Jungkook tidak dapat berkonsentrasi sama sekali hari ini. Berkali-kali Jennie harus mengulang perkataannya itu pun hanya ditanggapi sepintas lalu. Kepingan hatinya tertinggal di rumah Halmoeni.
Tadi pagi ia terburu-buru meninggalkan rumah dan tidak sarapan. Sekarang perutnya mulai protes, saat Jungkook hendak bangkit ke caffetaria, ia mendengar percakapan Bambam dengan Jennie mengenai Market Research yang akan dilaksanakan di Singapura selama 3 bulan.
Jungkook memang belum memutuskan siapa yang akan berangkat di timnya, namun dengan kondisi saat ini, Jungkook melihat sebagai peluang untuk menata hatinya.
Dia mencintai Taehyung, sepenuh hatinya. Sudah lama Jungkook tidak mempermasalahkan ketidakjelasan hubungan mereka, namun dengan adanya insiden yang sempat membuat hati Jungkook terbang bagaikan roket, tentu saja sekarang ia belum dapat kembali berpijak dengan kokoh.
Jungkook segera menghubungi Hyungsik meminta waktu untuk berdiskusi.
Taehyung sedang rapat dengan Direktur lainnya after office hours. Sebenarnya rapatnya sudah selesai dari beberapa waktu lalu, hanya saja kelima pria ini jika berkumpul akan sering lupa waktu.
"Taetae, aku sangat bangga dengan dedikasi Jungkook. Kau mendidiknya dengan baik" ujar Hyungsik yang ditanggapi dengan senyuman kotak.
"Bahkan dia sendiri yang akan memimpin Market Research di Singapura selama tiga bulan" lanjut Hyungsik yang dengan segera melunturkan senyuman Taehyung.
"Apa maksudnya hyung?" tanya Taehyung gelagapan.
"Tadi dia menyampaikan proposal final market research, dari tim marketing Jungkook yang akan berangkat. Dari finance --" Hyungsik belum selesai menjelaskan Taehyung sudah keburu berdiri.
"Hyungdeul, maaf aku duluan" Taehyung pamit dengan tergesa.
Taehyung meminta Mark memacu gas agar dia segera dapat sampai rumah. Begitu menginjak Penthouse, bagai kesetanan Taehyung lari ke kamarnya, namun kamar itu kosong. Dia berlari ke kamar Jungkook namun kosong juga. Padahal tadi asisten rumah mengatakan Jungkook sudah pulang.
Ia pun segera kembali ke kamarnya, membuka pintu kamar mandi yang juga kosong. Kemudian membuka pintu closet mendapatkan Jungkook sedang duduk di lantai di depan koper terbuka. Jungkook menoleh kearah pintu yang terbuka kasar dengan wajah tanpa ekspresi.
"Berangkat kapan Baby?" tanya Taehyung.
"Ah Daddy sudah tau? Aku baru mau kabari. Tiga hari lagi Daddy, ini lagi nyicil packing" jawab Jungkook santai.
Taehyung bergegas mendatangi Jungkook, bersimpuh disebelahnya dan memeluknya erat, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher yang lebih muda.
"Kenapa ga bilang dulu Baby? Tiga bulan kan lama sayang.." Taehyung berusaha menahan suaranya yang bergetar.
"Kan nanti aku bisa sering pulang, lagian deket cuma Singapura aja."
Taehyung melepas pelukannya, tangannya ditangkupkan pada kedua pipi gembul, menahan Jungkook agar melihat ke matanya.
"Baby marah sama Daddy? Bilang sayang kalau Daddy ada salah."
"Ga qo Daddy. Aku menganggap ini peluang besar untuk belajar" jelas Jungkook. Ia tidak tahan melihat wajah Taehyung yang keruh, mata berkaca-kaca dengan bibir manyun.
"Daddy sudah makan? Aku siapin kalau belum."
"Sudah Baby."
"Ya sudah mandi sana, aku tunggu di kasur ya. Tiga hari ini aku kasih semua yang Daddy mau."
"Maunya Jungkook baby terus.."
"Makanya diiket donk, dikasih cincin, dinikahin, kalau masih takut sama altar di KUA aja gpp, dikasih anak" jawab Jungkook dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drowning
Fanfiction[FIN] ⚠️Boys Love⚠️ 🔞 an adult Taekook Story 🔞 Homophobic ⛔ Go Away! PERINGATAN ‼ untuk 20 tahun keatas. Di cek dulu KTP nya. Kebijaksanaan pembaca sangat diperlukan !!! 🔞 contains: Mature BDSM Whore nsfw BoyxBoy Tae!Top KTH = 37 yo JJK = 22 yo S...
