3

4.6K 381 13
                                    


Kutekan bel rumah Charlie berulang kali sampai seorang wanita berkulit kecokelatan membukakan pintu untukku. Yeah, dia adalah Anne, wanita yang menungging di ruangan Charlie kemarin. Aku tak percaya dia langsung menginjakkan kakinya di rumah ini bahkan belum genap 24 jam setelah aku meninggalkan Charlie.

Wanita itu menatapku dengan wajahnya yang pucat pasi, dia takut? Bagus. Tanpa memedulikannya aku berjalan masuk ke dalam rumah, ingat aku masih nyonya di sini karena aku belum resmi bercerai dengan Charlie. Wanita itu kembali menutup pintunya dan aku berbalik untuk menatapnya. Dia tersenyum canggung dan berharap aku menyapanya, Tuhan...tidak akan pernah! Bahkan aku ingin melemparnya ke neraka sekarang juga. Karena itulah aku berbalik dan berkata, “Selama aku tinggal di sini belum pernah sekali pun aku memegang gagang pintu itu dan sekarang kau melakukannya, pelayan baru?”

Dia tampak kesal dan ingin protes namun suara berat seorang pria yang memanggil namaku membuat wanita itu bungkam seketika, “Greena?”

Itu Charlie.

Aku tersenyum kepada Anne, senyum mengejek yang membuatnya semakin sebal lalu aku berbalik untuk menyapa Charlie dan tidak melewatkan kesempatan untuk menggodanya, “Hai Charlie, maaf soal tendangan kemarin malam”

Aku mengerling lalu pria itu menatapku dari atas sampai ke bawah sambil meneguk ludahnya dengan kasar. Aku masih ingat bagaimana maniaknya Charlie dengan tubuhku namun bukankah itu karena aku mirip dengan Anne-nya?

“Aku akan mengambil barang-barangku” kataku.

Charlie menormalkan raut wajahnya dan mengangguk, “Oke”

Aku berjalan dengan anggun sesuai bimbingan governess-ku, Jessica. Bunyi stiletto yang kukenakan mengetuk lantai dan menggema di setiap sudut rumah ini. Aku naik ke atas, menuju ke kamarku dan Charlie, kamar yang penuh dengan kenangan-kenangan kami.

Lihat ini, dia bahkan sudah mengemas barang-barangku!

Meletakkan tasku di atas ranjang, aku mulai memeriksa barang-barangku yang telah Charlie kemas. Dia mengemas semua milikku tanpa ada yang tertinggal, pakaian, perhiasan yang dia berikan, surat-surat penting, empat kunci mobil, dan buku tabunganku yang mana uangnya kudapatkan dari hasil kerja kerasnya.

Bagus, aku pikir pria itu akan hitung-hitungan!

“Aku akan memanggil Edward untuk membantumu membawa barang-barangmu ke mobil”

Aku terkesiap mendengar suara itu dan hampir saja jatuh jika Charlie tidak menangkap tubuhku. Di luar rencanaku tatapan kami terpaku, dia menatapku dengan bola matanya yang biru sehingga batinku bersorak kegirangan. Ini saatnya melancarkan aksi selanjutnya!

“Greena” panggilnya dengan suara yang parau, “Stiletto itu...”

Yeah!

“Kau semakin cantik dengan stiletto” lanjut Charlie.

Aku tersenyum kemudian mempertemukan bibir kami. Aku mencium Charlie dengan intens, membelit lidahnya sambil merapatkan tubuh kami. Gairah Charlie mulai berkumpul dan membengkak di bawah, batinku tertawa penuh kemenangan. Aku tidak akan melepaskannya, tidak sebelum tujuanku tercapai.

Ciuman Charlie turun ke leherku dan dia terus menerus mengatakan bahwa aku sangat  menggairahkan dengan penampilanku yang baru. Oh, semoga Jess panjang umur! Jika saja dia tidak memberikan ide untuk berdandan seperti ini Charlie pasti tidak akan mudah jatuh ke dalam rayuanku.

Friends With Benefits (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang