PROLOG

353 142 77
                                        

Flashback On

Bugh!!!


Plak!!!


Prang!!!


Suara yang tak asing lagi didengar oleh anak kecil itu. Melihat orangtuanya yang selalu bertengkar hanya karena perkara kecil.

"Ayah jangan belantem lagi!" Ucap anak kecil itu sambil menangis sejadi - jadinya.

"Diam kamu!!! Anak kecil tau apa kamu. Dasar anak tak tahu diuntung, pergi kamu!! " Ucap sang ayah sembari membentak anak kecil itu.

"Jangan sakiti dia Bram, dia tidak tahu apa -apa!! "Ucapnya sambil menahan amarah suaminya terhadap anak semata wayangnya itu.

"Diam kamu!! Urusan kita belum selesai dasar jalang!!!"


BUGHH...!!


"Dasar b*tch...!!"


Pranggg!!......


"Kamu salah paham Bram, aku tidak melakukan apapun dengan Pradipta.. Semua ini hanya salah paham Bram! "

"Masih tidak mengaku juga kamu,hah!!!" Seraya menjambak rambut istrinya tersebut. "Maling mana ada mau ngaku."

"Aduhh sakit Bram!!! "Ucapnya sambil menahan sakit yang menjalar di kepalanya itu.

" Rasakan ini JALANG! " Bentak sang suami.

Sangking emosinya, Bram gelap mata mengambil sebuah guci dan melemparkannya kearah istrinya tersebut.


Pranggg!!!!....

...

...

"Bunda!!!!!!!!"


Darah bercucuran mewarnai lantai ruang tamu, seolah membingkai kenangan pahit didalamnya. Kejadian demi kejadian tak luput dari penglihatan anak itu, yang membuatnya bergetar hebat dan bercucuran keringat melihat kejadian yang tak seharusnya dilihat oleh anak usia 5 tahun.

"Hiks, hiks, hiks. Bangun Bunda jangan tinggalin aku bunda. Aku sayang bunda." Tangis anak kecil itu pecah memenuhi ruangan itu sambil mengiringi kepergian ibunda tercintanya.

Waktu yang seolah berjalan dengan cepat, seketika berhenti. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terbungkam seketika dibuatnya, hingga keheningan memenuhi ruangan itu. Pemandangan tragis yang ditunjukkan Bram kepada keluarganya, seolah merenggut wibawanya sebagai seorang kepala keluarga. Bagaimana tidak? Ia sudah membunuh istrinya didepan anaknya. Wajah tampannya seketika pucat pasi dan membeku, tangannya yang putih itu kini dilumuri warna merah, dan matanya melotot tidak percaya.

"A-apa yang telah kuperbuat? Astaga, apa ini?" Gumamnya tak percaya.

Dengan tubuh bergetar dan tatapan tak percaya, ia menghampiri jasad sang istri yang sudah terbaring tak bernyawa.

"M-Maudy, M-Maudy, bangun sayang. Maudy..." Ucap Bram lirih seraya menggoyangkan tubuh istrinya yang sudah terbujur kaku di lantai yang berlumuran darah itu.

"Ke-kenapa kau tidak bangun, Maudy? A-aku minta maaf, jadi bangunlah. Hei... Aku sudah minta maaf, bukan?Jadi bangunlah! BANGUNLAH MAUDY!!!" Bentaknya tak percaya dengan apa yang terjadi.

"MAUDYYY!!!..." Teriaknya histeris yang seketika mengejutkan ruangan yang semula hening itu.

Laki- laki paruh baya itu tidak percaya dengan apa yang terjadi. Kemudian mengambil tangan istrinya itu dan mengecek nadinya serta meletakkan jarinya disela hidung istrinya untuk mengecek aliran udara yang sudah tak berhembus lagi. Ia beralih ke dada istrinya untuk mengecek detak jantungnya. Namun, semua itu percuma, dan nihil. Istrinya sudah meninggalkan dia dan anaknya untuk selama-lamanya.

Kemudian anaknya tak tinggal diam dan segera menghampiri ayahnya tersebut..
"Ayah jahat, ayah bunuh bunda, ayah pembunuhhh!!" Ucap anak itu sambil memukul dada bidang ayahnya tersebut.

"Aku benci ayahhhh!!!"ucapnya sambil menangis tersedu-sedu. " Hiks, hiks,! "

Bram masih terdiam dan sambil mengeluarkan air matanya yang sudah terbendung di pelupuk matanya.


Tess.


Air mata Bram jatuh seketika membasahi pipinya.Dia menyesal karena sudah kalap mata menghabisi nyawa istrinya tersebut.

Dia tak sanggup menatap anaknya. Rasa bersalah menjalar keseluruh tubuhnya. Ia tidak ingin menyadari kenyataan pahit yang diakibatkan oleh perbuatannya sendiri. Ia merasa semua ini seolah akan menjadi mimpi buruk yang akan menghantuinya seumur hidupnya.

He doesn't realize the bitter fact that he made off.

"Ayah jahattt. Aku gak akan pelnah maapin ayah.! " Ucap anak itu seraya pergi dari hadapan ayahnya.


****

Sirine ambulance kini telah memenuhi suara di halaman rumahnya. Dan kini lelaki itu terdiam mematung melihat polisi menghampirinya.

"Maaf, apa benar anda yang bernama Bram Frezzy? "Ucap polisi itu disertai anggukan pelan dari lelaki itu. " Anda kami tangkap atas tuduhan kasus KDRT yaitu pembunuhan saudari yang bernama Maudy Frezzy".

Lelaki itu terdiam dan membeku sambil menatap dalam borgol yang telah melingkar di pergelangan tangannya.Ia terlihat  pasrah ketika polisi itu mengiringnya masuk ke dalam mobil patroli. Ia dapat melirik dari jauh bahwa anaknya melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan, tatapan itu dipenuhi antara rasa kesedihan dan... Kebencian. Malam itu adalah malam yang paling menyakitkan sepanjang sejarah dikediaman keluarga Frezzy.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tap to continue

Gimana guys menurut kalian ceritanya? Penasaran kan? Next chapter lainnya ya! Please read, vote, and comment☺
Arigatou Gozaimasu minna-san.✌🙏




The Unrepeated LifeWhere stories live. Discover now