Chapter 1 : Cheaper

7.9K 1K 90
                                    

Kisah mereka bermula di musim panas, saat matahari masih terik-teriknya bersinar dan segelas minuman dingin terasa seperti oase

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kisah mereka bermula di musim panas, saat matahari masih terik-teriknya bersinar dan segelas minuman dingin terasa seperti oase.

Dengan tas ransel besar dan sebuah koper yang ia seret di tangan kanan, sepasang kaki nya melangkah menyusuri jalanan, sesekali dia melihat ponselnya untuk melihat daftar tempat yang bisa dia tinggali.

Dari semua tempat yang sudah dia cek, tempat yang paling strategis adalah tempat yang berada di depannya saat itu.

Sebuah gedung Apartemen yang terdiri dari 7 lantai, tempatnya tidak terlalu jauh dengan minimarket tempatnya bekerja paruh waktu, dan juga Universitas tempat dia menuntut ilmu.

Strategis sekali.

Yang perlu dia lakukan sekarang adalah mencari seseorang yang mau berbagi kamar dengannya guna meringankan biaya sewa.

Pemilik gedung Apartemen yang ditemuinya berkata kalau semua unitnya sudah ditinggali, dan yang mempunyai ide tinggal dengan seseorang untuk berbagi biaya sewa bukan hanya dia seorang.

Jadi tidak ada kesempatan untuknya.

Saat itu dia masih berbincang dengan wanita pemilik gedung di lobi Apartemen ketika seseorang datang.

"Siapa namamu tadi?" Tanya wanita tadi.

"Hyunjin, Hwang Hyunjin" jawabnya singkat.

"Aah, jadi nak Hyunjin, aku baru ingat kalau dia tinggal sendiri, coba bicara dengannya" pemilik gedung menunjuk seseorang yang baru datang ke lobi tadi.

Hyunjin mengikuti arah yang ditunjuk oleh pemilik gedung, ada seorang pemuda yang sedang berjalan menuju lift, dia mengenakan kaus tanpa lengan dan celana pendek, ada sekantung plastik di tangan kanannya.

Dengan segera Hyunjin menghampiri pemuda itu.

"Hei.." panggilnya, pemuda itu menoleh.

"Ya?" Jawabnya.

"Pemilik gedung bilang kalau kau tinggal sendiri, boleh aku tinggal denganmu?" Tanya Hyunjin langsung ke intinya.

Pemuda itu tampak berfikir sejenak, jemarinya menggaruk surai hitam legamnya beberapa kali, entah gatal atau sebagai bentuk bahasa tubuh kalau dia enggan memikirkan permintaan Hyunjin.

"Apa yang tadi itu adalah sebuah permohonan?" Jawabnya pada akhirnya.

Hyunjin langsung mengangguk.

The Cellar (Chanjin)Where stories live. Discover now