Part 3

74K 1.3K 21
                                    


Beberapa hari ini Diana memikirkan usulan Andrew untuk menikah. Ia mengatakan itu usalan, karena dia masih mencari pilihan untuk menghadapinya sendiri. Diana sangat mengerti kekhawatiran seorang ayah, dan dia akan mempertimbangkan siapa yang akan menjadi suaminya kelak.

Jack masuk begitu saja ke dalam ruangannya. Membuat Diana tidak senang dengan sikap lancangnya. Walaupun sudah diperingatkan, pria itu masih tetap dengan sifatnya.

"Bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk." Dia sama sekali tidak memperdulikan ucapan Diana, malah duduk dengan manis menatap wanita itu.

"Apa yang kau pikirkan? Aku sudah mengetuk pintu itu berulang kali," Jack meletakkan beberapa berkas yang wanita itu minta. Diana meraih berkas-berkas itu dan membukanya helai demi helai. Ia tahu, Jack berharap dia bercerita, namun Diana memilih mengabaikannya.

"Oke, aku akan pergi!" Pria itu beranjak berpura-pura akan pergi. Melihat langkah Jack semakin menjauh, buru-buru Diana memanggilnya.

"Emb, Jack. Bisa kita bicara?" Tanyanya ragu dan mulai mengatur bicara, takut kalau dia akan mengacaukan apa yang sudah tersusun dikepala.

'Ah, Kenapa bisa jadi salting seperti ini, hanya ingin bicara saja. Kenapa jadi sesulit ini,' Diana membatin.

"Aku sudah dari tadi menunggumu bicara, Nona. Kenapa sulit sekali bagimu untuk memulai." Kini Jack sudah membalikkan tubuhnya menghadap Diana, dengan membenamkan tangannya kedalam saku celana.

"Tidak sekarang, nanti setelah pulang kerja kita akan pergi bersama." Jack tersenyum penuh arti.

"Apa kau sedang mengajakku berkencan, Nona?" Jack melangkahkan kakinya selangkah mendekat pada Diana. Namun wanita itu tetap pada posisinya tanpa memundurkan sesentipun kursinya.

"Jika kau berfikir begitu." ucap Diana dengan tatapan menantangnya. Tentu saja membuat Jack semakin tegila-gila ditatap seperti itu. Seperti singa lapar, ingin rasanya Jack menerkam Diana sekarang.

"Aku akan menunggumu. Jangan tatap aku seperti itu. Tatapan itu seperti menginginkanku." Tangan Jack terulur menyentuh rambut Diana yang tergerai ke pipi, kemudian menyekanya ke belakang telinga. Sentuhannya membuatnya merasakan getaran aneh, baru kali ini Diana merasakan reaksi berlebihan dari tubuhnya.

                             ***

Seperti janjinya pada Jack, sepulang dari kantor mereka akan pergi bersama membicarakan rencana pernikahan yang diminta Andrew. Diana tak berharap Jack menerima, namun ia juga tidak ingin pria itu menolak.

Diana ingin pembicaraan mereka tetap aman, dia memutuskan untuk makan malam di rumahnya saja. Tentu membuat Jack berkali-kali mengerutkan kening, walau sejujurnya dia sangat merasa diistimewakan. Mengingat Diana sangat anti membawa pria ke rumahnya. Tentu membuat pria itu sedikit besar hati. Bagi Diana, rumah adalah tempat sangat privasi yang tidak sembarang orang bisa masuk.

"Aku bisa membaca pikirkanmu, Jack." ucap Diana membuyarkan imajinasi pria itu.

"Aku merasa akan ada hal indah setelah ini." Diana tersenyum melihat binar di mata Jack. Jack mengulurkan tangannya menggandeng tangan wanitanya untuk masuk kedalam rumah. Makanan sudah tertata rapi di meja makan. Jangan berpikir Diana memiliki meja makan yang bisa menampung 10 orang. Dia lebih menyukai meja makan yang bisa mendekatkan orang-orang yang akan menikmati hidangannya. Saling bercengkrama dan bisa saling menyentuh.

Dimeja itu terdapat lilin, beberapa jenis lauk pauk. Suasana lampu yang redup membuat suasana berubah romantis. Jack menarikkan kursi untuk Diana, perlahan dia meletakkan diri di kursi itu. Jack memilih duduk tepat di hadapannya.

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang