Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . ──────────────────────── maafin - s a n - ──────────────────────── . . .
.
.
.
.
Waktu sudah menunjukan pukul 3 tengah malam. Dan sang istri masih setia menunggu suaminya dikamar. Entah dari pukul berapa Ia menunggu, tapi yang pastinya saat ini dia sangat mengantuk. Anaknya sudah tertidur dari 5 jam yang lalu. Mungkin ini saat yang tepat untuk memberitahukan kepada suaminya.
Saara mulai merasa kantuknya cukup kuat untuk mengajaknya terlelap. Tapi tak lama Ia mendengar suaminya pulang, seketika rasa kantuknya hilang. Hal ini sangat penting dibandingkan dengan tidurnya.
"Sayang? kau belum tidur?" tanya suaminya begitu memasuki kamar.
"Belum, aku menunggumu" Saara pun bangkit dari duduknya dan menghampiri suaminya, membukakan jasnya, mengambil tas suaminya lalu menggiringnya duduk ditepi ranjang.
"Ada apa denganmu?" Suaminya heran dengan sikap istrinya saat ini yang terlihat gelisah.
"Ada yang ini aku bicarakan padamu. Ini soal Yunho" jelas istrinya dengan tatapan cemasnya. Membuat sang suami ikut cemas.
"Dari awal ini yang ku takutkan jika kita pindah kesini" terdapat helaan nafas berat dari istrinya diakhir kalimat.
"Aku sudah bertemu" kalimat sederhana namun berhasil menarik atensi istrinya.
"Yunho juga bertemu- aku jadi khawatir dengan Yunho, sepertinya dia menyukainya" kali ini terdengar tarikan nafas panjang nan berat dari suaminya. Pindah kesini adalah keputusan yang salah dari awal.
"Jadi kita harus bagaimana?" tanya istrinya soal solusi akhir.
"Aku akan menjodohkannya"
"Yang benar saja. Kau tau Yunho akan menolaknya kan" raut wajah istrinya berubah menjadi semakin gelisah.
"Iya aku tau. Tapi ini demi Yunho, semua demi Yunho. Aku harus punya pewaris setelah Yunho nanti"
"Yasudah kalau begitu- apa kau sudah punya calon untuk Yunho?"
