Rily masih menutup mulut, tidak mengubris Naza yang terus mengajaknya bicara. Mereka berjalan menyusuri jalanan komplek yang basah, karena air hujan tadi malam.

"Ril, lo kenal kak Raka, kan? Cowok yang dihukum barengan sama lo waktu itu,"

Rily mengerjap, "hm? Siapa?"

"Raka Savian Altezza, kak Raka ih! Lo tuh sakit apasih sebenarnya?"

Rily nyengir kuda. "Oh, iya kenal, kenapa?"

"Lo tahu nggak, kak Raka tinggal di komplek ini juga. Aaaaa... kan gue juga mau sekomplek sama cogan."

Rily melotot kecil, langsung teringat dengan kejadian tadi malam. "Pantes dia mau nganterin gue pulang .... " ucap Rily pelan, tidak tahu jika Naza mendengarnya.

"SERIUS LO?! SUMPAH DEMI APA?"

"Ayam, ayam, ayam!" latah Mbak Yuyu yang sedang sibuk meracik makanan.

Naza meringis, baru sadar jika mereka sudah sampai di lapak jualan Mbak Yuyu. "Mentang-mentang jualan bubur ayam, latahnya nyebut ayam ya Mba." selorohnya yang mendapat sahutan tawa dari Mbak Yuyu.

Rily dan Naza duduk di salah satu kursi panjang yang khusus di sediakan untuk pembeli. "Mba, bubur ayamnya dua ya!" ujar Naza yang langsung mendapatkan pelototan dari Rily.

"Gue gak mau ih, Za..."

"Siap Za!" sedangkan mbak Yuyu sudah terlanjur menyahut.

Naza mengedikkan bahu. "Mana sempat, keburu dipesen." sahutnya meledek Rily. "Eh tapi serius dulu, lo tadi malem di antar kak Raka? Kok bisa sih?"

Rily terkekeh, ia tersenyum bangga. "Iya dong, eh tapi lo doang nih yang tahu." ujar nya, memberi kode agar Naza tidak memberitahu siapapun. "Tadi malam gue ketemu sama kak Vian di mini market."

"Vian....?" beo Naza.

"Gue sih manggilnya itu, biar spesial." Rily cekikin saat Naza memutar bola mata. "Mau denger kelanjutannya gak?"

"Terus, terus?"

"Karena gue udah kenal, yaudah gue panggil. Terus disamperin dong," Rily sudah kesemsem sendiri. "Eh malah diajakin hujan-hujanan, terus gue mau, selesai deh."

"Serius lo? Kak Raka itu cuek banget tahu, kok sama lo enggak."

"Siapa sih, yang bisa nolak pesona gue. Kim Taehyung aja kelepek-kelepek, apalagi cuma kak Vian. Belum juga gue kedipin, udah jatuh duluan dia." ucapnya berbangga hati.

Naza mendesah kecewa. "Kok gak gue aja sih tadi malam yang kalah?" tanya nya pelan.

Rily langsung menyemburkan tawa. "Makanya gue gak nyesel pilek mah, yang penting bareng cogan."

"Terus kak David lo kemanain?"

"Sama lo aja." sahut Rily ringan. "Gue udah keluar dari Osis, males gue, cuma nambah beban aja."

"Gue ketinggalan apa?" tanya Naza serius.

Rily menghela napas, ia menceritakan semua yang terjadi kepada dirinya akhir-akhir ini, kepada Naza. Dari masalah sekolah, rumah, bahkan cinta.

Karena saat ini, hanya Naza yang Rily punya untuk berkeluh kesah.

***

Rily duduk sendirian di sofa ruang tamu, sembari menikmati cemilan yang kemarin ia beli, matanya fokus menonton televisi. Naza baru saja pulang kerumahnya, gadis itu mendadak ingin pulang, padahal sudah janji akan menginap. Amor, Mama Rily pergi ke Bandung bersama Mang Ali dan Bi Minah. Raylan entah kemana, sejak dari tadi Rily tidak melihat batang hidungnya.

You Hurt Me!Where stories live. Discover now