🌅 Havika: 04

2.2K 476 35
                                    

Baru saja mereka sampai di rumah, turun-turun dari mobil, Havi sudah berlarian menuju teras rumah sembari menjeritkan satu nama.

“Pakde Anggaaaaaaaaa!”

Buat Silvia yang baru turun dari mobil setelah putra kecilnya melompat turun jadi mengangkat wajah dan agak menyipitkan mata untuk melihat sosok laki-laki jangkung yang kini sudah menggendong putranya.

Agus juga ikut turun dari mobil, matanya yang memang sudah tajam itu seolah makin menajam saat memandang kakak dari adik iparnya tersebut.

Silvia dan Agus berjalan beriringan menuju teras rumah, disambut langsung dengan senyuman cerah dari Angga.

Silvia dan Agus berjalan beriringan menuju teras rumah, disambut langsung dengan senyuman cerah dari Angga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mas,” Sapa Angga kemudian berjabat tangan dengan Agus.

“Ngga.” Balas Agus.

“Mas Angga ngapain di sini? Udah lama?” Tanya Silvia.

Angga tersenyum, menggeleng. “Belum lama kok. Sengaja aku mampir, kangen sama Havi hehe.”

“Bukannya mau ketemu sama adekmu?” Tanya Agus menatap Angga.

Angga meringis. “Bukanlah, Mas. Kalau aku mau ketemu sama si Handa sih pasti gak akan dateng siang-siang begini, dia pulangnya kan sore.”

“Wah, Sil, Mas gak bisa di sini sampai sore. Bisa kemaleman sampai di Gresik.” Ucap Agus ke adiknya.

Silvia melirik. “Ya udah sih, Mas, kapan-kapan— eh?” Silvia terdiam, ia terpaku sesaat setelah melihat mobil putih milik suaminya datang dan parkir beberapa meter di belakang mobilnya Agus.

Handa keluar dari mobilnya, dengan langkah santai berjalan menghampiri beberapa orang yang masih setia berdiri di depan teras rumah.

“Papaaaa!” Begitu seru Havi ketika melihat Handa.

Reaksi Havi jelas berbanding terbalik dengan ibu dan kedua pamannya yang bingung sekaligus heran mengapa Handa sudah pulang padahal jam satu juga belum ada.

“Nda, kok udah pulang?” Tanya Silvia berjalan mendekat, mencegat langkah Handa di tengah jalan.

Handa tersenyum. “Hehe, kejutan.” Katanya dengan cengiran.

Dahi Silvia jelas mengernyit, aneh. Kenapa lagi coba orang satu ini? Pikirnya.

“Kamu kenapa sih? Kejutan apa? Kamu pulang jam segini tuh bukan kejutan.” Balas Silvia dengan suara yang dibuat pelan, jaga-jaga agar Havi tak mendengar suaranya.

Masih dengan senyumannya Handa menjawab. “Aku resign.”

Resign?!”








“Resign?!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Selagi Havi dibawa Angga pergi ke rumahnya yang tak jauh dari rumah keluarga kecil Handa ini atas perintah Silvia. Sekarang Handa pun jadi dikepung oleh istri dan kakak iparnya di ruang tamu.

“Nda, kamu lagi gak bercanda, kan? Sumpah ya, guyonan kamu tuh gak lucu. Buat apa kamu resign?”

“Buat nurutin kemauan kamu lah. Kamu mau aku udahin semuanya sama Elsa, kan? Aku udah putusin hubunganku sama dia. Aku udah gak ada hubungan apa-apa lagi sama dia. Aku resign begini juga demi kamu sama Havi.”

“Terus kalau kamu resign, anak sama istri kamu mau dikasih makan apa? Emang kamu ada penghasilan lain selain dari jadi manager bank?” Sahut Agus.

Handa tersenyum. “Ada lah, Mas. Gini-gini aku juga pikirannya gak pendek.”

“Gak pendek tapi bisa selingkuhi istri.” Cibir Agus melengos.

Handa menelan ludah, namun tetap mencoba untuk mempertahankan senyumnya. “Yaa... Itu sih beda lagi, Mas..”

“Nda, kalau di sini gak ada Silvi, mungkin tanganku ini udah melayang ngebogem mukamu tau gak?” Balas Agus mengangkat tangan kanannya yang terkepal, dari wajahnya sudah kelihatan sekali kalau Agus geram.

“Aku tau aku salah, Mas, Sil. Makanya aku resign dan lanjut nerusin toko elektronik yang sempet aku serah tangan ke Mas Angga selama aku masih kerja di bank. Aku gak mungkin cuma gantungin hidup keluargaku dari penghasilan jadi manager bank.”

“Terus sekarang apa?” Agus menatap datar adik iparnya itu.

“Aku mau perbaikin semuanya.”

“Termasuk hati Silvi yang udah kamu bikin hancur?” Agus menyunggingkan seringai jahat.

“Itu juga. Aku akan perbaiki semuanya. Hati Silvia, hidup Havi, hidup keluargaku. Aku akan jadi suami dan ayah yang baik buat mereka.”

Silvia yang terdiam mulai membuka mulut. Entah kenapa hatinya serasa kebas dan mati rasa. Tersentuh dengan ucapan dan niat Handa pun rasanya tidak.

“Kamu yakin sama omongan kamu?” Tanyanya dengan serius.

Handa pindah melihat sang istri, tersenyum lembut dan mengangguk. “Harus yakin. Aku pasti bisa perbaikin hati kamu.”

─────     ▫     ─────

Kamis, 31 Oktober 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamis, 31 Oktober 2019

NOTE:

And the real story just begin!

Bagi yang ngira ini cerita sedih, makaaaaa... Kalian salah.

Karena yang nulis lagi gak mau sedih-sedih. Soalnya hatinya udah sedih :")))

HAVIKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang