Chealsy Evan & Maxime William

21.5K 419 3
                                    

Suara mesih teh yang berbunyi, suara Tv yang menyala dan kicauan burung-burung diluar apartement selalu menemani pagi orang yang tinggal di dalamnya. Namanya Chealsy Evans, wanita yang berumur 24 tahun dan bekerja sebagai designer pakaian dan interior, dia juga memiliki hobi menulis lagu yang mengakibatkan dia menjadi musisi muda. Dia adalah Putri Christian Evans dan Victoria Evans, pengusaha yang ternama di negaranya.

Dering telefon rumah membuat pemiliknya yang sedang menggambar sketsa pakaian untuk musim semi mendengus kesal karena bunyi yang menyebalkan itu. Chealsy mengambil telefon itu dan meletakan gangganya di kupingnya, dijepit dengan pundaknya sedangkan tangannya masih asik bermain di kertas sketsa tadi.

"Chealsy, jangan lupa hari ini ada pertemuan dengan klien interior di kantornya, nanti gue smsin alamatnya. Dan jangan lupa bentar lagi kita bakal ngadain pemotretan tentang baju terbaru lo ya" kata orang di sebrang sana. Dia Elizabeth tapi orang memanggilnya Eli, dia adalah sahabat Chealsy dan juga merangkap sebagai Managernya.

"Chealsy Evans, gue tau lo lagi bermain dengan sketsa lo, tapi sekarang udah jam 8 pago. Jadi mending lo mandi, siap – siap karena pertemuannya jam 10." Lanjut Eli membuat Chealsy tersenyum dan meletakan kertas sketsanya di meja.

"iya bawel gue mandi sekarang bye sayang" jawab Chealsy dan dibalas dengan suara muntahan yang membuat Chealsy tertawa. Dia meletakan kembali gangang telefon itu, masuk ke kamarnya dan mempersiapkan diri.

Chealsy memakai dress pendek coklat rancangannya,dipadu dengan jaket kulit coklat muda pendek serta leging hitam motif bunga dan sepatu boot tidak lupa dia menyapukan sedikit make up ke wajahnya. Dia mengambil tas dan keperluan lainnya lalu turun ke lobby, dia menyapa pegawai yang bekerja disana dan menerima kunci mobilnya yang diberikan oleh penjaga disana. Dia meletakan bawaanya di kursi penumpang dan memacu mobilnya membelah kemacetan Jakarta.

Sudah menjadi rutinitas Chealsy, dia harus selalu menelofon orang tuanya yang berada di New York. Orang tua Chealsy memiliki pekerjaan dibidang fashion, papa yang memiliki perusahaan Fashion dan mama memiliki butik yang terkenal. Chealsy selalu menanyakan kabar mereka, dan juga sebaliknya.

"Mama, Chealsy kangen. Main dong kesini" Kata Chealsy didalam mobil, handphonenya tersambung ke bluetooth mobil. Chealsy memang sudah lama tidak bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Mama sama papa harus ke Eropa besok buat acara fashion show, sekalian mama pengen buka butik juga disana, kata papa disana itu cocok banget buat ngembangin perusahaan kita" jelas mama membuat Chealsy tersenyum. Papa dan mama memang idola Chealsy dari kecil.

"WOW! I'M SO PROUD OF YOU MOM AND DAD!" teriak Chealsy membuat kedua orang disana terkekeh geli dengan tingkah laku anaknya. Tidak lama kemudian Chealsy memutuskan sambungannya karena mobilnya sudah masuk kedalam gedung pencakar langit yang bertulisan Will & Sy dibagian atas.

Chealsy memandang sekelilingnya dengan kesal sudah hampir 2 jam dia menunggu disini dan tidak ada tanda-tanda kemunculan kliennya. Chealsy mengambil telefonnya dan mendial seketaris kliennya dengan wajah masam.

"Selamat siang, saya Chealsy Evans, designer interior yang disewa oleh perusahaan Will & Sy. Katanya hari ini ada pertemuan di Cafe kantor jam 10 tapi sampai sekarang saya belum bertemu dengan siapa – siapa disini" kata Chealsy dengan sopan walaupun sekarang dia sangat kesal.

"Saya Emma, saya mohon maaf. Saya akan langsung sampaikan ke atasan saya" kata orang disebrangnya. Chealsy menghela nafas dan melihat jam di Cafe tersebut.

