17 - seventeen

48.9K 2.9K 74
                                        

Hari-hari berlalu begitu cepat, saat ini Taehyung sudah memiliki asisten baru. Jungkook masih bersikukuh dengan niatnya naik kereta ke kantor. Saat ini ia telah melewati masa OJT nya dengan baik di divisi keuangan dan melanjutkan ke divisi Marketing dibawah pimpinan Direktur Park Hyungsik.

Pada suatu rapat divisi marketing, Jungkook mengemukakan sebuah ide yang dianggap sebagai terobosan baru oleh Park Hyungsik. Ide tersebut dibawa ke rapat Direksi dimana jajaran Direksi menyambut baik ide tersebut untuk segera di eksekusi. Selesai rapat Direksi, Taehyung meminta Hyungsik untuk memberitau Jungkook untuk menemuinya di ruang CEO.

Jungkook heran ketika menerima kabar tersebut, memang dirinya selama ini belum pernah mengunjungi Taehyung di ruang kerjanya, toh mereka bertemu setiap hari di rumah. Jungkook segera beranjak memenuhi panggilan, ia bertemu dengan Sekretaris Min yang mengantarnya ke dalam ruangan CEO yang merupakan sebuah ruangan besar dengan desain minimalis namun maskulin.

Setelah pintu tertutup meninggalkan mereka berdua dalam ruangan, Taehyung memberi isyarat agar Jungkook mendekat dan duduk di pangkuannya. Jungkook mendekat namun duduk di meja depan Taehyung.

“Kayak ABG kelebihan hormon aja pangku-pangkuan di kantor?” ejek Jungkook kepada Taehyung.

“Ujar seseorang yang duduk di meja layaknya anak kecil” Taehyung membalas.

Jungkook bersedekap dan mencondongkan tubuh ke arah Taehyung, “So, ada perlu apa denganku Kim Sajang-nim?”

Taehyung meraih tangan Jungkook dan mengurai lipatan tangan, menggenggam kedua telapak tangannya dan menarik diri beserta kursi yang ia duduki mendekat dan berada diantara kedua kaki Jungkook.

“Mau kasih hadiah untuk Jungkook” jawab Taehyung.

“Hadiah untuk apa?”

“Apresiasi atas ide cemerlang yang kamu sampaikan.”

Hmm.. dalam bentuk apa?”

“Apa saja baby. Just mention it.”
Jungkook tampak berpikir sejenak sebelum melanjutkan.

“Aku ingin hati ini” ujar Jungkook sambil menunjuk dada Taehyung.

Taehyung hanya diam mencerna ucapan Jungkook, namun wajahnya berubah, tidak lagi memandang Jungkook dengan penuh kasih seperti sedetik sebelumnya. Taehyung melepas genggaman tangannya dan mundur sedikit.

“Baby serius dengan permintaanmu?”
Jungkook mengangguk, melawan gelombang kesedihan yang mulai menerpanya dengan sikap defensif Taehyung.

“Berikan aku waktu ya” pinta Taehyung namun Jungkook hanya diam berusaha sebisa mungkin tidak merubah ekspresinya.

“Kamu tau baby.. hal itu masih menyulitkanku” Jungkook tidak paham apa maksud Taehyung. Hanya satu hal yang terfikirkan oleh Jungkook.

“Kau malu denganku yang pernah jadi pelacur kan?”

“Tidak! Bukan itu baby. Jika kita tidak bertemu malam itu, aku tidak mungkin dapat memandangmu seperti ini. Malam pertemuan kita adalah saat yang paling aku syukuri terjadi padaku.”

“So? Perbedaan usia yang terlalu jauh?” tanya Jungkook sejurus kemudian.

“Bukan juga baby. it just..”

Karena kau hanya main-main saja dengan ku kan?” namun Jungkook hanya menyerukan dalam hati. Ia tidak sanggup untuk mendengarkan jawabannya.

