Sequel dari Aleanor (anak yang terabaikan).
"Kak Panji janji ya. Jangan sakitin aku. Kalo Kakak nyakitin aku, jangan salahin aku saat aku udah gak respect ama kakak. Bahkan bisa aja aku benci ama kakak."
- Aleanor -
"Nyaman banget dan cantik. Gue s...
"Kakak tau, kakak adalah orang yang aku percaya dan aku cintai. Aku sangat berharap kakak bisa menguatkan aku tapi..." Perkataan Alea terhenti karena menahan isakannya.
"Kakak adalah orang pertama yang meninggalkanku saat rapuh." Ucapnya setelah menetralkan perasaannya. Ia mengusap kasar air matanya.
"Jika suatu hari nanti rasa cintaku padamu jadi benci, aku harap kakak mengerti."
"Al, maafin kakak..."
Tangan Panji terulur menggenggam tangan Alea. Ia menyesal membuat gadis yang selalu tersenyum ini menangis untuk pertama kali di depannya.
"Kakak udah buat kamu sakit hati bahkan menangis. Kakak salah Al. Maaf...."
Alea menghempaskan tangan Panji. Jujur, saat ini Ia merasa muak, marah, sedih, hancur, kecewa. Semuanya jadi satu.
Ia pergi meninggalkan Panji yang masih berdiri di teras depan dengan air mata yang mengalir.
Panji pulang dengan hati yang hancur. Dia sakit melihat gadis yang dicintainya menangis. Dia juga tidak bisa melihat ayahnya sakit jika dia tetap bersama Alea.
Sesampai di kamar, Alea terisak. Mendengar suara isakan, Maya menghampiri asal suara. Dia terkejut saat melihat Alea menangis. Tanpa pikir panjang, Ia langsung menghampirinya
"Alea... Ada apa Alea?" Tanya Maya khawatir sambil masuk ke kamar Alea. Dan duduk di samping Alea.
"Gu... Gue...gak kuat..." ucap Alea terisak.
Maya langsung memeluknya. Alea langsung menumpahkan semua keluh kesah dan tangisnya. Maya dengan sabar menunggu tangis Alea reda. Begitu tangisnya reda, Alea melepas pelukannya.
Alea menceritakan semuanya pada Maya tentang Panji dan tentang dia yang ternyata anak hasil dari perkosaan.
"Lo gak jijik ama gue?" tanya Alea masih terisak.
"Dasar Bodoh. Semua anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Lo gak salah jadi untuk apa gue jijik ama lo." Maya menangkup pipi Alea gemas.
"Udah jangan nangis lagi. Lo bisa bersandar ama gue. Gue janji, gue akan selalu menguatkan dan mendukung lo. Udah ah jelek tuh muka."
"Makasih."
Sejak saat itu Alea menyibukkan diri untuk melupakan Panji.
***
Aleapov
Sore ini aku terbangun karena panggilan Maya yang ingin mengajakku keluar.
"Bangun woy udah sore. Molor aja." Suara Maya di seberang.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ada apa?" kataku dengan suara khas orang bangun tidur dan sambil mengucek mata.
"Anterin gue ke toko buku sama cari kue tart buat kejutan temenkl gue."