PERINGATAN: Bab ini mengandung elemen-elemen yang menggambarkan kekerasan pada anak dalam rumah tangga. Jika kondisi psikis Anda sedang tidak stabil dan rentan terpicu, pertimbangkan ulang jika ingin membaca.
Lawan atau kawan.
Menyerang atau bertahan.
Itu cara Rashi menyederhanakan dunia.
Cara yang ia tahu, berkat tongkat rotan ayah yang mengayun badai.
Mencetak bilur-bilur biru di punggung, kaki, dan tangan.
Tiap lecut terdengar bagai halilintar.
Rashi masih terlalu bocah untuk paham mengapa ayahnya selalu bilang: "Anak kayak kamu tuh harus dikerasi!"
Detail ingatan masa kecilnya bolong-bolong.
Bagai dedaunan dimamah ulat.
Meranggas bersama masa lalu yang kian layu.
Dalam memori, ayahnya selalu membentak.
Hingga jantung Rashi tersentak-sentak.
Rashi masih terlalu bocah untuk tahu satu aturan dasar: orang dewasa haram dilawan.
Jerit-tangis Rashi menggelegar.
Jari-jarinya mencakar.
Berarti Rashi harus dihajar.
Agar Rashi belajar
Untuk tidak kurang ajar.
Meski selalu kalah, Rashi kecil tak sudi mengalah.
Tak sekali pun ia merengek minta ampun.
Mata sembabnya melotot kian nyalang.
Hingga ayah makin merasa tertantang.
Ibu tidak membantu.
Bersama ayah, ia justru bersatu-padu.
"Mendidik" Rashi agar jadi anak yang soleh.
Biar disayang Tuhan.
Dan tidak masuk neraka.
Biar orangtua Rashi tidak celaka.
Gara-gara Rashi yang "durhaka".
Rashi harus solat tepat waktu.
Bagai mandor, ibu mengawasi anaknya sembahyang
Tidak cukup Al-Fatihah.
Harus tambah dengan Iftitah,
juga surat-surat pendek,
karena itu sunah.
Kalau solat Rashi tuntas terlalu cepat,
ibu menyuruhnya mengulang dari awal.
Tak lupa ditambahi komentar, "Solatmu solatnya orang munafik!"
Tiap pagi Rashi sering terlambat bangun.
Kata ayah, mata-telinga Rashi dikencingi setan.
Ibu mencengkeram kerah baju Rashi hingga anak itu terguling dari kasur.
Menyeretnya beberapa senti di lantai.
Menegakkan Rashi dan menyeretnya lagi
hingga anak itu terhuyung-huyung ke tempat wudu.
Tiap maghrib Rashi mengaji demi restu.
Terbata mengeja a-ba-ta-tsa.
"Ulang!"
Bentak ibu setiap Rashi salah membaca ya' sebagai ba'.
"Ulang!"
Sentak ibu setiap Rashi salah membaca qaf sebagai fa'
Rashi lalu keluar rumah.
Jauh-jauh memilih kota demi kuliah.
Lulus, wisuda, dan bekerja.
Tak lagi kembali.
Diam-diam ia bercita-cita.
Suatu saat ia akan tersenyum di pemakaman orangtuanya.
Tema Day-3: Pemberontakan
Wordcounts: 300
YOU ARE READING
Beyond The Purple Sky [RAWS FESTIVAL November 2019]
Short StoryTataplah langit bersaput nuansa ungu magenta nan indah di atas sana. Langit ungu itu... Utusan Takdir jelita, yang menyembunyikan pesan dewata berupa amukan badai di belakang punggungnya. Parade menulis bersama RAWS Community selama 30 hari dengan t...