“It’s Okey Dad. Lets forget it” ujar Jungkook seraya turun dari meja “aku pulang duluan ya.”

Kemudian Jungkook pergi meninggalkan Taehyung yang hanya masih duduk pada posisi nya.

Jungkook bergegas kembali ke meja kerjanya, merapihkan barang dan segera pulang karena memang sekarang juga sudah jam pulang. Jungkook tidak sengaja mengabaikan sapaan rekan kerjanya. Dia terlalu sibuk menahan air mata dengan perasaan yang begitu sakit seolah hatinya diremas dengan kuat.

Pulang dengan taksi dimana dia menangis keras di dalam kabin kosong hanya ditemani supir taksi.

Sesampainya di Penthouse, Jungkook mendatangi kamar nya, kamar yang sebelumnya selalu kosong. Dia sudah tidak lagi menangis, hanya berbaring di kasur sembari memandang langit-langit kamar dengan pikiran kosong. Bahkan tidak mengetahui pesan yang dikirim Taehyung untuknya.

Di tempat lain, setelah berdiam lama di ruangannya, Taehyung memutuskan untuk pergi mengurai benang kusut di hatinya. Hanya ada satu tujuan baginya. Taehyung meminta Mark mengantarnya ke tempat yang selalu menjadi rumahnya.

Pintu terbuka tak lama setelah Taehyung memencet bel, Seokjin menyambutnya dalam pelukan hangat.

“Taetae… apakabar? Yuk masuk.”

“Hyung, eomma ada?”

“Ada, baru selesai makan. Kau sudah makan?” Taehyung mengangguk, padahal dia belum juga makan malam.

Di ruang tengah, Taehyung bertemu dengan Namjoon dan bertukar sapa ramah. Taehyung selalu mengagumi sosok Namjoon, seorang Dosen di Universitas ternama yang merupakan suami dari Seokjin. Namjoon dengan rela memutuskan agar dirinya dan Seokjin tinggal dirumah ini agar Seokjin dapat merawat ibunya. Ngomong-ngomong Seokjin adalah kakak kandung Somi.

Nyonya Kim datang menyambut Taehyung dalam pelukan dan kedua nya duduk di sofa ruang tamu yang telah kosong. Seokjin dan Namjoon memberi waktu bagi Taehyung yang terlihat dari raut wajahnya sedang menanggung beban.

Taehyung tidak bercerita apa-apa, dia hanya mencari sandaran. Nyonya Kim yang dianggap sebagai Ibu nya sendiri mengerti perasaan anaknya. Beliau memeluk Taehyung dan mengusap punggung tegap itu hingga akhirnya Taehyung membuka suara.

“Eomma, apakah mungkin bagiku untuk mencintai lagi? Aku masih takut eomma, bagaimana jika aku ditinggalkan lagi?” Taehyung kembali diam namun Nyonya Kim dapat merasakan air mata anaknya di kulit keriputnya. Nyonya Kim tersenyum senang, baru kali ini anaknya datang mengadu padanya mengenai cinta.

Selama 13 tahun ini, Nyonya Kim banyak mendampingi Taehyung disaat-saat tersulitnya. Dulu saat Somi, yang notabene adalah anak kandungnya justru meninggalkan pemuda malang ini di altar yang membuat Taehyung depresi berkelanjutan. Bahkan pada saat Taehyung dilarikan ke rumah sakit karena overdosis obat terlarang dimana kedua orang tua Taehyung sudah tidak lagi memperhatikannya anaknya, Nyonya Kim justru dengan ketulusan mendampingi dan memberi support kepada Taehyung. Membuat Taehyung dapat kembali bangkit dan menjadi sukses seperti sekarang.

Malam itu Taehyung memutuskan untuk menginap, ia mengirim pesan kepada Jungkook supaya pemuda itu tidak mencarinya.



>> tbc >>

Drowning Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang