jealousy symtomps

2.8K 385 125
                                    

Kalau kata Juna, gua sering mengalami simtoma kecemburuan akut yang berlebihan dan nggak wajar. Damn right. Gua nggak akan mengelak apalagi berbohong atas apa yang gua rasain. Ya, benar, gua memang si bangsat yang suka cemburu nggak jelas. Dan gua sendiri juga nggak mengerti kenapa.

Olivia bukan cewek pertama yang menarik perhatian gua atau cewek pertama yang gua pacari, walau sampai sekarang gua masih ditolak sama dia. Gua sangat mengenali siapa gua dan gua tahu bagaimana cara menata hati saat menjalin hubungan. Bisa ditanyakan ke Nisa—mantan yang gua pacari lebih lama dibandingkan Tasya—gua nggak pernah cemburu sedikit pun. Gua nggak peduli dia bergaul sedekat apa pun sama bajingan lain atau mau nakal-nakalan. Serius, gua nggak merasa hal seperti itu adalah masalah. Dan saat bersama Olivia, kemampuan gua itu hilang tanpa jejak. Seluruh kontrol diri gua buyar berantakan.

Gua masih ingat gimana pertama kalinya mendapati Olivia sedang asyik bersama bajingan lain. Waktu itu gua masih berstatus sebagai pacarnya Tasya dan gua nggak bisa melakukan apa-apa. Banyak hal yang membatasi pergerakan gua dan itu jauh dari kata menyenangkan. Belum lagi kelakuan Tasya yang makin lama bikin gua merasa tercekik. Makanya, gua nggak bisa mengelak setiap konco-konco sempak maniak ngatain gua kakap bakar. Apa yang mereka ledek memang benar adanya. Mereka semua tahu. Gua kebakaran. Dari dalam hati. Setiap kali gua lihat Oliv jalan sama bangsat lainnya.

Akan tetapi, sekarang berbeda. Gua bukan lagi pacarnya orang. I am totally free. Terutama untuk mencintai dan menjaga adiknya Aghi. Gua bisa melakukan apa aja karena nggak perlu ada lagi perasaan lain yang dijaga demi Olivia selain si cantik itu sendiri. Gua bebas mengutarakan gimana panasnya api yang menjalar di sekujur tubuh gua itu.

Seperti saat ini, gua berdua sama Olivia di dalam mobil. Mesinnya udah mati. Mobilnya gua parkir merapat ke pagar rumahnya Om Kautsar, kayak yang diperintahkan Aghi biar nggak diomelin tetangga bawel. Kita berdua diam. Langit udah gelap. Jam di dashboard menunjukkan pukul sembilan malam. Tadi gua sempat lihat Bima masih di teras, ngudud sendirian sambil main hape. Sekarang orangnya udah hilang, mungkin masuk ke rumah dan laporan ke Aghi kalau gua datang bawa adiknya pulang. Sekalian ngasih gua privasi biar enak ngomong sama Olivia walau pun kami di dalam mobil dan dapat dipastikan Bima nggak akan bisa dengar.

Gua diam. Nggak ngomong apa-apa. Tapi juga ngasih gesture kalau gua belum ngebolehin Olivia untuk turun dari mobil. Pintu di samping Olivia merapat ke pagar, dia nggak ada akses lain kecuali keluar dari pintu pengemudi. Olivia cukup pintar dan cepat memahami kebiasaan gua yang satu ini. Ya, gua lagi marah. Kesal banget, bangsat. Rasanya gua pengin nonjok orang. Melihat Olivia di samping yang lagi menatap gua dengan mata memelas seolah sedang memohon maaf ke gua, rasanya gua pengin nendang si anjing yang udah bikin hati gua keburu hangus.

"Udah ya, Kak, marahannya? Oliv minta maaf, tapi tadi Oliv nggak bohong. Kakak nggak balas chat Ditelepon juga nggak bisa. Aghi juga sama. Makanya Oliv nebeng sama A'ang."

Anjing. Gua benci kalau dengar Olivia menyebut nama orang lain. Apalagi nama orang yang jelas-jelas mengibarkan bendera perang untuk merebutkan hati adiknya Aghi.

Tangan gua yang memegang dagu dengan siku menumpu ke jendela pun mengepal. Rahang gua menggeretak. Dan sepertinya Olivia menyadari perubahan ekspresi gua. Dia berkata;

"Yang penting sekarang kan Oliv pulangnya sama Kakak—"

"Kakak pernah bilang apa? Kalo Oliv nggak bisa hubungi Kakak atau Aghi, atau Bima dan yang lain, Oliv pesan takol dulu. Aghi juga selalu nyuruh gitu, kan?"

Dia cuma ngangguk. Wajahnya cemberut. Gua tahu, sedikit lagi aja gua ngomong, dia pasti langsung nangis. Selama ini gua mencermati segala hal tentang dia. Bagaimana sikapnya saat bersama Aghi, dari ketika dia menginginkan sesuatu sampai dengan caranya menghadapi kemarahan abangnya. Gua mulai hapal. Di luar nalar. Dan gua cepat-cepat mengambil tindakan agar Olivia membatalkan rasa sakit hatiya sebelum Aghi menjagal gua di tengah sawah lalu menenggelamkan jasad gua di empang lele.

Strawberry GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang