te Amo Ata | Altha kecewa sama bang vian

321 12 2
                                    

Kebohongan akan menimbang kekecewaannya yang mendalam



























Altha menoleh dan ….. “kalau altha sembuh mau nurutin kemauan altha?” Tanya altha memastikan.

“abang usahain.” Vian kembali mengacak-acak puncak rambut altha dan mencubit pipi altha gemas.

“buat darren kembali.”

Hening.

Vian sama sekali tidak bisa menjawab, ia takut salah berbicara dan akan menyakiti altha nanti nya. Altha sudah rapuh sekarang vian tidak ingin meretakkan kembali hati altha.

Vian mengelus rambut altha dengan halus dan tersenyum kepada altha, niat nya bukan memberi harapan kepada altha tapi senyum altha membuat vian semakin sesak saja, kenapa harus altha yang mengalami semua ini.

“altha bang vian gak bisa.” Ucap vian membuat senyum altha langsung menghilang, manik-manik mata yang menatap mat avian sudah mulai berkaca-kaca hal itu membuat vian semakin sakit. “ta nanti kamu bakalan tau.” Ucap vian kembali.

“tau apa bang.” Suara altha bergetar, hampir saja dia akan menangis kalau saja dia tidak menahanya,tapi percayala ini semakin membuat altha sakit karena menahan tangisannya.

“nanti ya altha.” Vian mengelus pipi altha.

Altha langsung menurunkan tangan vian. “kenapa ? kenapa gak sekarang?” Tanya altha kepada vian, hal ini benar-benar membuat vian pusing.

“altha kamu istirahat ya udah malam.” Ucap vian mengalihakan pembicaraan.

“bang vian berubah.”ucap altha membuat vian mematung. “bang vian gak pernah nyembuyiin hal apapun dari altha, hal sekecil apapun itu. Tapi sekarang, altha benci dengan bang vian yang seperti ini. Aku kecewa, kecewa dengan semua.” Ucap altha kemudian berjalan menuju ranjang nya meninggalkan vian yang masih mematung di depan jendela dengan angin yang terus berhembus menerpa rambut hitam pekat vian.

Omongan altha begitu menyesakkan bagi vian, baru kali ini adeknya berkata seperti itu mengatakan secara terang-terangan bahwa ia sangat benci dan juga kecewa dengan vian.

Altha berbaring kemudian menutup matanya hari-hari yang ia jalani begitu melelahkan.

“maaf dek ini demi kebaikkan kamu.” Ucap vian dengan lirih dan sangat pelan, tapi altha masih bisa mendengarkannya benar mata altha tertutup tapi telinganya masih bisa mendengar.

Kemudian setetes air jatuh dari mata yang menutup. Sebisa mungkin altha tidak terisak, walau lebih menyakitkan.

Vian benci dengan semua ini dimana dia menyembunyikan sesuatu dari altha. Ia sama sekali tidak pernah membuat altha kecewa, ia selalu ingin altha bahagia.

Tapi sekarang apa yang dia lakukan, bahkan altha sendiri yang berbicara seperti itu. Dari sorot mata altha pun sudah terlihat ia benar-benar kecewa dengan vian.

Tapi mau bagaimana lagi, sekarang kondisi altha adalah prioritas nya. Vian akan benar-benar benci dengan dirinya sendiri jika altha tau dan hal itu membuat kondisi altha semakin memburuk.

Vian harus bersabar, jika altha sudah dinyatakan sembu total vian akan benar-benar menjelaskannya pada altha dengan pelan. Vian janji itu ia akan membuat perempuan yang ia sayangi itu bahagia setelah ini, tidak perduli bahwa kebahagiaanya adalah darren.

Dari pada emosi vian meledak disini dan itu akan mengganggu waktu istirahat altha, vian memutuskan pergi saja dari ruangan altha dan menuju ke taman rumah sakit untuk menghirup udara tengah malam mungkin menyegarkan.

Sebelum itu vian menutup jendela yang sendari tadi menjadi tempat ia berbicang dengan altha. Vian melangkah akan keluar tapi sebelumnya vian berhenti dan mengelus rambut altha dengan pelan agar altha tidak terbangun.

“cepet sembuh dek, abang kangen kamu.” Ucap vian.

Setelah memastikan vian benar-benar pergi dengan pendengaran tidak ada langkah kaki lagi yang berjalan altha membuka matanya. Mata altha kini menatap pintu yang baru saja tertutup.

“altha juga kangen bang vian, altha kangen dulu, altha kangen darren.” ucap altha dengan isakan yang sudah tidak tertahan kan lagi.

Menahanya begitu menyakitkan, seperti ada gumpalan yang menyumbat pernapasan altha.

Hingga setetes air mata pun tak bisa dihindari oleh altha. Ia  benar-benar menangis malam ini  tangisan yang sendari tadi ia tahan sekarang meluap.







































Update ni author


Eh kok banyak silent reader ya..

Gimana ni..
Kan author jadi gak semangat nulis 🥺













Vote guys😚🥺
And comment ya...









Bye sampai jumpa di chapter selanjutnya

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang