16. Kisah Tentang Nyamuk

1.3K 142 2
                                    

Sebelumnya, Jayandra Bagaskara adalah tipe yang tidak pernah peduli dengan tetek bengek soal hubungan percintaan. Kalau ia ingat-ingat kebelakang, bahkan sejak SMA ia sudah tidak pernah memusingkan soal hal tersebut. Baginya pada saat itu, dance dan pendidikannya adalah yang utama. Apalagi sejak ia bertemu Yugi dan Arjuna yang baginya sudah lebih cukup untuk memenuhi hari-harinya.

Ketika akhirnya mereka bertiga masuk kuliah, Jayandra bergabung dengan UKM tari di kampus. Sehingga saat Arjuna dan Yugi sibuk dengan urusan masing-masing, Jayandra juga punya kesibukan lain yaitu bersama dance crewnya. Jayandra kira hal itu cukup, sampai pada akhirnya Arjuna membawa seorang gadis ke teras rumah bangtan pada suatu hari di pertengahan semester lima. Tidak pernah ada perempuan selain Geca yang datang ke kontrakan. Bahkan tunangan Mas Ares pun tidak pernah. Kalau Geca karena kostannya kebetulan memang dekat dari rumah bangtan dan juga statusnya yang memang sahabat mereka, sedangkan tunangan Mas Ares entahlah lelaki itu tidak pernah membahasnya. Pertama kali Jayandra tau bahwa Mas Ares yang saat itu baru menjadi penghuni bangtan dan masih duduk di semester 6 bilang kalau dirinya sudah punya tunangan. Bukan pacar tapi tunangan. Ok, kembali ke Arjuna. Yah jadinya Jayandra merasakan perasaan aneh. Tidak dalam hal yang buruk hanya...asing? Ya dia kan sudah kenal Arjuna sejak SMA. Bahkan semasa kuliah hidup bersama, ibaratnya sudah kenal hingga ke bagian paling busuk masing-masing. Dan kini, Arjuna sudah selangkah lebih maju di depannya.

"Kenalin, ini Nadia." Arjuna memperkenalkan gadis manis yang hari itu mengenakan blouse peach dan celana jeans dengan rambut tercepol.

Jayandra yang sedang duduk santai di teras sambil makan kacang kulit berdua dengan Mas Ares hampir saja melempar seluruh sampah kulit kacang yang mereka kumpulkan di atas sarung yang Jayandra kenakan. Jangan tanya kenapa penampilan Jayandra persis bapak-bapak di hari Minggu. Ini masih pagi dan hari libur wajar kalau mereka santai. Sudah bagus mereka nggak tidur lagi. Jayandra sengaja membiarkan sarung yang ia gunakan untuk ke masjid subuh tadi sebagai wadah kulit kacang agar tidak tercecer di lantai, itu juga ide dari Mas Ares sebenarnya yang sepulang dari masjid tiba-tiba mengajak Jayandra ngobrol sambil minum kopi di teras dan makan kacang.

"Eh, halo neng Nadia!" Jayandra menyapa dengan senyum cerah berserinya. Walaupun telah lama tinggal di Jakarta, Jayandra masih kerap kali membawa aksen sundanya. Dan kerap kali menyebut atau memanggil orang lain dengan panggilan asal daerahnya, yaitu Neng dan A'. Kebiasaan.

"Hai!" Nadia menyapa tanpa canggung.

Jayandra sebetulnya sudah pernah dengar soal Nadia dari Arjuna. Termasuk kisah pertemuan mereka di stasiun karena kartu e-money. Arjuna dan Nadia melaksanakan masa perkenalan dan pendekatan yang cukup normal. Benar-benar menjajaki hubungan mulai dari stranger, kenalan, teman, teman yang sering ikut volunteer bareng, teman yang sering nonton acara musik dan entah teman apalagi sampai akhirnya seperti sekarang. Ada jeda cukup lama memang antara pertemuan awal Arjuna hingga akhirnya ia bisa bersatu dengan Nadia karena ternyata Nadia sudah punya pacar saat itu. Meskipun begitu, hari ini adalah pertama kalinya Jayandra diperkenalkan secara langsung dengan Nadia. Dan pertama kalinya juga Jayandra melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana sahabatnya sejak SMA, yang dulu hanya peduli dengan pendidikan, literatur dan kepanitiaan kini telah memiliki ruang baru khusus untuk gadis di sebelahnya. Jayandra kembali merasakan perasaan itu. Perasaan seolah dia telah ditinggal pergi oleh sahabatnya.

"Kita mau pergi ke meeting volunteer konser di BSD, kebetulan semalem Nadia nginep di kost temennya daerah sini makanya sekalian pengen ngenalin sama kalian."

"Oooo, pantes. Perasaan tadi lo pamitnya mau beli bubur ayam di depan komplek kok baliknya malah bawa cewek cantik." Mas Ares lalu memperkenalkan diri. "Hai Nadia. Kenalin nama Mas, Ares. Tapi panggil Mas aja deh biar enak." Lelaki itu memang penuh dengan kepercayaan diri. Baik soal penampilan atau guyonan yang lebih seringnya garing. Bahkan pagi itu Mas Ares sama sekali tidak khawatir dengan penampilannya yang hanya pakai piyama. Ya kebiasaan Mas Ares, setelah subuhan ke masjid dia ganti baju lagi pakai piyama ketika di rumah. Katanya adem. Padahal usianya hanya beda dua tahun dari Jayandra dan Arjuna tapi entah kenapa Mas Ares kadang sikapnya mirip bapak-bapak.

Rumah Abang Tampan [Completed√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang