We Family.

75.4K 2.5K 373
                                    

Happy Reading.

+

Kami semua diam, tidak ada yang bersuara saat Paman membuka matanya. Entahlah, padahal kami sama-sama khawatir tapi saat pertama kali Paman membuka matanya kami jadi canggung. Aku masih ada dalam pelukan Jimin, sementara kakek dan Ayah terlihat diam saja. Mereka berdiri tidak jauh dari bangkar tidur Paman.

Aku mengerti, ini adalah kali pertamanya kami berkumpul. Sebagai keluarga tentunya. Kami tidak pernah terkumpul seperti ini. Dulu mereka fikir Paman akan menyusahkan mereka tapi Paman justru melindungi aku.

"Kami akan keluar!" Aku menoleh pada ibu, dan benar saja ibu langsung keluar. Jin dan Taehyung Oppa juga mengikuti ibu.

Apa itu artinya aku dan Jimin juga. "Ayo sayang. Biarkan mereka bicara!" Aku mengangguk dan tersenyum pada Jimin. Benar, ketiga laki-laki dewasa ini harus bicara. Mereka harus menyelesaikan ini. Mereka keluarga.

Tapi sebelum Jimin membawaku keluar aku ingin mengatakan satu hal. "Kalian sudah sama-sama dewasa dan kufikir sikap egois tidak perlu dipertahankan. Bagaimanapun kalian tetap sedarah dan aku ingin keluarga yang lengkap. Kakek kuharap kau mengambil keputusan yang benar, ayah aku ingin ayah juga bisa berfikir mana yang baik dan Paman kumohon jangan egois. Ingat jika kau masih punya keluarga selain aku. Ada Ayah dan kakakmu. Ingat itu!"

Setelahnya aku menarik Jimin untuk keluar dari kamar ini. Mereka bertiga harus bicara, ada kalanya orang dewasa perlu waktu lama untuk bisa berfikir. Yang harus dilakukan adalah satu. Permusuhan saudara ini harus dihentikan.

+

"Apa sayang?" Aku tersenyum pada Jimin yang mengusap wajahku. Kami pulang, ibu khawatir akan terjadi apa-apa dengan kandunganku. Itu sebabnya ibu memaksa kami pulang. Ibu juga ikut pulang dan tinggal Taehyung dan Jin Oppa yang disana.

"Apa kau fikir ini akan berakhir baik?" Aku agak pesimis mengenai keputusan akhir mereka. Yang kutahu satu, mereka sama-sama keras kepala.

Jimin menunduk dan mengusap pipiku. "Mereka sudah dewasa. Apapun keputusan yang mereka ambil itu pasti yang terbaik dan ya coba percaya pada mereka!"

Aku hanya diam dan masuk ke dalam pelukan Jimin. Ah aku merindukan kehangatan tubuh Jimin. "Tapi tetap saja Ji. Aku ingin punya keluarga utuh, maksudnya Paman juga ikut jadi bagian kami!"

Aku bukan memaksa, hanya saja akan menyenangkan jika Paman menjadi bagian dari kami. Bagaimanapun dia tetap keluarga walaupun bukan lahir dari Rahim Nenek. "Sayang dengarkan aku. Menghapus luka yang sudah berpuluh-puluh tahun hinggap tidaklah mudah. Steven punya luka membekas dihatinya dan sengaja atau tidak Harabojie juga terlibat. Tidak ada yang terima jika jadi anak buangan Sayang. Meskipun anak itu hanya Hasil kecelakaan!"

Aku menghela nafas dan mengeratkan pelukanku pada Jimin. "Aku tau Ji. Tapi apa gunanya disesali, itu kesalahan lama dan memaafkan itu jauh lebih baik dari pada memendamnya jadi dendam. Lagi pula Harabojie juga selalu mengawasi Paman!"

Aku merasakan Jimin menggelengkan kepalanya mendengar ucapan ku? Apa dia tidak sefikiran denganku ya? "Mengawasi tapi tidak mendekat. Sama saja dengan cinta tapi tidak menggungkapkan sayang. Cobalah mengerti. Steven tidak pernah menganggap Harabojie ada karena tidak pernah menunjukkan langsung kasih sayangnya. Yang Steven tau Harabojie hanya menganggapnya anak buangan!"

Kulepaskan pelukan ini dan menatap Jimin dalam. "Ji orang memberi maaf tidaklah mahal. Dia hanya perlu menerima dan membuka hati!" Jimin menarikku kembali dalam pelukannya. Ah dia benar-benar.

All About Sex! 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang