BAB 1 - 08

26.1K 3.7K 198
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

*

INI SAATNYA MANUKARKAN rekap nilai dengan prestise. Itu artinya, genap satu bulan aku berada di Gateral. Dan aku masih bertahan meskipun tak lagi mengerjakan tugas. Aku hanya hidup dengan prestise pas-pasan dari examen harian yang tak bisa kuhindari dan dari tugas melukis yang selalu kukerjakan dengan senang hati.

"Siang ini ke perpustakaan, Gab?" tanya Guven setelah menyentuhkan jempolnya di plat presensi depan pintu. Kami bertiga memasuki kelas bersama.

"Tentu saja."

Aku menaruh tas di kursi dan menjatuhkan tubuhku di sana.

"Profesor Briana." Mata Gabriel terpusat ke depan kelas, aku mengikutinya.

Wanita berkacamata dengan blazer putih itu masuk ke dalam. Hanya dia. Tak ada Bastian yang menyebalkan. Smartboard di depan dinyalakan, menampilkan kode batang yang harus kami pindai.

Profesor Briana memandang kami sekilas, lalu setelah tersenyum sesaat, ia menyentuh-nyentuh layar tabletnya dan pandangannya kembali kepada kami.

"Buka laptopmu dan periksa nilai rata-ratamu selama sebulan terakhir ini!"

Semua murid menyalakan laptop masing-masing. Aku hanya pasrah mengingat grafik nilaiku yang menurun, konstan, dan kembali menurun. Tentu grafik perkembangan itu bisa kami pantau setiap saat, tetapi untuk angkanya tak dapat diketahui—kecuali jika kami mencatatnya karena nilai rata-rata hanya akan muncul di akhir bulan saja.

Kata sandi sudah kumasukkan. Sejenak aku menghela napas. Kusadari tak ada yang bisa diharapkan hari ini. Dan aku harus siap apa pun yang terjadi. Telunjukku menekan enter.

Dua koma tiga belas. Nilai rata-rataku. Angka itu muncul dengan sangat jelas.

"Untuk yang memiliki nilai kurang dari 2,00 silakan keluar dan berkumpul di lapangan untuk informasi penjemputan!"

Kukira kalau aku selamat, maka yang lain jelas selamat. Namun, tidak begitu. Suara derap langkah seseorang membuat kami memutar leher. Si gadis pendiam yang bahkan aku lupa namanya, maju ke depan. Mukanya tertunduk dan tergambar jelas pada dirinya bahwa dia merasakan hal terburuk yang dapat kau rasakan ketika bertaruh untuk berada di sekolah ini. Penghuni E-Class dikeluarkan di bulan pertama, itu akan menjadi berita yang memalukan. Dan tak menutup kemungkinan bulan depan namaku tertulis di berita itu. Aku bergidik. Tidak akan. Aku memang akan segera pulang, tapi dengan cara terhormat.

Perempuan itu mengulurkan tangan untuk pamit. Tak ada respons apa pun dari Profesor Briana. Gadis itu tak dianggap sehingga ia keluar begitu saja diantar puluhan tatapan kasihan.

High School Examen [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang