Chap 2

6K 244 25
                                    

Happy reading.
Thx votmen.

✖️✖️✖️

Plan meringkuk lemah, hanya beralaskan baju Mean pada lantai kamar yang sangat dingin. Bahkan Plan tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Tubuhnya seperti mati rasa.

Tiba-tiba bulu kudu Plan meremang, manik matanya menatap Mean yang mulai menggerakan badan nya di atas ranjang.

Ini kali pertamanya Mean tertidur di kamar milik Plan. Mean biasanya akan selalu pergi setelah puas menidurinya.

Mean mungkin terlalu lelah saat mencapai klimaks untuk kesekian kalinya. Mean malah naik dan tidur di ranjang milik Plan.

Plan meringsut mundur keujung tembok dengan susah payah, demi apapun lubang rectumnya masih terasa sakit.

Mean mulai terduduk, memegangi kepalanya.
"Aku dimana?"

Mean mulai mengedarkan pandangannya pada seluruh ruangan. Dan pada sampai titik dimana Mean menatap sosok mungil yang terlihat ketakutan juga tengah menatap nya.

"Oh shit!"
Mean memutar matanya. Kepalanya terasa berat dan pusing ketika mengetahui tempat dimana Mean bangun.

Mean baru menyadari bahwa tubuhnya tanpa sehelai baju menempel di tubuhnya. Lalu bergerak turun mengambil celananya.

Plan mengikuti seluruh gerakan Mean, bersikap waspada jika Mean akan menyerangnya kembali. Namun ketakutan Plan tidak terjadi karena Mean hanya memasang celananya tanpa menoleh ke arah Plan.

Plan sedikit mengerutkan dahi merasa bahwa Mean yang sekarang mendekati dirinya terasa begitu berbeda. Tidak seperti biasanya.

Raut wajah Mean terlihat sangat khawatir ketika mata coklatnya itu menatap Plan lekat.
"Apa kamu baik-baik saja? Siapa nama kamu?"

Tangan Mean terangkat ingin menyentuh memar pada pipi Plan, tapi urung Plan berteriak ketakutan.
"Pergi! Jangan sentuh aku!"

Mean mengangkat kedua tangannya, seperti menyerah.
"Ok,ok.., aku tak akan menyakiti kamu..."

Plan sedikit kebingungan. Apakah benar lelaki ini adalah Mean? Mean Phiravich lelaki keji yang tak berperikemanusiaan itu? Dari tatapan yang sekarang Mean begitu khawatir.

"Tidak! Aku tidak akan tertipu oleh iblis ini!"
Plan semakin merapatkan tubuhnya ketika Mean mendekatkan wajahnya pada Plan.

"Wait. Kamu Plan?"

Plan dengan bodohnya menjawab dengan anggukan. Terlalu miris jika ternyata selama ini Mean tidak tahu namanya.

Plan menatap Mean terkejut. Saat Mean mencengkram rambutnya sendiri. Kelihatan marah muncul pada mata Mean. Namun, meski Mean kelihatan marah Plan tidak menemukan Mean yang menakutkan seperti seorang iblis.

"Min sialan!"
Erang Mean menyalang.

Setelah mengatakan itu. Mean berdiri lalu pergi menjauh meninggalkan kamar milik Plan.

* * *

"Dari semua lelaki yang ada. Kenapa harus dia?"

Min tertawa sinis, melihat Mean memasang tampang ingin membunuh dirinya.

"Plan lelaki cantik dan tubuhnya.. ah, seharusnya kamu harus menyempatkan diri untuk merasakan tubuhnya. Tidak pernah bosan untuk membuat aku merasa ketagihan..."
Ucapan Min seperti api panas yang membakar tubuh.

𝙻𝚄𝚂𝚃 𝙸𝚁𝙾𝙽 𝙱𝙰𝚁𝚂 (𝙴𝚗𝚍) 𝚂𝙴𝙱𝙰𝙶𝙸𝙰𝙽 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝚄𝙽𝙱𝚄𝙿 Where stories live. Discover now