16

4.3K 701 147
                                    

Playlist (for the ending scene): Charlie Boy - The Lumineers (Acoustic by Guitar Tribute Players)

• • •

This chapter inspired by Emily Dickinson's poetry: I am Afraid to Own a Body

• • •

Typos allert!

• • •

"Jangan lakukan ini, aku mohon padamu."

Mark, melupakan segala posibilitas yang seharusnya ia terapkan, duduk tertunduk di hadapan Youngho, membuang segala harga diri demi menghadap pria yang memegang kendali tinggi atas situasi yang tengah berlangsung. Pria itu, dengan segala ambisi, mengatasnamakan revolusi, membalik kekuasaan demi pencapaian yang lebih baik, membentuk sebuah aliansi berbayang hitam. Youngho berpandangan bahwa kehidupan bangsa vampir yang lebih baik berada di tangan vampir-vampir yang peduli, yang siap mengambil gerakan, mengabaikan segala risiko, demi pencapaian yang lebih baikㅡtidak hanya bagi seperorangan, namun untuk sejuta umat. Bukan untuk mereka, apatis yang memilih untuk memalingkan muka, bahkan menolak segala upaya terbaik yang berusaha ia lakukan. Dan Mark, sosok Pravidlo yang menjadi kesukaan Youngho, sangat disayangkan termasuk dalam kelompok apatis itu, menolak segala ide brilian dan dermawannya, beranggapan bahwa segala hal tidak harus dicapai dengan cara demikian. Youngho, sebagai Pravidlo sejati, memandang hal tersebut sebagai bukan cerminan bangsa Pravidlo, bukan cerminan dari keturunannya.

"Ini pasti karena kau selalu bergaul dengan Sungwoo," tuduh pria itu manakala Mark menolak segala idenya, mengabaikan jerit frustrasi yang memaksa pemuda itu bergabung. Tetapi, Mark sedari dulu tetaplah menjadi seorang Mark, teguh pada pendirian, meski ayah sendiri yang harus ia tentang.

Youngho, begitu mendapat perlakuan sesopan itu, dari sosok sang putra yang ia tahu tidak akan sudi merendah, terutama kepada seseorang yang berbeda jalan dengannya, lantas terkekeh bangga. Tatapan merendahkan ia tujukan bagi si pemuda, yang rela datang jauh-jauh demi melontarkan sebuah permohonan dan merendahkan diri dengan segala harga diri yang dibuang. Ini adalah suatu peristiwa langka, Youngho sangat menikmatinya.

"Kita sudah pernah membahasnya, Mark," ujarnya setelah beberapa lama terdiam, memanfaatkan kesempatan untuk mengapresiasi kejadian jarang yang baru saja pemuda pucat bermata biru itu lakukan. "Ini adalah hal yang tepat yang bisa dilakukan. Kita membutuhkan ini, MarkㅡPravidlo dan seluruh bangsa vampir. Kita membutuhkan pemimpin yang kompeten, pemimpin yang bisa merengkuh rakyat secara utuh, bukan pemimpin yang berdiri untuk satu pihak tertentu. Ahn Hyungseob terlalu berpihak pada klan Mier, mengabaikan klannya sendiri, bahkan dengan berani dan tak tahu malu melanggar aturan yang telah ada sejak sebelum semua klan hidup damai seperti saat ini. Pravidlo tidak digariskan untuk menikahi manusia, Mark, kau sangat paham akan itu, dan Hyungseob melakukannya. Sejak kecil, aku mendidikmu menjadi anak yang tahu aturan, yang melek terhadap hukum, lantas apa yang kaulakukan sekarang? Tidakkah kau sadar bahwa kau juga telah jatuh dalam pengaruh Mier? Lalu, apa yang harus Pravidlo lakukan untuk menjaga kestabilitasan bangsa dan hukum selain melakukan pemberontakan?"

"Dan apa selalu harus pemberontakan?" tanya Mark. Kepalanya terangkat, meski tidak secara penuh menunjukkan kecongkakan sebagaimana biasa. "Kau mengajariku untuk taat pada aturan, tapi bukan dengan menyakiti pihak lain. Dengan cara ini, kau tidak hanya menyakiti sebagian besar klanmu sendiriㅡorang-orang yang tidak menyetujui cara busuk yang berusaha kaulakukanㅡtetapi juga manusia. Mereka tidak ada sangkut pautnya dengan hal yang kaulakukan, namun kau memanfaatkan keluguan mereka, kau mengubah mereka menjadi vampir dalam prosedur yang tidak pernah disetujui oleh klan mana pun."

[✓] Ocean Eyes Arc #1 [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang