Bab 1

332K 23.1K 2K
                                    


Beby terperangah melihat bangunan besar yang akan menjadi tempat tinggalnya mulai sekarang. Matanya berbinar penuh kekaguman disertai senyuman kecil dibibir mungilnya.

Hari ini adalah awal lembaran baru hidupnya bersama mamanya, ah bukan, tetapi bersama keluarga barunya.

Tangannya mulai menyeret koper besar yang melebihi tubuh mungilnya. Beby berlari menyusul langkah mama dan papa barunya.

"Beby siap ketemu sama abang-abang Beby?" tanya Ayu-sang mama-ketika mereka sampai di depan pintu.

Beby mengerjap lucu, "Beby punya abang?"

"Iya, sayang. Abang Beby empat loh, nanti papa kenalin semuanya."

"Wah..." Beby mengangguk senang dengan perkataan Tori-sang papa.

Tori tersenyum, ia menepuk puncak kepala anaknya pelan. Kemudian menghela napas kasar, dia sedikit cemas pada sifat putra-putranya, apalagi kemarin dihari pernikahannya mereka tidak datang dengan berbagai alasan. Tori melirik Beby, anak bungsu perempuan satu-satunya, dia tak ingin menyurutkan kebahagiaan Beby. Semoga saja putra-putranya itu dapat menerima ibu dan adik baru mereka.

Setelah mereka melewati pintu depan, mereka memasuki ruang tamu. Tori mengernyit ketika tak mendapati satupun makhluk hidup disana.

"Dami, Dion, Azka, Nio!" teriak Tori.

Dari arah tangga terlihat dua pemuda menuruni anak tangga. Mereka segera menghampiri Tori dan dua sosok asing yang bersama papanya.

"Apa sih pa, teriak-teriak! Gak tahu apa ini udah malam." Tukas cowok bermata sipit, sementara cowok satunya hanya diam.

"Ck. Ini rumah kenapa sepi? Mana Dami dan Azka?" tanpa menjawab perkataan putranya, Tori berdecak sambil mengedarkan pandangannya.

"Bang Dami lembur kalo bang Azka kencan kali. Siapa mereka pa?" Cowok bermata sipit itu mulai penasaran dengan dua sosok asing yang tadi dia lihat, tapi mereka juga terlihat familiar.

"Mereka mama dan adik," cowok yang sedari tadi diam mulai ikut bersuara dengan nada kecil menjawab pertanyaan sang adik. Yang mungkin hanya bisa didengar oleh cowok sipit itu.

Cowok bermata sipit itu menepuk dahinya pelan, dengan senyuman ramah yang malah membuat mata cowok itu tak terlihat, dia mulai mendekati mereka yang katanya mama dan adik nya.

"Halo, perkenalkan nama saya Nio." Cowok yang bernama Nio itu menjulurkan tangannya yang langsung disambut dengan senang oleh perempuan paruh baya.

"Saya Ayu dan disamping saya anak saya, namanya Beby."

Nio menolehkan kepalanya menatap gadis mungil itu yang juga menatapnya, lalu memberi senyuman manis.

"Nah... Ayu, Beby yang ini Dion anak keduaku. Maklum ya, anaknya sedikit pendiam." Tori menyela, memperkenalkan cowok yang tadi hanya berdiam diri.

Dion tersenyum tipis, kemudian berlalu meninggalkan mereka berempat.

"Bang Dion gak suka ada kita ya ma?"

Pertanyaan lirih itu membuat Tori, Ayu dan Nio mengalihkan pandangan mereka.

Tori segera merangkul pundak kecil putrinya, "kata siapa? Bang Dion paling pengen punya adik perempuan loh, dia cuma malu aja ketemu sama adiknya yang imut ini."

Beby tersenyum kecil percaya dengan perkataan papanya.

"Putrinya papa pasti lelah, sekarang Beby istirahat ya, biar bang Nio yang anterin Beby ke kamar."

Nio dengan bersemangat mengambil alih Beby yang tadi bersama Tori. Dengan lembut Nio membawa Beby menuju lantai atas, yaitu kamar baru adik perempuannya.

***

"Kamu suka sama kamarnya?"

Nio mengalihkan pandangan Beby yang sedari tadi memandang takjub dengan dekorasi kamar barunya.

Dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya, Beby menganggukkan kepalanya. "Iya, Beby suka bang."

Bibir Nio berkedut tak dapat menahan senyuman senangnya saat kata bang keluar dari mulut Beby. Ah, cukup dengan kata itu saja Nio merasa benar-benar telah mempunyai adik yang selalu ia idam-idamkan.

Gak buruk-buruk amat punya adik, batin Nio.

"Makasih bang"

"Masa' cuma makasih doang sih, padahal bang Nio loh yang tadi bantu ngerapi'in kamar Beby," goda Nio.

"Terus abang mau minta apa?" Beby bertanya dengan alis yang mengerut.

"Em.. Kalo abang minta peluk sama cium boleh?"

Tanpa memberi jawaban pada Nio, Beby dengan segera memeluk abang barunya itu tak lupa dengan kecupan kecil dipipi Nio.

Nio terkekeh, lalu membalas pelukan yang terasa nyaman itu dengan erat. Senangnya punya adik cewek.

"Bang Dion gak suka Beby ya?" lirih Beby seraya mengeratkan pelukannya. Mengingat Dion tadi yang hanya diam saja dan langsung pergi tanpa berkata apa pun membuat hati Beby diliputi rasa tak enak dan sakit.

"Kenapa Beby mikir gitu? Kan tadi papa udah bilang, bang Dion paling pengen punya adik cewek. Dia mungkin malu sama Beby yang gemesin kayak gini. Bang Dion tuh anaknya pendiem jadi gak bisa ngungkapin perasaannya secara gamblang. Jadi kalo Beby bicara ama bang Dion tapi cuman didiemin, yaudah diemin balik," terang Nio panjang lebar.

Beby tertawa sambil mengangguk pelan. Walaupun dia sedikit tak mengerti dari setengah omongan Nio. Dia hanya mengikuti Nio yang terkekeh dengan perkataannya sendiri.

Malam itu, mereka habiskan dengan berbagi cerita untuk mengakrabkan diri.

Dari mendengar cerita dari Beby, sekarang Nio mengerti bahwa Beby itu memiliki kepolosan yang haqiqi.



Tbc

Jangan lupa vote dan komen ya

Sabtu, 25 April 2020

alalaylay

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang