6 - six

105K 6.1K 569
                                        

Di dalam ruangan privat yang kecil namun nyaman, Taehyung tidak dapat berhenti mereka ulang kembali kebersamaaanya dengan Joy. Taehyung memainkan ponselnya sesaat kemudian melakukan Line Call, menunggu beberapa dering terlewati hingga tersambung.

"Yeoboseyo"

"Joy ini aku Master."

ciiiit.. tiiin tiiiiin

"Kamu sedang nyetir?"

"Pakai bluetooth qo Master, gapapa. Hanya kaget mendapat telpon mu."

"Ya sudah menyetirlah dulu, nanti aku telpon lagi."

"Tunggu master, aku--
aku butuh dirimu."

"Sambil menyetir? Ckckck.. Pus nakal. Tidak baby! Terlalu berbahaya."

"Bukan itu Master, aku sedang butuh courage dan suaramu memberikan kekuatan untukku."

Taehyung teringat Jimin mengatakan bahwa Joy sedang dalam masa sulit.

"Baby mau cerita? Kebetulan aku sedang senggang."

"Aku sedang dalam perjalanan menuju masa depanku. Aku tersadar bahwa aku harus mengambil tanggung jawabku dan aku harus lebih baik sehingga aku menjadi layak."

"Hmm.. tentu baby. Jika kamu menghamili pacarmu, tentu kamu harus menikahinya."

"Master! Astaga bukan itu. Aku selalu pakai pengaman dan aku tidak punya pacar” Joy merona malu.

"Hahaha benarkah?"

Joy tersenyum walaupun tidak ada yang dapat melihatnya. Suara tawa Master yang berat namun halus membuatnya bahagia. Sesimple itu.

"Indeed Master. Aku sejujurnya gugup. Aku sudah begitu lama menghindari menjadi diriku yang sebenarnya. Namun perkataan Jimin menyadarkanku."

"Boleh aku tau baby?"

"Nanti aku ceritakan kalau kita ketemu Master. Emm.. jika.. jika Master masih ingin menemuiku."

"Tentu saja baby, aku sudah bilang tadi pagi. Kamu pus Master yang terhebat."

Joy tidak dapat meredam debaran jantungnya saat ini. Mukanya pun terasa sangat panas.

"Aku sudah mau sampai Master. Doakan aku ya. Semoga aku berhasil."

"Tentu baby. Tentu!
Jadi kamu senggang kapan?"

"Aku belum tau Master, tapi seharusnya jika agak malam kurasa bisa. Nanti aku kabari."

"Baby mau dimana nanti? Pilih saja tempatnya nanti aku bookingkan. Malam ini aku juga belum tau akan menginap dimana."

"Master kapan akan kembali ke Seoul?"

"Kamu tau aku dari Seoul?"

"Iya, Jimin Hyung yang cerita."

"Ya baby, seharusnya aku bahkan sudah kembali hari ini. Namun aku merindukan puss."

“ … ”

"Baby.. qo diam?"

"Maaf master aku sedang fokus memarkir mobil."

Bohong, Joy sebenarnya kehilangan kosakata. Hatinya menghangat. Bagaimana pun juga dia hanya remaja normal berusia 22 tahun. Punya harapan dan angan walaupun mustahil atas romansa nya sendiri.

"Master, nanti aku hubungi kembali ya. Terima kasih sudah menyemangati aku."

"No problem baby, aku menantimu."
  
  
  
Taehyung tersenyum begitu lebar, dia tidak sabar untuk bertemu kembali dengan Joy. Pintu ruangan diketuk, Taehyung sempat melihat sekilas sosok dibalik pintu terbuka yang tiba-tiba menarik kembali daun pintu hingga nyaris tertutup.

"Jeon Jungkook, aku tau itu dirimu."

Sosok dibalik pintu terdiam, seperti sedang bimbang akan masuk atau tidak.

Taehyung menjadi tidak sabar, ia berdiri dan menghampiri pintu yang menutupi pandangannya dengan sosok yang akan menemuinya disini. Meraih kenop pintu dan menyentaknya terbuka menampilkan sosok pemuda yang terlihat gugup dalam pakaian kasual namun Taehyung mengakui memiliki pesona tersendiri.

"Aku Kim Taehyung. Ayo kita selesaikan urusan kita disini, aku ada keperluan lain juga."

Taehyung berbalik badan menuju meja tunggal yang berada di dalam ruangan VIP dan tersenyum teringat Joy. Seperti nya Joy sudah begitu berada dalam pikirannya hingga seolah-olah ia melihat Joy ada dimana-mana.

Joen Jungkook anak tiri dari Jeon Somi mengikuti Taehyung dan duduk dengan kaku di meja sebrang nya. Matanya sedari tadi hanya menunduk ke bawah. Taehyung tidak menyangka calon apprentice nya sebegini pemalu. Dia sudah terlanjur membayangkan pemuda pembangkang yang tidak bertanggung jawab.

Mata Taehyung menelisik pemuda di hadapannya dan tidak dapat menghindari pikirannya kembali kepada Joy. Dia tidak akan menjadi CEO atas kerajaan bisnis yang dibangunnya sendiri jika dia bodoh.

Tanpa ketara Taehyung memainkan ponsel di bawah meja, memencet tombol last dial. Tak lama suara dering telpon memenuhi ruangan, belum sempat pemuda Joen mengambil ponselnya Taehyung mematikan sambungan telpon mengakibatkan ruangan menjadi sunyi kembali.

"Jadi.. kita akan membahas urusan sesuai permintaan ibumu, atau mengikuti keinginan kita sendiri Joy?"


  >> tbc >>

 






 

Sebenarnya saat bikin cerita ini, ide awalnya cuma berenti disini. Tiba-tiba alur cerita muncul sendiri masih dengan napas yang sama dari ide awal.

Jujur belum tau ini ending nya gimana. Semoga semulus faha Suga ya 😁

Drowning Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang