Sebelum baca please baca yg ini dulu,
Jadi aku seneng banget ada yang baca work aku ini yang masih banyak kekurangan dan ga sebagus sama work soolia lainnya. Aku juga minta maaf sering telat update karena aku masih kuliah dan akhir2 ini jadwalnya sibuk banget ditambah stres karena masalah lain, jadi ide ku makin buntu. Buat semua readers work ini,sekali lagi makasi sudah mau baca dan vote❣😭 Dan buat yang ga pernah vote (siders), kalau kalian suka sama work aku ini tolong vote/comment. Vote atau comment dari kalian ini berguna bgt buat aku, aku bisa tau berapa banyak yg interest sama work ini dan jg bisa memotivasi aku buat nulis ☺. Kalau kalian merasa ga suka sama work ini, aku ga maksa kalian buat vote apalagi comment. Ya intinya sbg penulis aku cuma mau tau seberapa interest orang sama cerita yg kutulis. Kalau banyak yg interest aku akan trs usaha buat cerita yg menarik,tapi seandainya yg interest memang sedikit aku akan coba utk mengembangkan cerita ini lagi atau mungkin unpub .Sekian, maaf curhat kepanjangan☺Happy Reading
Lia memasuki kampus dengan langkah malas, entah kenapa hari ini dia malas banget kuliah. Mungkin gara-gara semaleman dia kepikiran Soobin. Huh, inget itu lagi Lia jadi makin galau. Entah kebetulan atau gimana, Lia melihat Soobin lewat di depannya. Hari ini dia pakai kemeja putih dan blazer. Lia terpaku melihat pemandangan itu, serius Soobin seganteng itu?
"Apa gue minta maaf dulu ya?" Batin Lia.
Setelah berdebat dengan batinnya, Lia memutuskan menghampiri Soobin.
"Soobin"
Soobin menoleh dan menatap Lia dengan ekspresi datar. Lia jadi kaku dan bingung mau ngapain sekarang.
"Apa?" Tanya Soobin.
Lia masih diem dan tersenyum paksa. Dalam otaknya dia berpikir keras menyusun kata-kata.
"Soal kemarin-"
"Gausah dibahas lagi. Gue duluan ya" kata Soobin lalu berlalu meninggalkan Lia begitu saja.
Lia terdiam, perasaannya jadi makin ga karuan. Apa Soobin semarah itu? Tapi kenapa? Toh, menurut Lia dia ga salah apa-apa. Lia tersentak saat menyadari sesuatu mengalir di wajahnya, ia mengusapnya dengan cepat.
"Bego, ngapain nangis sih?" Gumam Lia.
Sementara Soobin begitu memasuki kelas dia langsung duduk di bangkunya. Kebetulan Haechan belum dateng, jadi dia bisa menenangkan diri dulu. Soalnya kalau ada Haechan bakal berisik banget. Dia kepikiran sama Lia tadi, Soobin merasa sudah cukup kasar. Harusnya Soobin dengerin Lia bukannya ngomong gitu.
"Lia!!"
Soobin mendongak saat mendengar teriakan Chaeyeon. Ia melihat Lia yang memasuki kelas dengan ekspresi datar, iya ini bukan pertama kalinya Soobin melihat itu. Lagian Lia memang selalu memasang ekspresi itu setiap jalan sendirian. Takut ketahuan, Soobin pura-pura memainkan hpnya sambil memakai headset padahal ga denger apa-apa.
"Gimana li? Udah selesai urusan lo?" Tanya Chaeyeon.
"Belum, lagian ga penting lagi" balas Lia.
Soobin mengernyit dan semakin fokus untuk menguping pembicaraan kedua perempuan itu.
"Lah? Katanya kemarin mau meluruskan, katanya udah siap untuk mulai lagi. Tapi kok gajadi?"
"Mungkin gue terlalu berharap aja kemarin, pokoknya itu ga penting. Ga usah dibahas."
Soobin menghela nafasnya berat, hati kecilnya bilang yang dimaksud sama Lia adalah dia.
"Makanya gue bilang lo sama kak Yohan aja. Dia juga ganteng woi, lo beruntung dia suka sama lo. Lo mengalahkan ratusan perempuan di kampus ini belum lagi followers dia yang bukan dari kampus kita."
