II

13.8K 1.6K 247
                                    

Halo! Maafin untuk keterlambatan updatenya ya, teman-teman. Akhir-akhir ini aku lebih fokus buat ngumpulin draft, jadi belum ketemu waktu buat ngeditin draftnya satu-satu dan baru bisa sekarang. Mohon maklum ya~ T-T

Untuk cerita ini, versi aslinya udah sampe bab 20 kalo gak salah. Nah, kalian mau terjemahannya ini ngejar banget atau pelan-pelan aja? Kalo ngejar banget, ada kemungkinan kita bakal menempati bab yang sama dengan cerita aslinya, konsekuensinya, untuk update-an bab selanjutnya gak bakal bisa dipastikan kapan, karena kita bakal ngikutin jadwal author aslinya. Atau kita pelan-pelan aja, dengan konsekuensi cerita ini akan jauh lebih lambat dari cerita aslinya, tapi kemungkinan akan lebih terjadwal karena masih punya banyak bab sebelum authornya ngeupload bab baru. Mudeng gak? Jadi, kalian lebih prefer mana?

Dua kali seminggu

atau

Tiga kali seminggu

Vote yaa~ 💚

Terima kasih dan selamat membaca~

•••

= AKU MUAK AKAN KATA-KATA LEMBUT DAN TINGKAH ANEHMU =

•••

Donghyuck terlihat sangat baik dalam hal menempatkan diri di hubungan pernikahan, bahkan lebih baik dari yang Mark bayangkan. Ia tampak menawan dan tak gentar berdiri di samping suaminya, di hadapan para bangsawan, dan terlihat hangat serta ramah di depan rakyat; melambai indah pada anak-anak, membungkuk sopan kepada orang-orang tua dan tersenyum lebar serta bersolek ria tatkala gadis-gadis menyerukan namanya.

"Kau harus bersyukur," ucap sang ratu tatkala mendapati Mark mengerutkan alis; cemberut. "Rakyat kita menyukainya."

Mereka punya banyak alasan untuk menyukai Donghyuck. Ia mengunjungi kota setiap dua minggu sekali, mendatangi rumah sakit amal dan sekolah kuil, tempat di mana anak-anak miskin di kota belajar membaca dan berhitung. Ia menyodorkan roti dan mengangkat gadis kecil berlutut kotor ke pangkuannya, menggenggam tangan mereka, mengepangkan rambut dan menyanyikan lagu bagi anak-anak tersebut.

"Dia memiliki suara yang menakjubkan," kata Jungwoo sambil tersenyum lembut, helm terapit di tangan, sementara baju zirahnya bersinar; memantulkan cahaya lilin, sembari ia menceritakan pada Mark segala hal menakjubkan yang suaminya telah lakukan hari itu.

Yukhei, di balik punggung Mark, mendengus. "Kau tampak terpana."

"Semua orang terpana," balas Jungwoo sambil mengedikkan bahu. "Lagi pula, Pangeran Permaisuri sangat manis."

Tidak ada yang bertanya, pikir Mark. Ia menatap lembar perkamen di hadapannya, hampir menebak bahwa Jungwoo menuliskan segala bentuk rasa terpananya di sana, pada kertas laporan segala kegiatan hari ini. Membawa Pangeran Permaisuri ke kota, dia sangat manis. Tentu saja Jungwoo tidak menulis seperti ituㅡtidak akan. Kata demi kata berlari cepat di bawah kelopak mata Mark yang kelelahan, seperti deretan semut-semut pekerja. Ia mengerjap untuk menghapus bayangan itu.

"Kau tidak akan berpikir begitu apabila kalian bertemu ketika dia masih muda," ujar Yukhei dan Mark sempat berpikir untuk mengomelinya, untuk mengomeli mereka berdua. Mereka adalah ksatria, demi Tuhan, bukan dayang-dayang tukang gosip.

"Dia dulunya berbahaya," Yukhei melanjutkan. "Dia akan mengejar Mark dengan pedang kayu di tangan, menantangnya untuk duel. Bayangkan, aku harus melindungi Pangeran dari bocah kecil pembunuh, yang juga tak bisa kau sentuh sebab dia adalah seorang pangeran."

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang