Masih Punya Hati.

55.9K 4.7K 68
                                    

Bab 9 : Masih Punya Hati

Terkadang, laki-laki itu bertingkah menyebalkan untuk mendapat perhatian. - Tsania, seblaknya Unyu squad.
***

Diam-diam aku masih membuka smartphone-ku. Berselancar di dunia maya, mencari biodata ke sebelas member yang terancam jadi bias baruku itu. Lagipula, aku cukup malas mendengar pengarahan dari ketua direksi terkait bakti sosial yang diadakan Nirwana Hospital minggu depan.

YA AMPUN! AKU BARU INGAT KALAU MEREKA UDAH MAU COMEBACK LAGI!!! Mematikan mode data, aku mencoba memanfaatkan fasilitas wifi gratis yang diberikan Rumah Sakit. Lumayan, ngirit kuota, plus dapat MV dan album full para Oppa. Aku menahan senyum.

Masih dengan mode silent di smartphone, aku membuka unduhan MV baru Wanna One yang berjudul I Promise You. Nyicil lihat wajah gantengnya Ong sama Daniel dulu, sebelum nanti menghayati suaranya Jaehwan.

Gusti! Visual mereka kok bisa sempurna begini! Kalau gini, aku jadi merasa selingkuh dari Myungsoo Oppa. Kalau nggak ingat aku masih di dalam ruangan dengan para direksi dan panitia baksos, mungkin aku sudah teriak kegirangan!

Setelah lagu Beautiful yang berarti sebuah kerinduan dan penyesalan, di I Promise You, sekarang aku terbawa perasaan karena cincin yang tersemat di jari para member! Dengan makna yang dalam tentang janji, pasti bikin semua wanita terdugeun-dugeun yeorobun!

Masih dengan asiknya memandang visual Hwang Minhyun yang katanya adalah pacar-able satu dunia, tiba-tiba smartphone-ku raib. Dan satu tangan membekapku untuk tidak teriak.

"Apa sih dok!" ucapku ketika aku berhasil membuka bekapan tangannya. Aku lupa jika dokter pongah itu masih setia duduk di sampingku.

"Ada orang bicara itu di dengarkan. Hargai, hormati. Biar kamu kalau bicara juga diperlakukan serupa." katanya sok bijak, lagi-lagi ia memasukan smartphone-ku ke kantong snellinya.

Aku melirik sinis kearahnya. Dia itu manusia nomer satu yang harus kuhindari! Sudah sok tahu, tukang atur lagi! Papa aja nggak begitu banget sama aku!

"Jangan marah, kalau kamu nggak tahu ketua direksi ngomong apa, kamu juga bakal malu, kamu kan yang jadi wakil farmasi sore ini." katanya lagi, membuatku mendengus.

Aku memilih mengabaikannya. Bertopang dagu, dengan pandangan lurus kedepan. Males banget kalau harus noleh ke kiri, ketemu wajah pongah yang setengah mati aku benci.

Belakangan aku tahu, kalau baksos akan diadakan di salah satu kampung HIV/AIDS di Solo. Memberikan semangat para ODHA* untuk sembuh dan bertahan hidup. Ya, mereka bukanlah orang yang patut dihindari. Tetapi tekanan masyarakat awam selalu meluluh lantakkan semangat hidup mereka. Aku nggak bisa membayangkan jika aku jadi mereka, hidup dalam tekanan, tanpa bisa merasakan sedetik bahagia.

"Baiklah sekian arahan dari saya selaku ketua direksi, untuk pembagian tim, akan dibagi oleh divisi pelayanan. Selamat bertugas, dan melayani dengan hati."

Aku mendesah lega, akhir sambutan menjadi tanda, bahwa briefing ini akan segera selesai. Bu Mar, kepala divisi pelayanan membacakan hasil diskusinya. "Baik, kita mulai dari tim kecil. Dua Dokter Umum, Empat Perawat, dan Dua Tenaga Tehnik Kefarmasian saya rasa cukup."

"Karena Dokter Erlangga sudah disini, kita hanya butuh satu dokter umum lagi untuk memberikan penyuluhan, saya rasa Dokter Edgar tidak keberatan." kata Bu Mar lagi.

Aku mengangguk setuju, Dokter idolaku yang kegantengannya tidak luntur meski sudah punya tunangan secantik Aura Kasih! Setidaknya, baksos minggu depan tidak terlalu buruk, karena aku masih bisa lihat wajah cakepnya dokter Edgar, hehehe.

Acc Dok? (TERBIT)Kde žijí příběhy. Začni objevovat