"Emang lo yang salah,ogeb! Coba kalo lo tadi nggak iseng main comot hp orang, mana buka yang bagian privasinya Gilang pula." omel Hendri

"Ya tapi kan kita sahabatan, ngapain masih ada rahasia diantara kita?"

"Itu privasi, dodol! Bukan rahasia. Yakali privasi dicampurin sama masalah persahabatan."

"Ya sama aja, privasi itu sifatnya rahasia. Jadi intinya privasi itu ya rahasia. Iya kan Mar?" tanya Kavindo pada Amar yang sedang asik dengan gamenya.

Merasa di abaikan, Kavindo melanjutkan ritual makannya meski dengan hati yang dongkol.

Gilang dan Hendri menahan tawa mereka melihat Kavindo yang masih saja seperti perempuan.

Perempuan itu kalau diabaikan pasti hatinya langsung dongkol. Iya kan?

*****

"Jadi materi yang Bapak sampaikan minggu lalu coba kalian baca ulang."

Semua murid yang ada di kelas sepuluh Administrasi Perkantoran mengikuti instruksi dari Pak Komang, guru pengampu mata pelajaran seni budaya.

Dari semua murid yang ada di kelas,hanya Amar yang tidak ikut membaca materi minggu lalu.

"Stop! Kamu, Amariansyah bin Suyuti. Kenapa kamu tidak ikut membaca seperti teman-temamu?"

Memang begitulah cara Pak Komang memanggil siswanya. Biasanya beliau akan menyebutkan nama panjang si siswa beserta nasabnya. Entah bagaimana caranya beliau mampu menghafal semua nama panjang siswa beserta nasabnya.

Amar meneguk ludahnya, bagaimana caranya ia bisa menjelaskan alasan catatan materi minggu lalu yang tertinggal di rumah.

"Emm,, itu Pak. Sudah hampir satu minggu ini, Kakak saya datang berkunjung Pak. Kakak saya itu punya anak kecil,Pak. Jadi waktu itu keponakan saya masuk ke kamar saya, saya nggak tau kalo dia ambil buku seni budaya saya. Pas saya cari semalam, nggak ada. Eh paginya buku saya berakhir naas di pinggir kolam khusus anak-anak,Pak."

"Bagaimana bisa kamu tau buku itu ada di kolam?"

"Ya kan saya kalo pagi jatahnya bersihin kolam sama ngepel lantai,Pak."

Pak Komang manggut-manggut,percaya.

"Kali ini kamu saya maafkan. Karena kamu yang tidak sengaja dan kamu termasuk tipikal laki-laki yang rajin. Saya aja nih ya, kalau di suruh istri saya selalu nolak. Jangankan istri, ibu saya aja dulu sering saya tolak kalau menyuruh saya."

Lah bodo amad tung tang tuk gleng- Amar.

E malah curhat si Bapak- Kavindo

Curhatan suami tak berfaedah ya gini- Cyellyen

Serah Pak serah....- Thalita

Ferguso unfaedah- Hendri

*****

"Gilang, kita nonton ya?" ucap Arbizya sambil bergelayut manja di lengan kiri Gilang

"Yang lain aja ya,Zy? Gue lagi males nonton nih."

Mendengar jawaban dari Gilang membuat bibir Arbizya mengerucut kesal.

"Ishh, lo mah asik latihan buat lomba terus. Belum tentu juga bakal menang."

Gilang menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya

"Gue latihan kayak gini demi kebaikan gue sendiri,Zya. Bukan tentang menang atau kalah. Lagian kalo lo nggak bisa ngedukung, mending lo jangan ganggu."

"Ya tapi kan gue kangen ngabisin waktu bareng lo,Lang"

"Gue enggak tuh."

"Kok lo ngomongnya gitu? Lo udah capek ya Lang?"

"Heum"

"Jadi lo mau putus?"

"Terserah lo, kalo lo mampu tanpa gue. Ya silahkan."

"Gue nggak mampu tanpa lo,Lang"

"Tapi gue mampu,Zya."

"Gue salah apa sih Lang?"

"Lo nggak ada salah kok,Zy. Cewek selalu benar. Itu motto kalian kan?"

"Apa semua karna Thalita?"

"Atas dasar apa lo bawa nama Thalita?"

Sejujurnya Gilang mulai kesal dengan sikap Arbizya yang akhir-akhir ini terlihat berbeda, Gilang sudah tahu semuanya, Arbizya dan Amar sudah menjalin hubungan di belakangnya selama ini.

Berbulan-bulan Arbizya diam dalam kebohongannya,seolah tak bersalah.
Gilang pikir Arbizya akan jujur. Tapi faktanya, sampai sekarang pun perempuan itu tak mau berbicara yang sejujurnya.

"Karna lo selalu akrab sama Thalita"

Mendengar itu Gilang menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya dengan jalan pikir gadis di sampingnya ini.

"Gue sama Thalita sahabatan dari kecil,wajar kalo gue akrab sama Thalita. Yang nggak wajar itu hubungan lo sama Amar."

Ekspresi wajah Zya seketika langsung berubah. Otaknya berpikir keras untuk mengelak dari tuduhan Gilang.

"Maksud lo apa Lang?" tanya Arbizya sambil seolah-olah sedang berpikir

"Sekarang lo nggak perlu sok mikir gitu. Dulu waktu lo mutusin buat selingkuhin gue,emangnya lo mikir dulu?"

"Udah lah ya,Zy. Gue capek. Kita selesai sampai di sini. Semoga lo sama Amar bisa langgeng." ucap Gilang sambil berlalu meninggalkan Arbizya tanpa menoleh lagi.

MenyentuhmuWhere stories live. Discover now