"Tidak apa, lain kali saja. Saya ada pertemuan lain. Terima kasih atas bantuannya, selamat siang" balas Chealsy dengan pelan, dia tidak ada pertemuan lagi sebenarnya tapi hatinya sudah terlanjur kesal. Daripada nanti pertemuannya jadi medan perang lebih baik diundur saja bukan?

"sekali lagi saya mohon maaf, selamat siang" balas emma dan memutuskan sambungan mereka berdua.

Chealsy meletakan handphone kedalam tas, membayar pesanannya dan keluar meninggalkan perusahaan tersebut. Lebih baik dia makan siang daripada harus memikirkan ini. Dia masuk kedalam mobil dan langsung mempacu mobil itu ke restoran kesukaannya.

***

Udara segar Kota Jakarta membuat pria yang sedang mengendari mobil membuka kaca disamping, dan memakai kacamata hitamnya. Dia adalah Maxime William, pria berumur 26 tahun yang bekerja sebagai pengusaha muda yang sukses. Perusahaannya sudah berkembang di seluruh Indonesia dan Eropa. Dia adalah anak dari Jeremy William dan Stefany William, orang tuanya tinggal di New York dan bekerja disana.

Max memakirkan mobilnya di parkiran perusahaannya, Will & Sy. Tidak lama terdengar bunyi handphone dari sakunya. Max mengambil dan melihat nama si penelofon, Mama.

"Pagi sayang, kamu ga kangen sama mama? Udah lama lo kamu ga jengukin mama sama papa disini" kata Stefany William dari sebrang. Max menghela nafas mendengar pertanyan mamanya. "Max gatau ma, Max masih sibuk disini" jawab Max dengan pelan dan dijawab dengan helaan nafas mamanya.

"kamu harus bisa lupain semua itu Max, gamungkin kamu kaya gini selamanya sayang" Kata Stefany William pelan, dia tau mengapa anaknya tidak pernah lagi mengunjungi mereka di New York. Karena peristiwa yang membuat anaknya takut untuk kembali ke New York.

"Max kerja dulu ya, dah mama" putus Max dan langsung meletakan handphonya ke saku. Bagaimana mama meminta Max untuk melupakan kejadian itu. Kejadian yang mengambil jati dirinya, membuat dia kehilangan semangat untuk hidup.

"dimana kamu sekarang Chels, aku merindukanmu. Apakah kamu baik-baik aja?" gumam Max sambil menyenderkan kepalanya dan menutup matanya. Max mematikan mesin mobilnya, dan masuk kedalam gedung miliknya.

Max masuk kedalam ruangannya dan meletakan jasnya di gantungan baju bersamaan dengan ketukan pintu lalu muncul Emma, seketarisnya.

"Maaf mengganggu pak, hari ini ada pertemuan dengan designer yang akan mengerjakan proyek rumah anda jam 10 di cafe bawah" kata Emma, setelah mendapat anggukan dari Max, Emma langsung pamit keluar.

Max melihat jam sekilas, pukul 9 berarti masih ada satu jam lagi untuk turun, lebih baik dia mengerjakan sedikit dari pekerjaannya. Max menekan tombol untuk mengunci pintu dan menutup jendela serta membuat ruangan ini kedap suara agar konsentrasinya tidak buyar. Setelah semuanya seperti yang diinginkan, Max membuka berkas pertama dan mulai berkerja.

Max meletakan berkas ke limanya di meja, dia menekan tombol agar ruangannya kembali seperti semula. Bunyi ketukan pintu menampilkan Emma masuk kedalam dengan tatapan bersalah. "Maaf pak, designer anda sudah pulang, dia memiliki pertemuan yang lain"kata Emma pelan, takut dengan atasannya yang terkenal dingin.

Mendengar perkataan Emma, Max melihat jam yang ada di pergelang tangannya. " kenapa ga manggil saya?" tanya Max dengan dingin. Emma tersentak kaget dan bingung untuk jawab apa. Atasannya yang mengunci pintu ruangannya dan tidak menjawab panggilannya.

"saya mau makan siang, nanti saya mau nomor dia untuk saya hubungi di meja saya sehabis makan siang, mengerti?" kata Max sambil memakai kembali Jasnya. Emma mengangguk dan mohon pamit untuk keluar.

Skinny love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang