2~Dendam

20.8K 647 16
                                    

     Di sebuah masion megah, bercat coklat dengan luas halaman seluas dua kali lapangan sepakbola. Air mancur yang berdiri kokoh di tengah halaman, pohon-pohon yang di bentuk sedemikian rupa, berada di kiri-kanan halaman masion tersebut. Di dalam mansion itu, tepatnya di ruang kerja pribadi cucu pemilik masion tersebut, terdengar suara banting meja yang begitu bergema memenuhi seluruh ruangan.

"Kenapa Kakek mau bekerja sama dengan Vincent!" seru pria berjas sky blue sambil mengertakan giginya karena kesal.

"Bukankah anda sudah mendengar, bawasannya kita mengalami kerugian cukup besar di salah satu cabang perusahaan kita di Cina. Para buruh sudah berdemon dan melakukan mogok kerja. Para investor terus mendesak kita menangani krisis ini, dan mereka akan mengancam tidak akan berinvestasi lagi di Royem Crop. Vincent dengan suka rela mau membantu kita dalam krisis ini. Ini demi kebaikan perusahaan, tuan muda," ujar wanita berkacamata yang berdiri tidak jauh dari meja kerja pria berjas sky blue itu.

"Kenapa kakek tidak diskusikan ini denganku! Aku tidak percaya ini!"

"Menurut tuan besar Leonard, jika kita bekerja sama dengan perusahaan Vincent crop kita bisa mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang besar, dan itu merupakan bibit unggul yang sangat cocok untuk menghadapi krisis yang terjadi," ucap pria berjas hitam

"Dan jika ini di diskusikan bersama anda, pasti anda akan menolaknya mentah-mentah. Ini bukanlah masalah privasi tuan muda, tapi ini masalah yang berkaitan dengan nasib para karyawan yang ada disana," sambung wanita berkacamata.

"Aku harus bicara dengan Kakek," ucap pria berjas sky blue beranjak dari tempat duduknya, namun dihalangi oleh pria berjas hitam ketika hendak keluar dari ruangan kerjanya.

"Tolong jangan saat ini, tuan muda. Anda masih terbawa emosi. Tolong tenangkan diri anda." Yang di panggil tuan muda hanya menghela nafas berat, dan kembali ke kursinya, "Terima kasih atas perhatiannya. Kalian berdua boleh pergi," ucapnya sambil menyadarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil menijat keningnya.

Pria berjas sky blue itu pun bangkit dari kursi kerjanya, dan berjalan ke arah jendela besar yang berada di belakang meja kerja-nya. Tatapannya kosong tanpa arti, dan berakhir mengantukan keningnya di kaca Jendela yang dingin.

Rasa lelah dengan segala urusan yang tidak ada habisnya, kini mendominasi dirinya. Pria yang mengenakan jas sky blue ini bernama Shin, yang merupakan putra tunggal dalam keluarganya. Shin tidak ingat bagaimana kedua orangtuanya, hanya selembar foto yang sedikit sobek dan kusam yang menjadi bukti bahwa ia seorang putra tunggal, sekaligus cucu satu-satunya pemilik perusahaan Royem crop, Leonard. Ketika sibuk dengan alam pikirannya, suara bunyi ponsel memecahkan kesunyian di ruang kerjanya. Dengan malas dia pun mengangkatnya, tanpa melihat siapa yang meneleponnya.

"Hallo."

"Kau pasti sudah tahu mengenai kerja sama antara kakekmu dengan ku, bukan? "

"Vincent."

"Yah, aku tahu kau pasti marah dan kesal sekali karena kita bukan teman baik, benar?"

"Langsung saja ke intinya. Aku sedang sibuk."

"Yah ampun, kau terlalu bekerja keras tuan muda. Santailah sedikit, aku kan sudah membantumu. Sudah jelas bukan, aku ingin mendapatkan apa saja yang aku inginkan. Jadi, bersiaplah menerima kekalahanmu tuan muda, Shin."

Suara hubungan terputus berbunyi. Shin berdecak kesal sambil memukul kaca jendela dengan segala amarah yang berusaha ditahannya dari tadi. Shin yakin, kalau orang itu kini sedang tertawa puas melihat ketidakberdayaannya.

"Sebenarnya apa yang inginkan bajingan itu?" umpatnya kesal

Setelah mendinginkan pikirannya, kini Shin berdiri di depan pintu bercatkan warna hitam. Kembali dia menghela nafas berat dan berusaha mengendalikan dirinya saat bertemu dengan kakeknya. Dia mengetuk pintu kayu jati itu beberapa kali, memastikan orang yang ada di dalam menyadari keberadaannya. Terdengar suara perintah untuk masuk dari dalam. Shin pun menarik kop pintu dan mendorongnya dengan perlahan.

LDVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang