ASPIA 44 JAHIL

27.1K 4K 141
                                    


"Loh kok uwes mlebu kerjo ki piye? Nggak diajak bulan madu po?"

"Wahhhh Pak Bos nggak punya duit masa, Pi? Apa kamu cuma dikasih piknik ke Ancol aja?"

"Hust jangan pada godain Mbak Sofia dong, eh tapi sini Mbak duduk sini gimana malam pertamanya?"

Aku langsung ditodong teman-temanku saat kembali masuk kantor. 3 hari kemarin memang cuti menikah yang sangat singkat sekali, karena Aslan memang harus menyelesaikan semuanya dengan baik. Bos besar dari pusat memang belum setuju kalau Aslan yang mengundurkan diri. Dan itu membuat kami harus segera balik ke Yogya. 

"Nggak ada bulan madu, case closed."

Aku mengatakan itu saat melangkah ke kubikelku. Pekerjaaan menumpuk setelah ditinggal cuti selama 3 hari. Tapi balakurawa Narnia itu kini malah mengekoriku yang sudah duduk di kursiku sendiri.

Mbak Asih mengerjapkan matanya sehingga bulu matanya kini belang-belang persis macam belang itu malah membuatku tertawa.

"Heh, emang nggak ada piye? Kamu masih perawan gitu?"

Ucapan Mbak Asih membuat Melly kini terkikik, dan Nino menggelengkan kepalanya.

"Bos masa nggak jantan sih? Setelah nikahin kamu secara siri dan belum bobol kamu, terus giliran kamu udah resmi dinikahi kamu juga belum bobol juga. Aih jangan-jangan si bos aslinya gedang suka gedang ya?"

Ucapan Nino itu langsung membuat aku melempar pulpen di atas meja ke arahnya yang langsung membuat Nino menghindar dan terbahak puas.

"Bojone nesu oiii.."

Mbak Asih juga menggeplak lengan Nino Gak mungkin bos suka gedang, yang ada kamu itu yang suka to?"

Mendengar ucapan Mbak Asih, Nino langsung bergidik ngeri. "Ora yo mbak, aku pecinta botol susu kok."

Haish. Obrolan 21+ ini mah. 

"Udah gak ada cerita malam pertama juga, sekarang kerja. Ini udah numpuk nih data buat di follow up. Kalian mau disuruh lembur?"

Tentu saja ketiga temanku itu langsung menegakkan tubuhnya. Lalu saling bertukar pandang dan seketika itu juga menggelengkan kepalanya.

"Waaaaaa istri bos beneran ini."
Tuh kan.. mereka langsung mengucapkan itu dan menurut untuk kembali ke kubikel masing-masing. Eh sedashyat itukah efeknya Aslan? Wow.

*****

cup

Aku tentu saja melotot dengan horor saat merasakan kecupan di pipiku. Padahal di depanku sedang ada Rani dan teman-teman spg. Aku memang turun ke lantai dua dan menemui Rani di ruangan meeting. Mereka sedang meeting bulanan bersama Bu Dewi, manajer di bagian marketing. 

"Astaghfirullah."

Aku langsung menoleh ke arah si pembuat malu, yang notabene Aslan. Tapi dia sudah melenggang dan berbicara serius dengan Pak Andi, admin di kantor ini. Aslan awas aja ya, jadi ini tuh aku posisinya memang lagi berdiri di ambang pintu gitu. Nemuin Rani mau minta data customer. Tahu-tahu Aslan lewat dan mengecup pipiku. Dia ini buat aku jadi merona, ditambah Rani dan teman-temannya langsung berbisik-bisik dan tersenyum geli.

"Mbak aku iri loh, mbak nikah sama pak Aslan. Pria termostwanted di sini."

Celetukan Rani membuatku hanya tersenyum, padahal aslinya aku benar-benar malu.

"Apa sih Ran? Biasa aja."

Rani kini malah mendekat dan berbisik kepadaku "Wah pokoknya Mbak Sofia itu cewek paling beruntung deh. Selamat ya."

Aku hanya menghela nafas lagi. Tak bisa menjawab apapun. Beruntung memang, karena suamiku itu sekarang jadi jahil setengah mati. 

Akhirnya aku berpamitan kepada Rani setelah meminta data dan saat mau naik tangga, tanganku sudah ada yang menarik.

Otomatis aku langsung berhenti dan mendapati Aslan sudah menggenggam jemariku.

"Mas, ..apaan sih? Ini di kantor."

Aslan kini malah mensejajarkan tubuhnya hingga berdiri di sampingku. Lalu tangannya kini menggenggam erat.

"Halo istri," sapanya dengan tengil.

Tuh kan, dia malah menyeringai lebar dan mengajakku menaiki anak tangga. 

"Lepasin nggak mas?"

Tapi Aslan kini menggelengkan kepala, dan makin mengeratkan genggamannya.

"Ini kalau ketahuan kita kayak gini langsung dipecat loh Mas."

"Biarin."

Tuh kan dia ini ih minta ditimpuk. Saat kami sudah berada di lantai tempat ruangan anak telemarketing berada, tiba-tiba ada Mas Dino yang langsung menatap gandengan tangan kami. Dia tersenyum ramah kepada kami.

"Pak, Pia.."

Dia menyapa bergantian, yang membuat aku terkejut Aslan langsung merangkul bahuku. Tuh kan mulai malu-maluin. Mas Dino tersenyum maklum.

"Halo juga.."

Itu jawaban Aslan, tumben dia juga ramah? Biasanya galak sama Mas Dino.

"Selamat ya atas pernikahan kalian."

Aku menganggukkan kepala dengan kaku, lalu mas Dino berpamitan. Setelah itu Aslan kini menoleh ke arahku.

"Kenapa kaku? Takut banget aku peluk. Takut kalau Dino masih sedih karena ditinggal kawin?"

Astaghfirullah.

Aku langsung melepaskan tangannya dari bahuku dan melangkah meninggalkan Aslan. Suara langkah kaki terdengar di belakangku tapi aku mengacuhkannya. Sampai saat aku membuka pintu ruangan dan Aslan langsung menyusul.

Saat itulah aku merasakan kepalaku di usap dari belakang, lalu aku merasakan kecupan di pelipisku yang membuat tubuhku membeku.

"Maaf. Jangan marah ya. Cantik."

Setelah mengatakan itu dia berlalu begitu saja dan sukses membuat aku makin merona.

"Astagaaaaa romantis banget sih aku juga mau ih..." Itu celetukan Melly.

"Aiihhh tutup mata belum cukup umur." Mbak Asih langsung menyambung.

"Haiyaaahhh receh banget kan ya bos kita."

Dan itu Nino aku langsung menoleh ke arah kubikel masing-masing dan mereka langsung bersembunyi lagi di kubikel mereka. Aku dibuat malu semalu-malunya ini.

BERSAMBUNG

 Yohooooooooo aspia balik ramein yuukkkk

SIAP MAS BOS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang