part 3

1.8K 70 1
                                    

karena terlalu penat, setelah menempuh perjalanan jauh, Nia memutuskan untuk beristirahat, ia merebahkan tubuhnya, kemudian terlelap dalam tidurnya.

mungkin karena terlalu lelah, hingga Nia tidak sadar, seseorang, tengah bernafas tepat diwajahnya, hal itu, membuat Nia terbangun dan membuka mata, ia tersentak saat melihat seorang gadis kecil, menempelkan wajahnya, mengamatinya, lantas tersenyum dengan gigi bugisnya.

masih mengenakan seragam sekolah, gadis itu terus melihat Nia, memperhatikannya dengan seksama, seperti mengamati Nia, membuat Nia merasa tidak nyaman

"ahu, inga inini ua" ucap gadis itu

Nia tidak mengerti ucapannya, lantas kemudian melangkah keluar kamar, meninggalkan si gadis

Nia menuruni anak tangga, mencari ni Elin, saat Nia sedang mencari-cari keberadaan ni Elin, Nia bertemu dengan seorang wanita, ia berperawakan besar, mengamatinya lantas bertanya.

"nduk, kamu yg tadi baru datang" 

Nia mengangguk, "kamu cari siapa?"

"ni Elin"

"memangnya ada urusan apa?" tanya si wanita.

"dikamar saya, ada anak kecil, saya tidak mengerti itu siapa dan kenapa cara bicaranya seperti itu" sahut Nia,

"oh begitu" ucap wanita itu, mengantar Nia kembali ke kamar, "dia yg akan menjadi teman sekamarmu" "maaf, dia tunawicara"

Nia melihat gadis itu, si wanita memperkenalkan nama gadis kecil itu, "Silvi, namanya Silvi" "kalian yg akrab ya, kalau ada apa-apa, panggil saja saya, nama saya, ni Eva"

ni Eva menutup pintu, lantas meninggalkan Nia, Silvi, ucap Nia, ia seakan mengamatinya, canggung

setiap kali Silvi bicara, Nia hanya mengangguk, ia tidak mengerti, tidak memahami maksud setiap ucapannya, bahkan ketika Silvi, menawari Nia berkeliling rumah, Nia hanya mengangguk, padahal tidak mengerti maksud ucapannya, hingga, Silvi menarik Nia, mereka keluar dari kamar

berjalan melintasi koridor, melewati kamar demi kamar, sampai akhirnya berhenti dihalaman belakang, Nia bisa melihat jendela kamarnya darisini, Silvi terus bicara, namun, Nia tidak mengerti setiap ucapannya, sampai, mata Nia teralihkan pada sebuah kamar, Nia tertuju menatapnya

dibalik sebuah tirai putih transparan, Nia melihat seseorang mengamatinnya, wajahnya tersamarkan tirai putih, namun Nia yakin, sosok itu melihat kearahnya

Silvi menatap Nia, lantas menarik kepalanya, ia menggelengkan kepala dengan keras, menarik Nia, kembali masuk kerumah

Silvi terus bicara dengan nada suara yg tergopoh-gopoh, membuat kalimatnya semakin rancau didengar telinga, ia mengatakan "iaaak iaaak iaaak" terus menerus, membuat Nia merasa, bahwa Silvi ingin mengatakan sesuatu.

apa itu, "iaaaak"

"gak usah didengerin apa yg diomongin anak itu, gak bakalan ngerti juga kamu" seorang anak lelaki, mungkin seumuran dengan Nia keluar, satu kakinya disanggah menggunakan tongkat kaki

"kalau sudah sore gini, mending masuk kamar saja, cuma saran" kata anak lelaki itu

Nia mengajak Silvi kembali ke kamar, tempat ini, sangat berbeda dengan tempat tinggalnya sebelumnya, anak-anaknya, bahkan tidak terlalu nampak, bahkan, Nia merasa, yayasan dengan rumah sebesar ini, terkesan sepi, dan menimbulkan perasaan yg mencekam setiap ia berdiri dilantainya

hal yg membuat Nia tidak nyaman adalah ketika setiap kali ia membuka pintu, terdengar suara lonceng yg membuatnya merasa begidik, bukan hanya lonceng pintunya, namun, lonceng dipintu lainpun sama, membuat Nia bisa mendengarnya, bahkan saat ada didalam kamar sekalipun

setiap malam, suasana sepi semakin membuat Nia merasa merinding, pemandangan ke taman tentu berbeda dengan pemandangan ketika Nia melihatnya saat siang hari, Nia menyibak tirai, sementara Silvi, ia terus memandanginya dari ranjang atas, hal itu, sangat tidak menyenangkan

seseorang mengetuk pintu, memanggil Nia dan Silvi, "makan malam" teriaknya, Nia melangkah keluar, mengikuti Silvi menuruni anak tangga, menuju dapur, dimana semua anak-anak sudah berkumpul, ia melihat anak lelaki itu, dan tentusaja, anak-anak yg lainnya

ada sekitar 7 anak, 4 diantaranya adalah perempuan, termasuk Nia, sisanya, anak laki-laki, selama mereka makan, tidak ada suara apapun, tidak ada yg saling bicara, hanya dentingan sendok dan piring yg terdengar, bahkan Silvi tidak bersuara sedikitpun, mereka seperti terlatih diam

dari semua anak yg ada disini, Nia mengamati wajah mereka, sibuk dengan makanannya sendiri, hal itu, membuat suasana benar-benar canggung, saat Nia membuka percakapan, semua mata langsung memandanginnya, canggung, lalu mereka kembali pada makanannya

setiap satu dari mereka sudah selesai makan, mereka membawa piring, sendok dan gelas, mencucinya, kemudian meletakkannya diperabotan yg sudah ditentukan, tidak ada ucapan, tidak ada kalimat pamit, mereka pergi, berlalu, begitu saja, bahkan, langkah kakinya, tidak bersuara

Silvi baru saja selesai, Nia melakukan hal yg sama, kemudian, ia melihat ni Eva, ia memanggil Nia, mengantarkannya pada sebuah ruangan, dimana disana, ada ni Elin dan seorang wanita tua.

"Nia ya" "selamat datang sebelumnya, maaf, saya baru pulang jadi tidak bisa menyambut kamu"

"Nia sudah tahu peraturan disini, saat jam menunjukkan pukul 9 malam, tidak boleh ada yg keluar kamar, sebenarnya, boleh saja, bila memang ada keperluan ke kamar mandi, namun, setelah selesai, langsung kembali ke kamar ya. paham" ucap wanita tua itu.

Nia mengangguk. 

Si AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang