“Hyung... kau baik-baik saja?” suara Hoseok berhasil mengintrupsi lamunan Yoongi. Bahkan berhasil membuat atensi yang lain beralih pada Yoongi yang malam ini... entah kenapa terlihat lebih pucat dari biasanya.
Yoongi mengangguk pelan. Menunjukan senyum yang masih bisa ia sunggingkan, “Aku baik-baik saja”
Netranya tak sengaja bersitatap dengan manik milik Namjoon yang ada dihadapannya. Entah harus bagaimana lagi Yoongi meruntuhkan dinding tak kasat mata yang terbangun diantara keduanya. Ahh tidak... bukan Namjoon yang membangunnya tapi justru dirinya sendiri.
Namjoon hanya mengikuti garis yang Yoongi bangun sebagai batas antara mereka semenjak pertengkaran keduanya setahun yang lalu.
Sejujurnya Yoongi sangat merindukan Namjoon. Bahkan mengingat tanggungannya sebagai kakak tertua, ia merasa sangat bersalah. Tapi apalah daya... Yoongi tak pernah bisa mengekspresikan dirinya dengan benar. Ia selalu memilih memendam emosinya sendirian.
Benar kata Seokjin, sebenarnya bukan Yoongi yang ingin menyembunyikan perasaannya. Hanya saja Yoongi tak pernah tau bagaimana cara mengekspresikannya.
Yoongi segera memutus kontak matanya dengan Namjoon. Ia menundukan kepalanya mencoba kembali fokus pada makanan dihadapannya. Ia bahkan mencoba membaurkan dirinya dengan memberikan sepotong Galbi dari piring dihadapannya pada Jimin yang duduk disampingnya.
"Kau harus banyak makan Jim" Ucapannya lebih lembut daripada biasanya.
Dasar Jimin yang terlalu peka atau Yoongi yang terlalu bodoh hingga salah sasaran pengalihan. Tentu saja Jimin yang berada disebelahnya langsung mengerti ada yang tak benar dengan sang hyung. Ahh tidak tidak, memang sebenarnya setelah kepergian Jin hyung, tak ada lagi aura kebenaran pada diri Yoongi hyungnya. Yang ada semuanya hanya kepalsuan.
Jimin menahan lengan Yoongi yang hendak ia tarik kembali setelah menaruh sepotong Galbi di mangkuk makan Jimin. Namun belum Jimin berbicara,
"Hyung... bisakah kita bicara?" suara Namjoon berhasil mengintrupsinya.
Percaya atau tidak, itu adalah kalimat pertama Namjoon pada Yoongi setelah hampir satu tahun. Meski mereka tinggal bersama, meski mereka makan bersama, bahkan mereka latihan dan mempersiapkan lagu baru untuk album mereka yang baru bersama, tapi itu adalah pertama kalinya Namjoon berbicara pada Yoongi. Yang berhasil membuat darah Yoongi berdesir saat mendengar panggilan 'hyung' dari bibir Namjoon untuknya.
Ada buncahan rindu lain yang menguar. Namun lebih dari itu, Yoongi masih takut. Ia tak berani menerka apa yang akan Namjoon katakan padanya setelah ini. Tapi yang Yoongi yakini saat ini, ia harus minta maaf. Ia jelas tahu bahwa ia salah tapi kenapa jiwa egoisnya ini tak pernah mau mengalah?
Ia jelas telah menyakiti hati Namjoon bahkan bukan hanya Namjoon. Tapi semua adiknya yang akhirnya berujung pada dirinya yang lebih tertutup. Yoongi saat itu memang terlampau egois. Yoongi saat itu memang sangat tak tahu diri. Dan sialnya... Setelah semua kata-kata menyakitkan yang ia lontarkan, kenapa adik-adiknya masih mau merangkulnya hangat? Dan... Kenapa kata maaf itu masih sulit Yoongi ucapkan hingga sekarang?
***
"JUNGKOOK!!"
Semua orang jelas panik melihat Jungkook yang tiba-tiba saja mengalami kejang. Bahkan Yoongi yang saat itu tangannya masih berhiaskan infus tak segan mencabut paksa infusnya dan segera menghambur pada Jungkook yang tepat berada disampingnya.
"Jungkook! Heyy Jung tenanglah tatap hyung!! Ini Hyung Jungkook!"
Yoongi menepuk pelan pipi Jungkook. Yoongi meringis. Entah sejak kapan air matanya mengucur deras melihat keadaan Jungkook. Bayangan masa lalu saat ia menemukan sang hyung berlumuran darah terlintas begitu saja. Membuat Yoongi semakin tak bisa berpikir jernih.
VOCÊ ESTÁ LENDO
형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √
Fanfic[Completed] "Ahh hyung... kurasa hidup kita lebih tenang saat hyung tidak ada..." celotehan pagi Taehyung membuat Jin yang sibuk membangunkan member BTS lainnya terdiam sesaat. "Ya mungkin. Tapi sebelum hyung benar benar pergi dari kalian, hyung h...
