Chapter 4 : Sesak

9.5K 53 1
                                    

Arinka yang berjalan dengan diiringi isak tangisan membuat orang disekitar heran, arinka adalah wanita kampung dia sadar betul dengan gelar itu tetapi dia bukan pengincar harta.

Arinka pulang dalam kebingungan, dia belum terlalu mengenal ibukota membuat dirinya menangis menjadi-jadi, seorang wanita yang baik menghampiri dirinya dan menanyakan tentang dirinya, arinka hanya terdiam lalu dirinya bertanya cara untuk pulang karena sedari tadi dia melihat mobil melaju tanpa henti, wanita yang baik itu memberhentikan sebuah taxi dan menyuruh arinka pulang menggunakan taxi, wanita itu tau bahwa arink pasti orang baru di ibukota ini.

***

Arinka pulang dengan senyuman yang dibuat, dia ingin memberi tau bi yati bahwa dirinya tidak ingin menikah dengan renza, bi yati heran kenapa arinka pulang sendiri dan tidak diantar renza

"kenapa pulang sendiri? Renza mana rin?" ucap bibi sambil menghampiri arinka

"diantar kok, renza ada urusan makanya pulang cepat, dia kan orang sibuk bi"

"bibi ga dengar suara mobil, iya sih bibi lupa dia pewaris utama fariq kompani dan akan menjadi Ceo baru"

Arinka hanya tersenyum dan mengangguk, arinka lalu memberanikan diri ingin mengatakan tentang perjodohan yang tiba-tiba ini kepada bibi.

"bi, arin mau tanya kenapa sih arin di jodohkan dengan Renza, padahal renza itu orang kaya, tampan, berpendidikan pasti banyak wanita yang ingin menjadi istrinya, kenapa harus di jodohkan?"

"Nenek Murti yang mengatur ini semua, katanya sebanyak wanita yang pernah dikencani renza semuanya rata-rata hanya menginginkan uang saja, setelah uang dan atm disita nenek,wanita yang dikencani renza menjauh, makanya nenek murti ingin menjodohkan dengan kamu, mungkin juga ada alasan lain tapi bibi belum tau" jawab bi yati

"arin hanya heran bi, arin kan cuma orang kampung tidak cantik dan mungkin bukan style nya renza, arin merasa perjodohan ini aneh" arinka berucap lirih

"loh kok gitu,arin sangat cantik,putih, mata sipit,tinggi ga kalah sama orang kota, kenapa bicara begitu apakah renza tidak menyukai arin? kalau memang arin tidak mau dijodohkan bibi bisa bilang nenek murti,sebelum undangan disebar"

"arin hanya nanya bi, renza baik kok"

Arinka tidak tega mengatakan kepada bi yati karena raut wajah bi yati berubah, arinka bisa melihatnya dengan jelas.

Arinka masuk kekamar dan menangis, dia ingin bercerita tapi kepada siapa, ini sangat berat baginya.

Suara pintu terdengar dari luar, arinka segera menghapus air mata, seseorang diluar teriak memanggil nama arinka, bi yati segera keluar ternyata kurir paket mengantar barang atas nama arinka, bibi segera memanggil barang tersebut.

Arinka keluar dan mengambil paket tersebut, arinka heran padahal dia tidak pernah melalukan pembelian.

"apa ini rin, nama pengirimnya tidak ada?" tanya bi yati

"arin juga tidak tau bi, buka aja lah"

Arinka membuka kertas di paket itu dan arinka terkejut melihat isinya ternyata sebuah ponsel mahal keluaran terbaru, bi yati langsung menebak pasti pembelian renza.

Arinka sebenarnya tidak suka menerima pemberian hadiah seperti ini, dia yakin renza pasti benar-benar menganggapnya wanita materialistis.
ponsel itu telah nyala, dia terlihat heran dan segera membaca buku petunjuk, ternyata didalam kotak ada kertas lain berisi pesan untuk arinka, pesan itu dari renza yang mengatakan ponsel itu hadiah darinya karena nenek murti bilang harus membelikan ponsel, jangan membantah dan terima saja itu yang kau suka kan, kata-kata terakhir sungguh membuat arinka seperti wanita penggila barang mewah saja.

***

Nenek murti sudah mempersiapkan semua keperluaan pernikahan Arinka dan renza, mulai dari catering dan gaun pengantin, nenek murti sangat senang karena akhirnya perjodohan ini segera terwujud, ada cerita dibalik perjodohan ini tetapi nenek murti tetap merahasiakannya.

Hari ini arinka dan renza akan melakukan fitting gaun pengantin, nenek murti telah memesan gaun yang paling mewah dan mahal untuk cucu menantunya itu.
Renza dan arinka telah tiba di tempat desainer ternama, arinka sangat canggung karena ini pertama kalinya dia ketempat semegah ini.

Renza selalu sibuk dengan ponselnya, dia sangat membencinya karena harus mengahabiskan hal yang tidak penting dengan wanita kampungan itu, ingin renza mengajak giska tapi dia tak ingin menggegerkan media karena ini tentang pernikahannya.

Renza sangat bosan karena arinka sangat lama, sesudah dirinya mencoba tuxedo, renza segera pergi ke kafe depan untuk menelpon sang kekasih sedangkan arinka sendirian mencoba beberapa gaun tanpa ada yang menemani dan mengatakan cantik.

Arinka sangat tau bahwa renza sangat malas pergi bersamanya tetapi demi sang nenek dirinya tidak bisa berbuat apa-apa,hati arinka sangat sakit kenapa semuanya harus seperti ini, dalam hatinya arinka yakin renza kelak akan menerimanya.

Selesai mencoba gaun, arinka segera keluar, arinka melihat renza tertawa bahagia sambil memegang ponselnya, sungguh renza sangat tampan? tetapi mengapa saat bersamaku renza selalu memasang raut wajah benci tanpa ada sedikitpun senyuman gumam arinka dalam hati. Arinka hanya bisa memandang senyuman renza dari jauh karena kalau arinka dihadapannya senyum itu langsung sirna.

Arinka menghampiri calon suaminya karena dia sudah kelamaan menunggu, arinka tidak berani berbicara kepada renza karena takut renza akan marah dan membentaknya. Renza yang sadar kehadiran arinka segera menyudahi bicara ditelpon.

"ayo pulang'' ajak renza

Padahal arinka sangat lapar tapi renza tak perduli, arinka hanya mengangguk dan mengiyakan tanpa berkata, arinka mengikuti renza yang masuk kedalam mobil mewahnya.

Didalam mobil renza tak berbicara sepatah katapun sampai tiba dikediaman bibi yati, arinka membuka pintu mobil dan turun sambil berbicara hati-hati dijalan namun renza tak megiyakan dan langsung melajukan mobilnya.

Arinka merasa dadanya sesak, inikah takdirnya, apakah akan ada kebahagiaan kelak,arinka hanya berharap.

Bersambung..

Hay yang suka baca boleh la tinggalkan komennya ❤

Suamiku, Cintai Aku! (Eksklusif Di Noveltoon dan Mangatoon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang