Dear Ali 16

1.8K 117 7
                                    

Sedari tadi mila terus saja mengoceh disamping prilly. gadis itu terus saja melontarkan kekesalannya pada prilly tetang kejadian balapan yang beberapa menit yang lalu telah selesai dan dimenangkan oleh prilly dengan keadaan hampir saja terserempet motor lawan.

"lu kenapa segala ikut belapan sih prill"

"untung lu nggak kenapa kenapa"

"nanti kalau lu knapa kenapa gimana?" milla mengomel disamping prilly yang sedari tadi berjalan terburu buru.

"iihh .... Kesel gw. Orang ngomong nggak didengerin" gerutu mila yang hanya dibalasa tatapan malas oleh prilly dan berlalu meninggalkan milla.

Hari menjelang malam. Bahkan tempat yang sedari tadi ramai dibelakangnya kini telah sepi. Seseorang yang sedari tadi dia tunggu tak kunjung datang. Sudah sejam lebih ali selesai latihan tapi prilly tak kunjung datang.entahlah ali juga tak tau kenapa dia ingin menunggu prilly datang ketempat itu.

Ali menatap langit, hujan akan segera turun. Halte diamana dia duduk telah beberapa kali dilewati bus, tapi tak membuatnya ingin meniggalkan tempat itu.

"sorry"

Ali melihat pemilik suara itu, hatinya terasa lega. Prilly datang dengan keadaan baik baik saja. Meski dengan wajah yang sama, Dingin. Gadis itu mengambil duduk disamping ali. membuat suasana kikuk terjadi beberapa saat.

"gimana latihan lu?" suara prilly akhirnya memecah keheningan.

"lancar kok. kata bang adam gw harus rajin latihan aja lagi" dan tiba tiba kembali hening.

Ali meraba saku celananya, mencari barangng yang sedang ia butuhkan. Nah, ketemu. Ali mnyerahkannya pada gadis disampingnya.

"buat lap keringet lu yang udah sejagung jagung itu" tunjuk ali dengan dagunya. Prilly tersenyum dan menerima sapu tangan yang ali berikan. Ali memperhatikan setiap gerakan prilly, saat gadis itu membersihkan wajahnya. Tapi pandangannya terhenti saat melihat sesuatu.

"prilly tangan lo luka?" tanya ali dengan menarik lembut tangan kanan prilly ke arahnya, memperjelas dugaanya. Gadis yang dia tanya hanya menatap ali dengan malas. Menarik kembali tangannya. Ali hanya melongo, gadis disampingnya tak seperti gadis, luka yang ada ditangan prilly lumayan parah, tapi gadis itu bertingkah terkena jarum peniti?

Prilly tak memperdulikan ali, pikirannya hanya satu gimana caranya menghancurkan LJ sampai keakar akarnya. Prilly tak mau ada anggotanya yang mengalami nasib sama seperti uro. Apa dia harus menyerahkan dirinya pada LJ? Tapi bagaimana dengan perbuatan mereka yang telah membunuh kakaknya dan semua orang yang tak berdosa?

Tiba tiba tangan prilly ditarik seseorang yang tak lain adalah ali. laki laki itu dengan telaten membersihkan luka yang ada ditangan prilly.

"kalau nggak diobatin bakalan infeksi" prilly hanya terdiam.

Saat akan memberikan alcohol, ali mendekatkan luka yang ada ditangan prilly kea rah wajahnya. "tahan ya ini mungkin sedikit sakit" lirih ali. dan menempelkan kapas pada lukan prilly. terdengar ringisan prilly.

Ali refleks ikut meringis dan meniup lembut lupa prilly. prilly seketika mematung. Seperti ada desiran aneh dalam dirinya. Melihat ali begitu perlahan mengobatinya membuat rasa nyeri samar dirasakan prilly.

"selesai" ali melihat hasil penanganan pertamanya dengan bangga. Tak melihat genangan dipelupuk mata prilly. kesenduan melihat perhatian kecil seseorang padanya. entah sudah sejak kapan prilly tak pernah merasakan seseorang memperhatikan dirinya seperti ali. mungkin kakaknya yang terakhir kali, dan tak akan terulang lagi.

"mata lo kenapa prilly? sakit juga?" tanya ali saat melihat genangan dimata gadis itu. Prilly menghapus air mata itu dengan santai.

"kelilipan tadi, lu kelamaan sih ngobatinnya"

"udah ditolongin malah dimarahin" kini suasana diantara mereka sudah menghangat. Pertengkaran dengan ali membuat kerinduan untuk prilly itu pun sebaliknya, ali merasa satu haru saja tak mendengar omelan prilly membuatnya hampa.

"ayo pulang li"

"ayo, udah malem juga nih" "tapi gw yang nyetir"

"lah nggak bisa, yang nebeng siapa? Yang ,merintah siapa?" protes prilly sambil bersedekap dada.

"tangan lo lagi luka prilly, gw nggak mau lu bawa motor"

"siapa lo?"

"ali"

"Ali ihhh..."

"prilly ihhh...."

" udah naik, entar gw traktir thai tea"

"nggak mau"

"cappuccino?"

"nggak ya"

"ice cream gw se banyak yang lo mau!"

"oke deal"

Gadis itu langsung melompat kebelakang jok sepeda motor dengan wajah gembira. Prilly memang tak terlalu suka dengan makanan ataupun minuman kecuali dengan ice cream buatan ali. cita rasanya beda itu jawaban yang diberikan prilly saat ditanya mengapa suka dengan ie cream itu.

sudah lama ia tak menikmati kelezatan ice cream favoritenya. Mungkin 2 hari yang lalu lebih tepatnya. memang tak menikmati sehari saja sangat rindu apa lagi 2 hari belakangan ini seperti hatiku tanpanya, hampa. Eaaaaaa

ali segera tancap gas dari sana dan melaju kearah rumah prilly. tak tega rasanya prilly harus mengantarnya dengan keadaan tangan yang sedang terluka seperti itu, sebenarnya apa yang dilakukan prilly saat tadi dia pergi? Kenapa dia mendapat luka itu? Semuanya masih begitu ganjil dibenak ali.

***
Maaf ya aku baru baget update chapternya sekarang.
Dan maaf kalau feelnya kurang.  Ada yang mau bantuin aku buat alur ceritanya juga bileh komen dibawa.  Aku selalu menampung pendapat klian kok. 
Maaf aja aku udah jarang nongol didunia oren ini karena dunia nyata lagi banyak problem:)

Mohon dimaklumi ya.  Thankyu buat yng masih nungguin cerita ini.

-in

Dear Ali, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang