Bina - 17

28.2K 2.5K 80
                                    

_________________________

"Terima kasih Saya ucapkan kepada teman-teman semua yang sudah datang pada hari ini. Dan Saya doakan semoga kalian juga bisa menghadiri resepsi kami minggu depan. Sekali lagi terima kasih dan selamat menikmati acara ini."

Kalimat penutup Jea diikuti oleh gemuruh tepuk tangan dari sekitar tiga puluh undangan yang hadir. Meliputi teman main, teman kerja dan teman calon suaminya juga.

"Aku baru tau kalau calon suami teman kamu itu salah satu pemilik manajemen artis yang juga bekerja sama dengan perusahaan keluargaku." Ungkap Abizar pada Bina yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

"Perusahaan keluarga?" Tanya Bina.

Abizar mengangguk lalu mengambil salah satu menu yang ada di meja sampingnya.

Bina sejenak mengerutkan keningnya lalu ber oh ria. Dia baru mengingat jika sosok Abizar bukanlah orang sembarangan. Meski dia bekerja di bawah kuasa perusahaan Angkasa, tetapi dia juga merupakan anak kedua dari salah satu konglomerat negeri ini. Hanya sifat ingin mandirinya lah yang membuatnya masih memilih menjadi seorang general manajer di saat dia bisa menjadi lebih dari sekedar berada di jabatan tersebut.

"Utama group." Gumam Bina saat mengingat nama perusahaan keluarga Abizar.

Dia melirik ke arah laki-laki itu yang sedang sibuk memilih cemilannya.

"Kenyataannya kekayaan Abizar jauh di atas Radit. Tapi karena dia berada di bawah naungan Angkasa aku jadi lupa dia itu anak konglomerat." Batinnya.

Bina merasa semakin kecil jika memikirkan kalau nanti dia benar-benar menjadi istri dari Abizar. Pasti semua akan terasa tidak mudah saat bukan hanya dirinya yang akan berikatan dengan keluarga Abizar, melainkan keluarganya juga.

"Apa itu malah semakin membantu perusahaan Papa, ya?" Bina langsung mengenyahkan pemikiran itu. Dia sudah harus menata hatinya untuk yakin dengan pilihannya sendiri. Jika pun pilihannya membuat ayahnya malah semakin girang maka dia akan memikirkan hal itu lain waktu.

"Bina?"

Bina menoleh lalu melihat Abizar yang menatap bingung padanya.

"Kamu lagi melamun? Lamunin apa sih? Aku, ya?" Goda Abizar dengan senyum tipisnya.

Bina terkekeh pelan mendengar godaan yang biasa dipergunakan oleh Radit. Sepertinya racun laki-laki itu sudah cukup menyebar pada Abizar.

"Bibin!" Panggil Yaya sambil menghampiri Bina.

"Kenapa?" Tanya Bina.

Yaya menoleh sejenak ke arah Abizar lalu tersenyum salah tingkah karena kelakuannya sendiri.

"Pinjam Bib- eh, maksudnya Bina. Boleh ya, Pak? Eh- Mas?"

Bina tidak bisa menahan tawanya saat Yaya serba salah berbicara dengan Abizar. Dia masih begitu canggung walau hanya untuk saling menyapa, padahal Abizar sudah mengatur wajah ramahnya sebaik mungkin.

"Iya boleh. Jangan lupa dibalikin ya." Kelakar Abizar.

Lalu Yaya dengan semangat membawa Bina ke depan Esi yang juga ada Leo dan Kamal di sana.

"Begini, Bin. Aku itu sebenarnya..." Yaya menjeda ucapannya sementara Bina menanti dengan penasaran.

Namun setelah menunggu, dia malah hanya mendapatkan kekehan dari Yaya.

"Ini ibu hamil kenapa sih?" Tanya Bina bingung.

"Maaf ya, Bin. Dia lagi ngidam." Jelas Leo dengan sungkan sambil mengelus sayang surai istrinya.

Bina semakin bingung dengan maksud dari Leo.

"Maksudnya?"

Esi menahan tawanya dengan menutup mulut. Lalu Kamal, suaminya Esi menggelengkan kepala sambil menjelaskan maksud dari ngidam Yaya.

BINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang