1. Parallel

52 2 0
                                        

Yana menatap pintu kayu di hadapannya dengan ragu. Perasaan gugup langsung menyerang gadis itu. Kedua tangannya juga sudah gemetar sejak awal dia menginjakkan kaki di ruang tunggu jurusan Fisika Universitas Jaya Abrizal.

"It's now or never, Yan," gumamnya untuk diri sendiri.

Gadis itu mengangguk pelan sekaligus memantapkan hatinya. Kepalan tangannya mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendengar kata, "masuk," dari dalam, baru akhirnya Yana memutar kenop dan mendorong pintu itu pelan-pelan. Hawa dingin ruangan langsung terasa ketika langkah kakinya mulai memasuki laboraturium Fisika Material dan Energi.

Seorang lelaki paruh baya dengan wajah orientalnya yang khas sedang mengetik sesuatu di laptop. Gerakan jari-jarinya terhenti saat menyadari kehadiran Yana di depan meja kerjanya. Pria itu bernama Pak Brian, seorang dosen Fisika Material sekaligus calon pembimbing Yana.

Di usianya yang baru menginjak angka 32 tahun ini, dia sudah memperoleh gelar doktor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di usianya yang baru menginjak angka 32 tahun ini, dia sudah memperoleh gelar doktor.

"Ada apa, Yana?" Pak Brian bisa langsung mengenali gadis itu.

Siapa yang tidak kenal dengan anak ketua jurusan Fisika Unijab?

"Saya sudah lulus mata kuliah Kapita Selekta, Pak. Kata Prof. Sumarsonoㅡ"

"Bapak kamu sendiri ya?" potong Pak Brian.

"Hehehe. Iya, Pak."

"Apa katanya?"

Yana mulai melanjutkan lagi, "saya boleh menyusun tugas akhir dan saya pilih Bapak untuk membimbing saya dalam penelitian ini."

"Ohh Bapak kira kamu bakal ambil penelitian Fisika Teori dengan Prof. Sumarsono."

Hanya senyum canggung yang  ditunjukkan Yana sebagai respons. Bagi mahasiswa di jurusan Fisika, penelitian tugas akhir yang mengarah ke Fisika Teori adalah level dewa. Terkadang butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya, karena benar-benar mengandalkan analisis yang tinggi.

Yana sendiri tidak butuh itu. Dia hanya ingin lulus secepat mungkin dan segera kabur dari kampusnya.

"Mana proposal Kapita Selekta punya kamu? Bapak cek dulu."

Tanggapan yang diberikan Pak Brian cukup baik kepada Yana. Tanpa harus berpikir dua kali lagi, gadis itu langsung menyodorkan draft proposalnya yang sudah terjilid rapi. Proposal yang sebelumnya diperiksa oleh dosen Kapita Selekta dan telah disetujui untuk memilih pembimbing tugas akhir.

Calon dosen pembimbing Yana terdiam sebentar untuk membaca lembaran demi lembaran yang telah dikerjakan gadis itu.

"Hmm ... menarik. Kemarin ada mahasiswa yang menghadap sama saya juga. Penelitiannya hampir mirip dengan punya kamu. Kalau punya dia, bahan yang digunakan bakal disintesis lagi, lanjutan dari yang kamu kerjakan nanti." Pak Brian menjelaskan sembari menyodorkan kembali proposal Yana.

re-RegularWhere stories live. Discover now